backup og meta

Mengapa Makanan Olahan Kurang Sehat bagi Tubuh?

Mengapa Makanan Olahan Kurang Sehat bagi Tubuh?

Pada zaman yang serbapraktis ini, Anda dapat menemukan makanan olahan di mana saja. Dari toko-toko swalayan hingga pasar tradisional, hampir semuanya menyediakan makanan yang diolah dalam berbagai bentuk dan kemasan.

Sayangnya, Anda mungkin juga mengetahui bahwa konsumsi bahan pangan olahan secara berlebihan bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Apa alasannya dan bagaimana cara menghindari berbagai dampak tersebut?

Apa itu makanan olahan?

fakta makanan kedaluwarsa

Makanan olahan adalah berbagai makanan yang telah melewati proses tertentu, seperti pemanasan, pengeringan, pengalengan, pembekuan, pengemasan, dan sebagainya. Proses ini sengaja dilakukan pada makanan dengan suatu tujuan.

Contohnya, proses pengeringan dan pembekuan bertujuan agar makanan dapat disimpan lama. Sementara itu, proses pemanasan mungkin dilakukan untuk menambah nilai gizi, memperkaya cita rasa, atau mematikan bakteri berbahaya.

Dengan tujuan tersebut, tidak semua makanan yang telah diolah akan menimbulkan efek buruk bagi kesehatan. Dampak negatif ini biasanya berasal dari zat aditif atau proses tertentu yang menghilangkan kandungan gizi suatu bahan makanan.

Produk-produk yang termasuk dalam kategori makanan antara lain:

  • buah dan sayuran kaleng,
  • sereal,
  • keju dalam kemasan,
  • roti, kue, dan biskuit,
  • makanan ringan seperti keripik kentang,
  • kornet, sosis, dan bakso, serta
  • minuman ringan seperti susu kotak, soda, dan teh botolan.

Mengapa makanan olahan berdampak buruk bagi kesehatan?

berat badan berlebihan obesitas berisiko varises

Makanan yang diolah melalui proses panjang belum tentu tidak sehat, tapi tetap dapat merugikan kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan. Pasalnya, kandungan gizi makanan ini berbeda dengan makanan segar dan alami.

Di bawah ini beberapa alasan mengapa sebagian besar makanan olahan dinilai membawa dampak buruk bagi kesehatan.

1. Tinggi kandungan gula

Makan makanan tinggi gula dapat merugikan kesehatan. Gula akan menambah kalori sehingga meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan obesitas. Tak hanya itu, kadar gula yang tinggi dalam darah juga dapat menyebabkan diabetes.

2. Tinggi kandungan natrium

Proses pengawetan dan pengeringan makanan dapat menambah kandungan garam (natrium) pada produk akhir. Konsumsi natrium melebihi batas asupan harian terbukti meningkatkan risiko hipertensi, stroke, dan penyakit jantung.

3. Mengandung lemak trans

Produsen makanan olahan kerap menambahkan lemak trans untuk menghasilkan rasa dan tekstur yang diinginkan. Melansir laman Mayo Clinic, lemak ini dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dan memicu pembentukan plak pada pembuluh darah.

4. Tidak mengandung zat gizi lain

Sebagian besar makanan yang diolah mengandung banyak kalori, tapi miskin zat gizi lain. Produsen biasanya menyiasati hal ini dengan menambahkan vitamin dan mineral tiruan, tapi zat gizi ini tentu berbeda dengan yang didapatkan dari makanan alami.

5. Rendah serat

Zat gizi lainnya yang biasanya hilang dari makanan olahan ialah serat. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kurangnya asupan serat bisa meningkatkan risiko gangguan pencernaan, penyakit diabetes, penyakit jantung, hingga kanker usus besar.

6. Mengandung banyak bahan tambahan

Makanan yang diolah umumnya mengandung banyak zat aditif dengan beragam fungsi. Ada bahan pewarna makanan, perisa buatan, pengawet, dan lainnya. Konsumsi zat aditif tersebut dalam jangka panjang bisa memengaruhi kondisi tubuh Anda.

Cara sehat untuk mengonsumsi makanan olahan

Melepaskan diri dari makanan olahan tidaklah mudah. Tidak bisa dipungkiri, makanan kemasan, sayuran beku, dan daging olahan membuat hidup jadi lebih praktis. Meski begitu, bukan berarti Anda tidak dapat membatasi asupannya.

Di bawah ini sejumlah tips yang bisa Anda lakukan untuk menghindari efek negatif makanan yang diolah bagi kesehatan.

Makanan olahan merupakan makanan yang telah melewati berbagai proses, seperti pengemasan, pengeringan, atau pengawetan. Kendati berguna, proses-proses tersebut kerap memengaruhi nilai gizi makanan yang menjadi bahan pokoknya.

Tentu tidak ada salahnya memilih makanan ini ketika Anda tidak punya waktu untuk memasak. Meski begitu, pastikan Anda membatasi asupannya agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Fiber. (n.d.). Retrieved 5 May 2021, from https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/carbohydrates/fiber/

Trans fat is double trouble for your heart health. (2020). Retrieved 5 May 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-cholesterol/in-depth/trans-fat/art-20046114

Eating processed foods. (2020). Retrieved 5 May 2021, from https://www.nhs.uk/live-well/eat-well/what-are-processed-foods/

Processed Foods: What’s OK and What to Avoid. (2020). Retrieved 5 May 2021, from https://www.eatright.org/food/nutrition/nutrition-facts-and-food-labels/processed-foods-whats-ok-and-what-to-avoid

Not all processed foods are unhealthy. (2015). Retrieved 5 May 2021, from https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/not-all-processed-foods-are-unhealthy

Versi Terbaru

08/07/2021

Ditulis oleh Arinda Veratamala

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Pentingnya Kolesterol Baik (HDL) dan Sumber Makanannya

Apa Bedanya Ahli Gizi, Dietisien, dan Dokter Gizi?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 08/07/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan