backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Diet Anti-Aging, Benarkah Mampu Memperpanjang Usia?

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Diet Anti-Aging, Benarkah Mampu Memperpanjang Usia?

    Diet anti-aging adalah salah satu pola makan yang digadang-gadangkan mampu memperpanjang usia.  Penelitiannya bahkan sudah ada lebih dari seabad silam.

    Apakah klaim diet yang satu ini benar-benar efektif? Simak lebih lanjut di sini.

    Apa itu diet anti-aging?

    Diet anti-aging adalah pola atau kebiasaan makan yang berguna untuk memperlambat proses penuaan tubuh.

    Mengonsumsi makanan yang diketahui memiliki manfaat anti-aging diharapkan akan memperpanjang usia seseorang.

    Pola makan ini sudah diteliti sejak lebih dari seratus tahun yang lalu dan riset tersebut masih berjalan hingga saat ini.

    Diet yang satu ini memiliki beberapa pantangan dan panduan tertentu.

    Bagaimana panduan diet anti-aging?

    Seabad yang lalu, pada 1917, peneliti menemukan bahwa kunci pola makan agar tetap panjang umur adalah dengan mengurangi asupan kalori harian. Namun, penelitian tersebut masih diujicoba pada tikus. 

    Riset lanjutan yang terbit di jurnal %7CMCORGID%3D242B6472541199F70A4C98A6%2540AdobeOrg%7CScience (2021) menemukan ada beberapa cara  anti-aging diet dengan mengurangi kalori harian, berikut penjelasannya.

    1. Intermittent fasting

    apa itu intermittent fasting diet puasa

    Diet puasa atau intermittent fasting adalah cara mengurangi kalori harian dengan mengatur waktu yang tepat untuk mengonsumsi asupan.

    Saat melakukan diet anti-aging ini, Anda hanya makan selama delapan jam dalam sehari atau membatasi kalori sebanyak 500–600 kkal sebanyak dua kali dalam seminggu.

    Diet puasa berpotensi memperpanjang usia karena memperkuat sel saraf di otak. Dengan begitu, Anda tidak mudah terkena gangguan seperti epilepsi dan stroke.

    2. Fasting-mimicking diet

    Fasting-mimicking diet (FMD) adalah anti-aging diet dengan mengonsumsi makanan rendah kalori, gula dan protein, serta kaya lemak tak jenuh.

    Diet ini biasanya dilakukan selama 5 hari dalam satu bulan. Bila rutin menjalani FMD, Anda akan merasakan penurunan tekanan darah, berat badan, dan lemak tubuh secara keseluruhan.

    Selain itu, diet ini membantu mengurangi hormon pertumbuhan atau insulin-like growth factor 1 (IGF-1). Hormon ini  mempercepat penuaan pada tubuh karena mendorong pertumbuhan dan pematangan jaringan tubuh.

    3. Diet keto

    Sumber lemak tak jenuh

    Ada satu jenis diet yang bisa dikategorikan sebagai diet anti-aging, yaitu diet keto. Diet ini membatasi asupan karbohidrat dan mengonsumsi lemak sehat, seperti lemak tak jenuh.

    Diet ini akan membuat tubuh menggunakan keton atau sisa metabolisme lemak di hati sebagai asupan energi Anda. Anti-aging diet yang satu ini terbukti memiliki potensi meningkatkan rata-rata usia.

    Selain itu, diet ini membantu mengurangi risiko obesitas yang bisa memicu kematian.

    4. Time-Restricted Eating

    Cara diet anti-aging ini berfokus dengan mengonsumsi seluruh asupan harian selama 6–10 jam pada saat Anda beraktivitas di siang hari.

    Selain rentang waktu tersebut, Anda tidak mengonsumsi kalori apa pun. Anda hanya minum air putih.

    Diet ini membantu menjaga kadar gula darah, mengurangi kadar lemak darah, dan menurunkan risiko perlemakan hati, sehingga meningkatkan harapan hidup.

    Apa saja pantangan makanan untuk diet anti-aging?

    Tidak hanya mengurangi asupan kalori, ternyata ada beberapa zat gizi yang harus dikurangi saat menjalani diet antipenuaan ini

    1. Asam amino

    apa itu asam amino

    Mengurangi asam amino juga terbukti mampu berpotensi mengurangi kerusakan DNA akibat penuaan. Ada beberapa asam amino yang dibatasi, yakni:

    • triptofan,
    • metionin,
    • leusin,
    • valin, dan
    • isoleusin.

    3. Karbohidrat

    Jenis karbohidrat

    Mengutip riset dari jurnal Aging Cell (2014), jenis karbohidrat yang harus dibatasi adalah karbohidrat sederhana. Jenis zat gizi yang satu ini memiliki indeks glikemik yang tinggi. Akibatnya, gula darah melonjak drastis.

    Gula darah yang tinggi mampu memicu penyakit yang berkaitan dengan usia, seperti diabetes dan penyakit jantung.

    Oleh karena itu, makanan rendah karbohidrat berpotensi menunda penuaan dengan cara menurunkan risiko penyakit metabolik seperti di atas dan menjaga kesehatan tubuh secara umum.

    3. Protein

    Membatasi asupan protein adalah salah satu cara yang menjanjikan untuk memperpanjang usia.

    Namun tidak asal mengurangi protein, protein yang sebaiknya dibatasi konsumsinya adalah protein yang berasal dari daging merah.

    Orang yang mengonsumsi daging merah cenderung memiliki kadar IGF-1 yang lebih tinggi. Jadi, hal ini bisa memicu penuaan lebih cepat.

    Meski demikian, Anda perlu mengingat bahwa membatasi zat gizi ini tidak cocok untuk lansia. Orang lanjut usia membutuhkan asupan protein untuk menjaga massa ototnya.

    Apa yang harus diingat sebelum memulai diet anti-aging?

    diet anti-aging

    Memang, ada banyak riset yang menemukan bahwa suatu pola makan tertentu berpotensi memperpanjang usia dan menghambat penuaan.

    Akan tetapi, Anda perlu mengingat bahwa sebagian besar penelitian terkait asupan makanan dan usia masih terbatas pada uji coba hewan dan ragi.

    Jadi, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitas diet anti-aging pada manusia.

    Selain itu, ada pula risiko yang mengintai bila Anda mengurangi asupan kalori harian Anda tanpa pertimbangan yang pasti.

    Inilah risiko kesehatan yang mungkin Anda alami saat menjalani diet anti-aging

    • Kekurangan zat gizi harian.
    • Metabolisme tubuh melambat.
    • Menurunnya fungsi kognitif untuk menjalani kegiatan sehari-hari.
    • Munculnya batu empedu.
    • Otot melemah.
    • Luka sulit sembuh.
    • Masalah tidur.
    • Rentan infeksi.
    • Mudah kedinginan.

    Diet anti-aging memang menjanjikan untuk menunda penuaan dan hidup sehat.

    Meski demikian, sebaiknya konsultasikan pola makan tertentu dengan dokter spesialis gizi atau ahli diet.

    Hal ini berguna untuk mengetahui diet yang paling cocok sesuai dengan kondisi kesehatan sehingga Anda mendapatkan manfaatnya dengan maksimal.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Larastining Retno Wulandari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan