Saat melakukan pemeriksaan X-Ray, Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana bisa pembuluh darah dan organ dalam tubuh jadi terlihat jelas dalam foto rontgen? Ternyata, obat Iopamidol memiliki peran dalam hal ini.
Lantas, apa sebenarnya Iopamidol dan bagaimana cara kerjanya pada tubuh? Simak penjelasan lengkapnya!
Golongan obat: diagnostik, bahan kontras radiopak
Merek dagang: Iopamidol, Diptras, Iopamiro, Scanlux, Iopaview
Apa itu iopamidol?
Iopamidol adalah obat yang mengandung senyawa yodium organik dan disebut juga bahan kontras radiopak.
Kandungan yodium dalam iopamidol memblokir sinar-X saat melewati tubuh, sehingga memungkinkan bayangan opak (putih) struktur tubuh yang tak mengandung yodium dapat terlihat jelas.
Media kontras radiopak ini biasanya digunakan untuk memungkinkan pembuluh darah, organ, serta jaringan nontulang lainnya terlihat lebih jelas dalam CT scan, MRI, atau pemeriksaan radiologi lainnya.
Iopamidol umumnya digunakan untuk membantu mendiagnosis gangguan tertentu pada jantung, otak, pembuluh darah, serta penyakit saraf.
Sediaan dan dosis iopamidol
Umumnya Iopamidol tersedia dalam bentuk injeksi yang disuntikkan ke pembuluh darah atau arteri melalui infus oleh penyedia layanan kesehatan.
Iopamidol tersedia dalam suntikan 41%, 51%, 61%, dan 76%, tetapi sediaan iopamidol di Indonesia yang terdaftar dalam BPOM biasanya dalam suntikan 61% dan 76%
Mengingat Iopamidol tergolong dalam obat keras, dosis pemakaiannya pun perlu menyesuaikan dengan kondisi tubuh Anda dengan berkonsultasi pada dokter.
Mengutip dari situs MIMS, berikut ini beberapa contoh dosis iopamidol pada orang dewasa dan anak-anak berdasarkan penyakit yang dialami.
Perlu diingat bahwa informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis.
Sediaan dan dosis untuk dewasa
1. Peripheral venography (intravena)
- 25 – 150 ml untuk 200 mg yodium/ml (41%).
- total dosis untuk beberapa suntikan tidak boleh melebihi 350 ml.
2. Excretory urography (intravena)
- 50 – 100 ml untuk 250 mg yodium/ml (injeksi 51%).
- 50 ml untuk 300 mg yodium/ml (61%).
- 40 ml 370 mg yodium/ml (76%).
3. Computed tomography imaging (intravena)
Kepala
- 130 – 240 ml untuk 250 mg yodium/ml (51%).
- 100 – 200 ml untuk 300 mg yodium/ml (61%).
Tubuh
- 130 – 240 ml untuk 250 mg yodium/ml (51%).
- 100 – 200 ml untuk 300 mg yodium/ml (ini 61%).
- Total dosis untuk prosedur ini tidak boleh melebihi 60 g yodium.
4. Cerebral arteriography (intra-arteri)
- 8 – 12 ml untuk 300 mg yodium/ml (61%).
- Total beberapa dosis untuk prosedur ini hingga 90 ml.
5. Peripheral arteriography (intra-arteri)
- 5 – 40 ml atau 25 – 50 ml untuk 300 mg yodium/ml (61%).
6. Selective visceral arteriography or aortography (intra-arteri)
- 10 – 50 ml untuk 370 mg yodium/ml (76%).
- Jumlah untuk beberapa dosis bisa mencapai 225 ml.
7. Coronary arteriography and ventriculography (intra-arteri)
- 2 – 10 ml atau 25 – 50 ml untuk 370 mg yodium/ml (76%),
- Total dosis untuk prosedur gabungan bisa mencapai 200 ml.
- Pemantauan EKG sangat penting dalam pengobatan ini.
Sediaan dan dosis untuk anak-anak
1. Angiocardiography (intravena)
370 mg yodium/ml (76%) untuk injeksi tunggal:
- <2 tahun: 10 – 15 ml,
- 2 – 9 tahun: 15 – 30 ml, dan
- 10 – 18 tahun: 20 – 50 ml.
370 mg yodium/ml (76%) untuk injeksi kumulatif:
- <2 tahun: 40 ml.
- 2 – 4 tahun: 50 ml.
- 5 – 9 tahun: 100 ml.
- 10 – 18 tahun: 125 ml.
2. Excretory urography (intravena)
- 1,2 – 3,6 ml/kg untuk 250 mg yodium/ml (51%).
- 1 – 3 ml/kg untuk 300 mg yodium/ml (61%).
- dosis maksimum untuk prosedur sebanyak 30 g yodium.
3. Computed tomography imaging (intravena)
- 1,2 – 3,6 ml/kg untuk 250 mg yodium/ml (51%),
- 1 – 3 ml/kg untuk 300 mg yodium/ml (61%), dan
- dosis total tidak boleh melebihi 30 g yodium.
Peringatan dan perhatian
Injeksi iopamidol hanya dapat diberikan oleh penyedia layanan kesehatan berdasarkan anjuran medis.
Sebelum menggunakan iopamidol, beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat masalah kesehatan lainnya, terutama:
- penyakit hati atau ginjal,
- penyakit jantung, termasuk gagal jantung kongestif,
- riwayat stroke, pembekuan darah, atau penyakit arteri koroner,
- asma, demam, alergi makanan,
- epilepsi atau gangguan kejang lainnya,
- anemia sel sabit,
- diabetes,
- infeksi aktif,
- pheochromocytoma (tumor kelenjar adrenal),
- multiple myeloma (kanker tulang), dan
- penyakit tiroid.
Efek samping iopamidol
Beberapa orang yang menerima iopamidol tidak mengalami reaksi 30 – 60 menit setelah obat pertama kali diberikan.
Perawat akan memantau Anda selama beberapa saat setelah injeksi untuk memastikan Anda tidak mengalami efek samping yang tidak diinginkan atau reaksi tertunda.
Anda juga mungkin akan diberi obat tambahan untuk mencegah efek samping tertentu saat Anda menerima Iopamidol.
Efek samping pemberian Iopamidol yang umum terjadi meliputi:
- sakit dada,
- denyut jantung lambat,
- hawa panas atau sensasi terbakar,
- flushing (hangat, kemerahan, atau perasaan geli),
- mual,
- gatal-gatal, dan
- pusing.
Beri tahu dokter jika Anda mengalami efek samping berikut ini:
- gatal-gatal tak kunjung reda,
- pusing seperti akan pingsan
- pembengkakan di beberapa bagian tubuh,
- buang air kecil sedikit atau tidak sama sekali,
- sulit bernapas atau napas berbunyi,
- kejang,
- gejala serangan jantung,
- nyeri menyebar ke rahang atau bahu,
- mual,
- lebih banyak berkeringat.
- mati rasa tiba-tiba atau mengalami kelemahan (terutama pada satu sisi tubuh),
- sakit kepala berat,
- gangguan penglihatan atau keseimbangan, dan
- batuk berdarah.
Tidak semua orang mengalami efek samping tersebut dan sangat mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Apakah iopamidol aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Belum ada penelitian yang memadai untuk menentukan risiko penggunaan pengobatan pada ibu hamil atau menyusui.
Selalu konsultasikan kepada dokter untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan Iopamidol.
Iopamidol termasuk ke dalam kategori berisiko karena dapat masuk ke dalam ASI dan membahayakan bayi yang menyusu.
Interaksi obat iopamidol
Anda mungkin penasaran, obat-obatan apa yang mungkin berinteraksi dengan iopamidol?
Pasalnya, interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan resep/non-resep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter sebelum Anda mendapatkan injeksi iopamidol.
Jangan memulai, mengehentikan, atau mengganti dosis obat apa pun tanpa persetujuan dokter.
Obat-obatan tertentu tidak boleh digunakan pada saat makan atau saat makan makanan tertentu karena interaksi obat dapat terjadi.
Mengonsumsi alkohol atau tembakau dengan obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan risiko interaksi obat.
[embed-health-tool-bmi]