Setiap ibu hamil tentu mendambakan proses persalinan yang lancar dengan kondisi bayi yang sehat. Namun, meski sudah melakukan persiapan persalinan, tidak menutup kemungkinan bahwa proses ini menimbulkan komplikasi, misalnya inversio uteri.
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Setiap ibu hamil tentu mendambakan proses persalinan yang lancar dengan kondisi bayi yang sehat. Namun, meski sudah melakukan persiapan persalinan, tidak menutup kemungkinan bahwa proses ini menimbulkan komplikasi, misalnya inversio uteri.
Apa itu inversio uteri? Apakah kondisi ini membahayakan ibu dan janin? Simak informasi berikut untuk mengetahui jawabanya.
Uterine inversion atau inversio uteri adalah kondisi saat plasenta tidak mau terlepas dari dinding rahim (uterus) sehingga membuat fundus (bagian atas rahim) justru tertarik ke arah vagina.
Pada kondisi normal, plasenta seharusnya terlepas dari rahim dan keluar melalui vagina sekitar setengah jam setelah bayi lahir.
Kondisi yang juga dikenal dengan rahim terbalik ini merupakan salah satu komplikasi persalinan langka yang dapat berakibat fatal bagi wanita hamil.
Risiko kematian saat melahirkan bisa meningkat jika terjadi perdarahan hebat dan syok parah. Meski begitu, angka harapan hidup pada ibu hamil dengan uterine inversion masih mencapai 85 persen.
Inversio uteri terbagi dalam tiga jenis sesuai dengan tingkat keparahannya seperti berikut.
Gejala inversio uteri bisa berbeda-beda sesuai dengan tingkat keparahannya. Berikut ini adalah tanda uterine inversion secara umum.
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab uterine inversion selama proses persalinan.
Namun, wanita yang memiliki kondisi berikut dinilai lebih berisiko mengalami inversio uteri.
Perlu diketahui bahwa menarik tali pusat terlalu kuat atau secara paksa juga dapat meningkatkan risiko uterine inversion.
Komplikasi ini juga mengancam wanita yang melahirkan dengan retensio plasenta, kondisi ketika plasenta tidak keluar setelah 30 menit melahirkan.
Inversio uteri juga lebih banyak terjadi pada wanita yang pernah mengalami kondisi ini pada kehamilan sebelumnya.
Oleh karena itu, penting untuk menyampaikan riwayat komplikasi kehamilan atau persalinan yang pernah Anda alami ke dokter kandungan.
Apabila Anda memiliki kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya inversio uteri, sebaiknya Anda melahirkan di rumah sakit alih-alih di rumah.
Uterine inversion perlu didiagnosis secepat mungkin demi keselamatan ibu hamil. Mengutip laman Better Health Channel, berikut adalah beberapa kriteria diagnosis dari inversio uteri.
Dalam beberapa kasus, dokter juga bisa melakukan pemindaian menggunakan USG atau MRI untuk memastikan kondisi rahim.
Setelah hasil diagnosis keluar, dokter akan segera melakukan penanganan pada ibu hamil. Metode penanganan dapat disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Secara umum, berikut adalah beberapa metode pengobatan atau perawatan untuk rahim terbalik.
Dalam beberapa kasus, dokter masih bisa melakukan reposisi atau pengembalian rahim ke posisi seharusnya. Dokter akan menggunakan tangan untuk mendorong rahim.
Setelah itu, dokter akan memberikan oksitosin atau methylergonovine untuk membantu rahim berkontraksi. Pemberian obat juga digunakan untuk mencegah rahim terbalik kembali.
Selama proses reposisi, dokter akan terus memijat rahim sampai kontraksi dan perdarahannya berhenti. Ibu hamil mungkin juga menerima infus antibiotik agar tidak mengalami infeksi.
Jika posisi janin tidak berhasil dikembalikan secara manual, dokter bisa menggunakan bantuan alat menyerupai balon yang diletakkan pada mulut rahim.
Dokter lalu akan memompa balon tersebut dengan cara menambahkan air atau larutan garam. Balon yang mengembang akan mengembalikan uterus ke posisi semula.
Selain mengubah posisi rahim, teknik ini juga diklaim efektif untuk menghentikan perdarahan karena inversio uteri.
Jika perdarahan sudah terlalu banyak atau reposisi tidak berhasil, dokter harus melakukan operasi. Artinya, perut pasien akan dibuka untuk mengembalikan posisi rahim.
Namun, jika plasenta tetap tidak bisa dipisahkan meski rahim sudah berada di posisi seharusnya, dokter akan menyarankan histerektomi.
Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim adalah pilihan terakhir dalam kasus parah yang mengancam nyawa ibu hamil.
Meski termasuk kasus komplikasi langka yang membahayakan nyawa seorang wanita, inversio uteri dengan perawatan cepat dan tepat tetap bisa pulih tanpa merusak rahim.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar