backup og meta

6 Efek Samping Whey Protein yang Perlu Anda Waspadai

6 Efek Samping Whey Protein yang Perlu Anda Waspadai

Ada beragam manfaat whey protein bagi tubuh, mulai dari membantu pembentukan otot, hingga meningkatkan performa saat berolahraga. Namun, penggunaan whey protein yang keliru juga bisa menimbulkan efek samping bagi kesehatan.

Beragam efek samping whey protein

Whey protein merupakan salah satu protein yang terdapat dalam produk susu. Protein ini diperoleh dari pemisahan antara cairan dan padatan susu.

Bagian susu yang cair menghasilkan whey, sedangkan padatannya menghasilkan kasein.

Pada dasarnya, whey protein aman untuk dikonsumsi. Banyak orang mengonsumsi whey untuk menambah berat badan dan membentuk otot.

Kendati bermanfaat, konsumsi whey protein yang tidak tepat berpotensi menimbulkan efek samping berikut.

1. Intoleransi laktosa

Sakit Perut, Diare, dan Masalah Pencernaan, Gejala Baru COVID-19

Mengonsumsi whey protein mungkin dapat menimbulkan efek samping pada orang dengan intoleransi laktosa.

Hal ini karena orang-orang yang mengalami intoleransi laktosa tidak dapat mencerna laktosa dalam whey protein.

Ketika mengonsumsi produk susu, mereka dapat mengalami gangguan pencernaan seperti perut kembung, begah, sakit perut, dan diare.

Oleh sebab itu, penderita intoleransi laktosa sebaiknya mengonsumsi produk alternatif rendah laktosa, seperti bubuk isolat protein.

Selain itu, Anda juga dapat memilih bubuk protein nabati yang berasal dari kedelai, kacang polong, atau rami.

2. Sembelit

Sembelit sebenarnya bukanlah efek samping umum dari whey protein.

Gangguan pencernaan ini lebih banyak terjadi pada penderita intoleransi laktosa, terutama bila mengonsumsi susu whey protein tanpa mengimbanginya dengan konsumsi sumber serat. 

Jika mengalami masalah ini saat mengonsumsi bubuk protein, sebaiknya Anda mulai memperbanyak asupan makanan tinggi serat, seperti buah dan sayuran.

Protein memang penting, tapi tubuh tetap membutuhkan asupan gizi yang seimbang dan beragam.

3. Alergi atau intoleransi protein susu

Alergi protein susu pada orang dewasa memang terbilang langka, tapi Anda sebaiknya menghindari whey protein bila memiliki riwayatnya.

Meski telah diolah sedemikian rupa, whey protein tetap berpotensi memicu efek samping ini karena berasal dari susu sapi.

Di sisi lain, ada pula orang yang tidak alergi protein susu, tetapi sistem pencernaannya tidak bisa menoleransi protein hewani.

Berbeda dengan alergi yang menimbulkan gatal dan ruam, intoleransi biasanya menyebabkan muntah, sakit perut, dan diare.

4. Berpotensi memperberat kerusakan hati

Konsumsi makanan tinggi protein tidak berdampak buruk bagi hati yang sehat. Protein bahkan membantu memperbaiki struktur hati dan mengurangi kadar kolesterol.

Namun, orang yang mengalami kerusakan hati seperti sirosis perlu berhati-hati. Menurut penelitian dalam jurnal Hepatology International, makanan tinggi protein dapat memperberat kerja hati yang telah mengalami sirosis.

Maka dari itu, penderita sirosis sebaiknya menghindari whey protein untuk mencegah efek samping pada hatinya.

5. Memperberat kerja ginjal

Efek samping mesna gagal ginjal akut

Protein akan meningkatkan kerja ginjal dalam menyaring darah, tapi ini merupakan reaksi yang normal.

Seperti halnya hati, fungsi ginjal yang sehat tidak akan terganggu hanya karena Anda mengonsumsi makanan tinggi protein seperti whey protein.

Perlu dicatat bahwa whey protein mungkin tidak cocok dikonsumsi penderita penyakit ginjal.

Mengingat efeknya yang memberatkan kerja organ, pengidap penyakit ginjal perlu berkonsultasi kepada dokter sebelum mengonsumsi suplemen ini.

Apakah boleh minum whey protein tanpa olahraga?

Minum whey protein tanpa olahraga boleh saja dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selain dari makanan. Namun, jika Anda ingin membentuk otot, sebaiknya konsumsi sebelum dan setelah olahraga.

6. Meningkatkan risiko osteoporosis

Beberapa penelitian lama menunjukkan bahwa asupan protein yang berlebihan dapat menyebabkan kalsium bocor dari tulang.

Kondisi tersebut merupakan salah satu efek samping yang mungkin muncul akibat konsumsi makanan tinggi protein seperti whey protein.

Akan tetapi, studi terbaru menunjukkan bahwa tubuh bisa menangkal efek ini dengan meningkatkan penyerapan kalsium dalam usus.

Selama Anda mengonsumsi makanan bergizi seimbang, diet tinggi protein semestinya tidak berefek buruk bagi kesehatan.

Mencegah efek samping whey protein dengan asupan yang tepat

Whey protein

Pada dasarnya, whey protein merupakan suplemen makanan yang aman tanpa dampak negatif bagi kesehatan.

Anda bisa mendapatkan manfaat suplemen ini secara optimal dengan mengonsumsinya sesuai anjuran.

Takaran yang dianjurkan ialah 1 – 2 sendok takar (25-  50 gram) per hari, tetapi setiap produk whey protein mungkin memiliki takarannya sendiri.

Mengonsumsi whey protein lebih dari yang dianjurkan tidak akan menambah manfaatnya.

Jika Anda mengalami masalah pencernaan, reaksi alergi, maupun efek samping lainnya setelah mengonsumsi whey protein, segera hentikan penggunaan produk.

Cobalah menggantinya dengan bubuk isolat protein atau bubuk protein nabati. Protein nabati dapat membantu membangun massa otot, menambah berat badan, dan meningkatkan performa olahraga.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, lengkapi dengan latihan kekuatan otot dan asupan makanan bergizi seimbang.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Cow’s Milk Protein Intolerance – Conditions – Gastroenterology, Hepatology & Nutrition – Golisano Children’s Hospital – University of Rochester Medical Center . (n.d). Retrieved 16 February 2024, from https://www.urmc.rochester.edu/childrens-hospital/gastroenterology/conditions/cow-s-milk-protein-intolerance.aspx

Vasconcelos, Q., Bachur, T., & Aragão, G. (2021). Whey protein supplementation and its potentially adverse effects on health: a systematic review. Applied Physiology, Nutrition, And Metabolism, 46(1), 27-33. 

Nguyen, D., & Morgan, T. (2013). Protein restriction in hepatic encephalopathy is appropriate for selected patients: a point of view. Hepatology International, 8(S2), 447-451. 

Landau, D., & Rabkin, R. (2013). Effect of Nutritional Status and Changes in Protein Intake on Renal Function. Nutritional Management Of Renal Disease, 197-207. 

Park, Y., Park, H. Y., Kim, J., Hwang, H., Jung, Y., Kreider, R., & Lim, K. (2019). Effects of whey protein supplementation prior to, and following, resistance exercise on body composition and training responses: A randomized double-blind placebo-controlled study. Journal of Exercise Nutrition and Biochemistry, 23(2), 34.

Lactose Intolerance. (n.d.). Retrieved 16 February 2024, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/lactose-intolerance

Versi Terbaru

19/02/2024

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kebutuhan Protein untuk Membentuk Otot dan Pilihan Makanannya

5 Rekomendasi Protein Bar Terbaik sebagai Camilan Sehat


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 19/02/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan