backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Agoraphobia, Takut Berlebihan untuk Berada di Kerumunan

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 06/12/2023

Agoraphobia, Takut Berlebihan untuk Berada di Kerumunan

Saat berhadapan dengan situasi yang membuat Anda sulit melarikan diri atau minta tolong, bisa saja Anda merasakan takut atau cemas. Namun, bila Anda merasa cemas berlebihan, hal ini mungkin menandakan gangguan kecemasan yang disebut agoraphobia.

Apa itu agoraphobia?

Agoraphobia adalah rasa cemas dan takut berlebihan pada situasi yang membuat seseorang sulit melarikan diri dan tidak bisa meminta pertolongan.

Kebanyakan orang yang mengidap kondisi ini mengalami satu kali atau lebih serangan panik. 

Gangguan ini membuat orang tersebut makin takut mengalami kondisi yang sama sehingga ia sebisa mungkin menghindari tempat atau situasi tertentu yang memicu gejalanya.

Beberapa tempat yang biasa dihindari pengidap gangguan kecemasan ini yaitu ruangan luas yang terbuka atau tertutup, transportasi umum, dan tempat yang penuh keramaian. 

Ketakutan tersebut pada akhirnya membuat mereka sering kali merasa tidak aman di tempat umum dan membutuhkan kerabat atau teman untuk mendampingi.

Dalam kasus parah, pengidap agorafobia bisa merasa sangat terbebani dengan rasa takut sehingga tidak mau meninggalkan rumah.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Agoraphobia terbilang cukup jarang terjadi. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), gangguan ini hanya memengaruhi 1,7% orang pada populasi umum. Kondisi ini umum terjadi pada remaja dan orang dewasa, terutama sebelum usia 35 tahun.

Tanda dan gejala agoraphobia

fobia phobia

Pengidap agoraphobia biasanya menunjukkan gejala ketakutan yang khas seperti berikut.

  • Tidak mau berada di rumah sendirian.
  • Merasa takut di kerumunan atau ketika mengantre.
  • Tidak mau atau merasa takut di dalam ruangan tertutup, seperti bioskop atau lift.
  • Berusaha menghindari ruangan terbuka, seperti mal, jembatan, atau tempat parkir.
  • Sering menolak atau tidak mau menggunakan transportasi umum, seperti bus, kereta, atau pesawat.

Kecemasan dan rasa takut hampir selalu muncul setiap kali mereka terpapar situasi tersebut.

Sebisa mungkin mereka akan menghindari situasi tersebut atau membutuhkan bantuan dari orang yang dikenalnya untuk menemaninya. 

Selain itu, pengidap gangguan kecemasan ini juga kerap kali mengalami tekanan dan masalah pada pekerjaan maupun kehidupan sosial.

Pengidap agoraphobia yang mengalami serangan panik juga mengalami gejala fisik, meliputi:

  • denyut jantung yang lebih cepat dari biasanya,
  • tubuh berkeringat dingin, gemetar, dan pusing,
  • tubuh bisa terasa kesemutan atau bahkan mati rasa,
  • kesulitan bernapas yang kadang disertai nyeri dada, dan
  • gangguan pencernaan, seperti sakit perut atau diare.

Apabila Anda mengalami tanda dan gejala di atas selama enam bulan atau lebih, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter atau psikolog.

Penyebab agoraphobia

Penyebab agoraphobia tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, gangguan ini sering dikaitkan dengan serangan panik. 

Serangan panik menimbulkan rasa takut berlebihan yang singkat tetapi intens karena alasan tertentu.

Sepertiga jumlah kasus serangan panik terjadi bersamaan dengan jenis fobia ini. Namun, ada juga pengidap agorafobia yang tidak mengalami serangan panik.

Faktor risiko agoraphobia

Meski penyebabnya tidak diketahui pasti, beberapa hal di bawah ini dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengalami agorafobia.

  • Memiliki riwayat serangan panik atau fobia lainnya.
  • Memiliki riwayat anggota keluarga yang mengalami fobia serupa.
  • Pernah mengalami peristiwa traumatis, seperti menjadi korban kekerasan seksual, penyerangan fisik, atau ditinggalkan orang yang dicintai.
  • Mudah merasa gugup dan cemas berlebihan.

Komplikasi agoraphobia

Orang dengan fobia ini akan membatasi aktivitas hidupnya. Makin parah kondisinya, mereka bisa sampai tidak ingin meninggalkan rumah.

Tanpa pengobatan, seseorang yang memiliki kondisi ini akan kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain dan bahkan sulit untuk pergi ke sekolah atau bekerja. 

Jika semakin parah, agoraphobia dapat menyebabkan komplikasi berupa depresi, gangguan kepribadian, hingga kecanduan alkohol dan obat-obatan.

Diagnosis agoraphobia

tugas konselor

Tidak ada tes laboratorium untuk mendiagnosis agoraphobia. Namun, dokter akan melakukan beberapa hal untuk menegakkan diagnosis, seperti:

  • mengamati tanda dan gejala,
  • memberikan pertanyaan pada pasien lebih mendalam mengenai kondisinya, dan
  • melakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut untuk mengesampingkan masalah kesehatan lain.

Apabila tidak ditemukan masalah fisik tertentu yang bisa menimbulkan gejala yang menyerupai agoraphobia, dokter dapat merujuk pasien untuk bertemu dengan psikolog atau psikiater.

Umumnya, ahli kesehatan mental akan mengacu pada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) sebagai pedoman untuk mendiagnosis penyakit mental berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditentukan.

Penanganan agoraphobia

Beberapa pengobatan yang direkomendasikan untuk pengidap agorafobia adalah sebagai berikut.

1. Psikoterapi

Salah satu jenis terapi psikologis (psikoterapi), yakni terapi perilaku kognitif (CBT), merupakan terapi yang paling efektif untuk mengatasi gangguan kecemasan.

Umumnya, pengobatan ini dilakukan jangka pendek yang berfokus untuk mengajarkan keterampilan khusus agar pasien dapat mengatasi kecemasan. 

Pada terapi ini, pasien juga akan mempelajari faktor pemicu dan menghindari cara yang tidak sehat dalam mengatasi kecemasan maupun meringankan stres.

2. Obat-obatan

Beberapa pengidap agorafobia mungkin membutuhkan obat-obatan tertentu untuk menangani gejalanya. Obat-obatan yang biasanya diresepkan adalah sebagai berikut.

  • Antidepresan golongan SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor), seperti fluoxetine dan sertraline, digunakan untuk pengobatan gangguan panik dengan agoraphobia.
  • Antikecemasan, seperti benzodiazepine, membantu meredakan gejala kecemasan, tetapi hanya boleh digunakan untuk jangka pendek.

Pencegahan agorafobia

Selain menjalani pengobatan dokter, pengidap gangguan kecemasan ini juga perlu melakukan beberapa perubahan gaya hidup seperti berikut.

  • Membatasi minum alkohol dan kafein, contohnya kopi, soda, atau minuman berenergi.
  • Mempelajari cara menenangkan diri, misalnya dengan meditasi atau latihan pernapasan.
  • Meminta bantuan keluarga, pasangan, atau teman bila ingin bepergian keluar rumah dan berlatih mengatasi rasa takut.

Tidak ada cara pasti untuk mencegah agoraphobia. Namun, bila Anda merasa cemas saat pergi ke tempat-tempat tertentu, coba beranikan diri mengunjungi tempat tersebut beberapa kali.

Tujuannya untuk menepiskan kecemasan yang selama ini Anda khawatirkan. Jika rasa cemas juga tidak membaik, konsultasi dengan psikolog sangat disarankan.

Kesimpulan

  • Agoraphobia adalah perasaan takut dan cemas berlebihan pada situasi yang membuat seseorang sulit melarikan diri atau tidak bisa meminta pertolongan.
  • Pengidap gangguan kecemasan ini takut saat berada di tengah kerumunan, misalnya di mal, bioskop, maupun transportasi umum.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT) dan obat-obatan dapat diberikan dengan tujuan membantu mengatasi kecemasan serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 06/12/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan