backup og meta

Cilostazol

Cilostazol

Cilostazol merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri akibat terhambatnya pembuluh darah. Pengidap gagal jantung tak boleh mengonsumsi obat ini karena dapat meningkatkan risiko komplikasi yang fatal.

Golongan obat: anti-agregasi platelet

Merek dagang obat: Citaz 100, Pletaal SR, Pletaal, Aggravan, Cilostazol, Stazol, Antiplat 50, Naletal-100

Apa itu obat cilostazol?

cilostazol berguna untuk mengobati nyeri kaki

Cilostazol atau silostazol adalah obat untuk membantu memperlancar aliran darah di dalam pembuluh darah.

Obat ini biasa digunakan untuk mengatasi klaudikasio intermiten, yakni nyeri pada kaki yang dirasakan saat berjalan akibat penyempitan pembuluh darah dan pembekuan darah.

Silostazol bekerja dengan cara mencegah pembentukan gumpalan trombosit (keping darah) dan memperlebar pembuluh darah. Hal tersebut membantu melancarkan aliran darah dalam tubuh Anda.

Penggunaan obat ini harus sesuai dengan resep dokter. Penggunaan obat yang salah berpotensi memperparah kondisi Anda.

Dosis dan sediaan cilostazol

Silostazol merupakan obat yang digunakan secara oral. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet salut selaput.

Berikut dosis penggunaan cilostazol secara umum.

Klaudikasio intermiten

  • Dewasa: 100 mg secara oral, dikonsumsi dua kali sehari. Pastikan Anda minum ini 30 menit sebelum atau 2 jam setelah sarapan dan makan malam.
  • Anak: penggunaan dan keamanan obat pada anak-anak masih belum diketahui.

Perlu diingat, dosis di atas tidak bisa dijadikan pedoman pasti dalam menggunakan cilostazol. Untuk mendapatkan dosisi yang tepat sesuai kondisi Anda, konsultasikan ke dokter.

Aturan pakai cilostazol

Silostazol dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan. Jika Anda kesulitan menelan obat, hancurkan obat hingga menjadi serbuk lalu minum dengan air putih.

Gunakan silostazol sesuai dengan resep dokter. Jangan menggunakan obat ini melebihi dosis atau waktu yang direkomendasikan.

Pastikan Anda mengikuti petunjuk pada label resep. Dokter mungkin mengubah dosis untuk memastikan hasil yang terbaik dari pengobatan ini.

Manfaat obat biasanya baru akan dirasakan dua hingga empat minggu setelah konsumsi dosis pertama. Beberapa orang mungkin baru merasakan manfaatnya saat memasuki minggu ke-12.

Jangan berhenti menggunakan obat ini meski kondisi Anda mulai membaik. Penggunaan obat hanya boleh dihentikan sesuai rekomendasi dokter. 

Jangan menggandakan dosis obat jika Anda melewatkan dosis sebelumnya. Selalu gunakan obat pada waktu yang sama setiap hari.

Dalam menyimpan obat ini, ikuti petunjuk yang ada pada kemasan. Umumnya, obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauh dari cahaya langsung atau tempat lembap. 

Efek samping cilostazol

minum obat setelah makan

Sama seperti obat lain, penggunaan silostazol juga dapat menimbulkan sejumlah efek samping. Efek samping obat cilostazol yang umum dirasakan oleh penggunanya meliputi:

Dalam beberapa kasus, penggunaan obat ini juga dapat memicu rasa sakit atau tidak nyaman pada dada. Rasa sakit tersebut terkadang menyebar hingga lengan, leher, bahu, dan punggung.

Ini kemungkinan disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen menuju jantung.

Apabila kondisi tersebut tidak kunjung membaik, segeralah berkonsultasi ke dokter. Anda juga harus memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala tambahan sebagai berikut.

  • Detak jantung tidak teratur atau terasa cepat.
  • Perdarahan yang tidak biasa.
  • Pembengkakan pada lengan, tangan, kaki, pergelangan, atau bagian bawah kaki.

Efek samping silostazol pada masing-masing orang dapat berbeda. Selain itu, tidak semua orang akan merasakan efek samping akibat penggunaan obat ini. 

Peringatan dan perhatian saat pakai cilostazol

Sebelum menggunakan silostazol, beberapa hal perlu diperhatikan untuk mengurangi risiko yang mungkin ditimbulkan.

Pengidap gagal jantung tidak boleh minum obat ini karena dapat meningkatkan risiko kematian.

Selain itu, sampaikan ke dokter terkait berbagai kondisi berikut jika Anda hendak mengonsumsi obat ini.

  • Riwayat alergi terhadap silostazol atau obat-obatan lainnya.
  • Obat resep atau nonresep yang sedang Anda konsumsi.
  • Pernah atau sedang mengidap penyakit seperti gangguan perdarahan, tukak lambung, sakit ginjal, sakit liver, serangan jantung, dan stroke.
  • Punya kebiasaan merokok.
  • Sedang atau berencana untuk hamil dan menyusui.

Nantinya, dokter akan mempertimbangkan apakah Anda boleh menggunakan obat silostazol atau tidak. Konsumsi obat tanpa izin dokter dapat berbahaya bagi Anda.

Apakah obat cilostazol aman untuk ibu hamil dan menyusui?

cilostazol pada ibu hamil

Berdasarkan data Food and Drug Administration (FDA), silostazol masuk dalam obat kategori C. Kategori ini menandakan bahwa penggunaan silostazol mempunyai risiko pada ibu hamil.

Sementara itu, badan regulasi obat di Eropa, MHRA, melarang penggunaan obat ini pada ibu hamil. Larangan ini dibuat setelah melihat potensi risiko penggunaannya pada hewan.

Bagi ibu menyusui, penggunaan silostazol tidak disarankan karena obat terbukti dapat berpindah ke dalam air susu hewan. Jika hendak mengonsumsi obat ini, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter.

Interaksi obat cilostazol dengan obat lain

Silostazol dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain. Obat ini dapat meningkatkan risiko perdarahan jika dikonsumsi bersama antiplatelet atau antikoagulan seperti:

  • aspirin
  • clopidogrel,
  • heparin, 
  • warfarin
  • dabigatran, 
  • rivaroxaban, atau 
  • apixaban.

Sebelum mengonsumsi obat ini, jangan lupa untuk memberi tahu dokter terkait obat, vitamin, atau suplemen yang Anda konsumsi. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko interaksi obat.

Segala sesuatu tentang obat cilostazol

  • Cilostazol adalah obat untuk mengatasi klaudikasio intermiten atau rasa nyeri akibat penyempitan pembuluh darah dan pembekuan darah.
  • Cara kerjanya yaitu memperlebar pembuluh darah dan mencegah terbentuknya gumpalan darah.
  • Orang dengan penyakit gagal jantung tidak boleh mengonsumsi silostazol karena bisa meningkatkan risiko kematian.
  • Silostazol boleh dikonsumsi ibu hamil jika manfaatnya lebih besar dari potensi risiko yang mungkin ditimbulkan.
  • Beberapa obat dapat berinteraksi dengan silostazol. Maka, konsumsinya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Cilostazol (Oral Route) Description and Brand Names – Mayo Clinic. (2022). Retrieved 6 October 2022, from https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/cilostazol-oral-route/description/drg-20068236

Cilostazol: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution | MIMS Indonesia. (2022). Retrieved 6 October 2022, from https://www.mims.com/indonesia/drug/info/cilostazol?mtype=generic

Cilostazol: MedlinePlus Drug Information. (2022). Retrieved 6 October 2022, from https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a601038.html

Cilostazol. (1999). Retrieved 6 October 2022, from https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2017/020863s024lbl.pdf

Pletal (cilostazol) dosing, indications, interactions, adverse effects, and more. (2022). Retrieved 6 October 2022, from https://reference.medscape.com/drug/pletal-cilostazol-342136

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Bayu Galih Permana

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Obat Nyeri Otot: Mulai dari Obat Resep Dokter Hingga Herbal

4 Cara Mencegah Perut Bagian Atas Sakit saat Berolahraga


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan