Seorang wanita memiliki risiko untuk mengalami infeksi setelah melahirkan. Kondisi ini disebut infeksi postpartum. Meski bisa ditangani dengan baik, komplikasi persalinan ini berakibat fatal bila tidak ditangani dengan tepat.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Seorang wanita memiliki risiko untuk mengalami infeksi setelah melahirkan. Kondisi ini disebut infeksi postpartum. Meski bisa ditangani dengan baik, komplikasi persalinan ini berakibat fatal bila tidak ditangani dengan tepat.
Infeksi postpartum adalah berbagai infeksi yang terjadi setelah seseorang melahirkan melalui vagina, operasi caesar, atau saat menyusui.
Komplikasi persalinan ini bisa juga disebut sebagai infeksi pascapersalinan atau infeksi masa nifas.
Sejumlah infeksi yang umum terjadi di antaranya infeksi lapisan rahim (endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih, dan infeksi pada luka sayatan operasi caesar.
Infeksi postpartum dapat terjadi kapan saja selama masa nifas. Namun, kemungkinan besar kondisi ini terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama setelah melahirkan.
Gejala yang paling umum dari infeksi pascapersalinan adalah nyeri. Itulah sebabnya kondisi ini sulit dibedakan dengan nyeri postpartum.
Kebanyakan infeksi ditandai dengan demam sekitar 38° Celcius, menggigil, atau kurang enak badan. Namun, terkadang gejala-gejala tersebut tampak kurang jelas.
Dilansir dari laman March of Dimes, berikut adalah tanda dan gejala infeksi lainnya yang perlu ibu waspadai.
Anda juga harus segera mencari bantuan medis darurat jika mengalami nyeri perut hebat, penurunan kesadaran atau rasa ingin pingsan, detak jantung lemah dan cepat, atau muntah darah.
Jika Anda memiliki kekhawatiran tertentu akan gejala infeksi postpartum, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.
Infeksi postpartum disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh ibu saat melahirkan, seperti Streptococcus dan Staphylococcus.
Kondisi ini sering kali muncul pada rahim setelah persalinan. Rahim bisa terinfeksi bila kantong ketuban terinfeksi oleh bakteri yang berasal dari vagina, kulit, atau lingkungan.
Berikut adalah penyebab infeksi postpartum berdasarkan jenisnya.
Anda berisiko mengalami infeksi endometrium atau endometritis bila menjalani operasi caesar.
Risiko infeksi juga lebih tinggi bila persalinan Anda menghabiskan waktu lama atau ada jangka waktu yang cukup lama antara pecahnya kantong ketuban dan persalinan.
Peradangan payudara atau mastitis disebabkan oleh jaringan yang luka atau infeksi. Biasanya, kondisi ini terjadi pada ibu menyusui dalam dua bulan pertama setelah melahirkan.
Mastitis umumnya muncul pada salah satu payudara. Awalnya, payudara akan tampak memiliki luka lecet, berwarna kemerahan, atau terasa hangat saat disentuh.
Bekas luka sayatan operasi caesar juga berisiko terinfeksi. Sekitar 16% wanita yang melalui operasi ini mengalami infeksi dalam satu minggu setelah persalinan.
Namun, kondisi ini dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risikonya, misalnya dengan merawat bekas luka operasi caesar dengan sebaik mungkin.
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu jenis infeksi postpartum atau masa nifas yang bisa terjadi setelah melahirkan.
Kondisi ini pada umumnya terjadi bila seorang wanita memakai kateter urine maupun menerima bius epidural selama proses persalinan.
Secara umum, wanita yang menjalani operasi caesar (C-section) berisiko 5–10 kali lebih tinggi untuk mengalami infeksi daripada mereka yang melahirkan normal.
Berikut ini beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita untuk terkena infeksi postpartum.
Infeksi postpartum bisa berbahaya, terutama bila tidak terdeteksi dan diobati sesegera mungkin. Komplikasi infeksi yang umumnya terjadi adalah abses dan sepsis.
Abses merupakan kantong berisikan nanah. Abses dapat terbentuk di dalam rahim, saluran tuba falopi, atau ovarium setelah infeksi bakteri.
Sepsis merupakan infeksi bakteri dalam aliran darah. Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh sekaligus dan berpotensi mengancam nyawa.
Kedua komplikasi tersebut membuat pemulihan pascabersalin jadi lebih sulit dan lama dari biasanya.
Oleh karena itu, segeralah berkonsultasi dan memeriksakan diri ke dokter bila Anda merasakan gejala yang mengarah pada infeksi postpartum.
Infeksi postpartum didiagnosis melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan ibu yang melahirkan.
Dokter umumnya akan bertanya terlebih dahulu mengenai gejala yang Anda alami dan faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
Selanjutnya, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi tanda dan gejala infeksi, seperti demam, nyeri tekan, dan kemerahan pada kulit.
Dalam beberapa kasus, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan medis seperti berikut ini.
Dokter akan menentukan pengobatan berdasarkan jenis infeksi dan tingkat keparahan gejala.
Pada sebagian besar kasus, infeksi postpartum dapat diobati dengan antibiotik. Jenis obat yang akan Anda terima tergantung pada jenis bakteri yang menyebabkan infeksi.
Obat antibiotik oral pada umumnya sudah cukup, tetapi pada infeksi yang lebih serius, Anda mungkin perlu obat antibiotik suntik dan kemungkinan perawatan medis lain.
Anda mungkin perlu menjalani operasi tambahan guna mengeringkan abses atau mengangkat jaringan tubuh yang terinfeksi.
Umumnya, tubuh akan terasa membaik dalam beberapa hari setelah penggunaan antibiotik. Namun, Anda tetap harus mematuhi aturan minum antibiotik meski gejalanya sudah hilang.
Jangan lupa juga untuk meminum lebih banyak cairan untuk mencegah dehidrasi. Perbanyaklah istirahat untuk membantu tubuh Anda dalam melawan infeksi.
Selain menjalani pengobatan medis, beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan berikut ini dapat membantu Anda mengatasi infeksi postpartum.
Apabila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik dari masalah yang Anda alami.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar