backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Dikonsumsi Secara Berlebihan, Benarkah Minuman Berenergi Berbahaya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Kemal Al Fajar · Tanggal diperbarui 24/06/2022

    Dikonsumsi Secara Berlebihan, Benarkah Minuman Berenergi Berbahaya?

    Produk minuman energi kini makin marak. Minuman ini populer di kalangan orang dewasa bahkan anak-anak di bawah umur. Kebanyakan orang mengonsumsinya karena ingin menambah energi. Namun, ada bahaya di balik minuman energi.

    Apa itu minuman energi?

    Minuman energi adalah minuman yang memiliki fungsi khusus yakni meningkatkan stamina, tingkat kewaspadaan dan konsentrasi, serta performa fisik.

    Minuman ini mengandung bahan-bahan yang dapat bersifat sebagai stimulan seperti kafein, taurin, gula, vitamin, serta glukuronolakton.

    Untuk memperkuat rasa, ada beberapa produk yang juga ditambahkan dengan soda. Minuman energi dapat Anda temui dalam bentuk botol, kaleng, maupun berupa bubuk dalam kemasan sachet yang dapat diseduh.

    Mengapa minuman energi bahaya?

    Minuman berenergi aman bila Anda meminumnya sesekali dan pada saat-saat tertentu. Sayangnya, banyak orang yang cenderung memaksakan diri untuk terus beraktivitas meski tubuh sudah lelah.

    Hal tersebut membuat mereka terus minum agar tubuh tetap “bangun” dan melanjutkan aktivitas. Padahal, minuman energi kebanyakan mengandung bahan stimulan yang terlalu tinggi, bahkan kadarnya melebihi yang diperlukan tubuh.

    Jika diminum terlalu sering atau lebih dari satu kemasan per hari, minuman ini dapat menimbulkan gangguan konsentrasi, ketidakseimbangan nutrisi, dan dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan bagi tubuh.

    Ironisnya, komposisi paling berbahaya dari minuman jenis ini merupakan bahan “pemberi energi” dalam minuman berenergi itu sendiri, yaitu kafein dan gula.

    Kafein yaitu sumber “pemberi energi” utama di samping bahan stimulan lainnya yang juga terkandung di dalam jenis minuman ini. Setelah konsumsi beberapa waktu, sebagian orang akan ketergantungan karena menerima kadar kafein cukup banyak.

    Batas kafein yang dapat dikonsumsi orang dewasa yaitu sekitar 400 miligram (mg) per hari. Pada minuman berenergi, kafein yang terkandung yakni sekitar 70 – 200 mg. Jumlah ini bisa bertambah dari bahan lainnya seperti guarana dalam minuman energi.

    Jika seseorang juga meminum sumber kafein lainnya seperti kopi, ia dapat mengalami overdosis kafein yang efeknya berbahaya bagi jantung.

    Sementara itu, gula merupakan sumber dari bahan utama energi bagi tubuh (glukosa). Biasanya minuman berenergi mengandung glukosa yang sangat tinggi, bahkan melebihi kebutuhan yang sebenarnya.

    Konsumsi glukosa yang tinggi dari minuman energi tanpa diimbangi dengan aktivitas akan memicu bahaya kegemukan dan peningkatan kadar glukosa (gula) darah.

    Bahaya kesehatan dari konsumsi minuman berenergi

    cara menjaga kesehatan jantung

    Di bawah ini sejumlah bahaya kesehatan yang akan timbul dari terlalu banyak konsumsi minuman energi.

    1. Gangguan pada jantung

    Hal ini mungkin dialami oleh mereka yang memiliki gangguan pada jantung. Efek pada jantung disebabkan oleh konsumsi kafein berlebih yang menyebabkan aritmia, bahkan sebelum seseorang mengalami gangguan kesehatan pada jantung.

    Konsumsi minuman energi berlebih juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Salah satu studi pada 2009 menunjukkan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 11% atau sekitar 10mmHg setiap mengonsumsi minuman berenergi per hari.

    Efeknya terhadap seseorang dengan riwayat atau risiko penyakit jantung yakni terkena gagal jantung yang menyebabkan kematian.

    2. Insomnia

    Minuman energi bermanfaat dalam mengontrol seseorang agar tetap terjaga dan merasa segar. Namun, jika disalahgunakan dengan konsumsi yang berlebihan, seseorang dapat tidak akan merasa mengantuk sama sekali.

    Kondisi insomnia akan menjadi efek buruk bagi kesehatan fisik dan mental terutama yang berhubungan dengan konsentrasi otak.

    3. Diabetes melitus

    Penyakit diabetes melitus termasuk dampak yang sudah pasti disebabkan kadar glukosa yang sangat tinggi. Konsumsi yang terlalu sering akan menyebabkan defisiensi insulin akibat banyak gula dalam darah.

    Minuman energi sendiri sudah memiliki kadar gula yang tinggi, dan jika ditambah glukosa dari makanan lainnya akan menambah beban kinerja pankreas dalam menghasilkan hormon insulin.

    4. Ketergantungan

    Kondisi ini hampir sama dengan ketergantungan kafein pada umumnya. Namun, ketergantungan pada minuman berenergi juga dapat disebabkan stimulan lainnya sehingga tubuh memerlukan minuman berenergi untuk melakukan pekerjaan berat.

    Ketergantungan kafein dalam dosis tinggi juga akan sangat sulit dihilangkan, akibatnya orang yang ketergantungan mungkin akan mengkonsumsi minuman berenergi kembali bahkan dalam waktu yang lama.

    Jika ingin menghentikan ketergantungan dan berhenti meminum minuman berenergi, seseorang mungkin akan mengalami sakit kepala sebagai gejala withdrawal alias “sakau”.

    5. Overdosis vitamin B

    Jenis minuman yang satu ini mengandung berbagai vitamin B, salah satunya niacin (vitamin B3). Vitamin B pada umumnya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dan dapat dipenuhi tanpa minuman berenergi atau suplemen.

    Namun,keracunan akibat kelebihan vitamin (hipervitaminonsis) yang satu ini mungkin terjadi apabila seseorang mengkonsumsi minuman berenergi lebih dari satu kemasan per hari.

    Gejala yang disebabkan yaitu iritasi pada kulit, pusing, aritmia, muntah, dan diare. Tidak menutup kemungkinan terjadi kondisi hipervitaminosis B yang menyebabkan awal dari kerusakan saraf dan liver.

    Pastikan Anda tak terlalu bergantung pada minuman energi. Lebih baik lakukan hal-hal yang bisa menambah stamina Anda secara alami seperti berolahraga, tidur pada jam-jam yang teratur.

    Jangan lupa untuk selalu mmengonsumsi makanan rendah indeks glikemik dan berserat tinggi seperti sayuran dan kacang-kacangan.

    Catatan

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Kemal Al Fajar · Tanggal diperbarui 24/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan