Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Inversio Uteri, Komplikasi Persalinan yang Bisa Mengancam Jiwa

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 07/10/2021

    Inversio Uteri, Komplikasi Persalinan yang Bisa Mengancam Jiwa

    Sejak masa kehamilan, mungkin Anda sudah mempersiapkan persalinan baik dari segi fisik hingga mental untuk menyambut si kecil. Walaupun kondisi kesehatan baik dan siap untuk melahirkan, tak menutup kemungkinan Anda mengalami komplikasi seperti inversio uteri. Apa penyebab serta gejala dari komplikasi tersebut?

    Definisi inversio uteri

    Uterine inversion atau inversio uteri adalah salah satu komplikasi persalinan yang berpotensi mengancam jiwa wanita hamil.

    Biasanya plasenta akan lepas dari rahim dan keluar melalui vagina sekitar setengah jam setelah bayi lahir. Namun, mengutip dari Better Health, inversio uteri ini merupakan kondisi saat plasenta tetap menempel dan gagal terlepas dari dinding rahim. Hal ini membuat posisi rahim jadi terbalik.

    Ada kemungkinan dokter dapat mengembalikan posisi rahim dengan cara mendorongnya. Apabila kondisinya cukup parah, dokter akan melakukan tindakan pembedahan.

    Umumnya, inversio uteri terjadi pada 1 dari 2000 ibu hamil yang melakukan persalinan. Tingkat kelangsungan hidup ibu pun mencapai 85%. Risiko kematian saat melahirkan yang tinggi kemungkinan terjadi karena perdarahan hebat dan syok yang parah.

    Inversio uteri dapat terbagi dalam beberapa jenis tingkat keparahan seperti di bawah ini.

    • Incomplete inversion, bagian atas rahim (fundus) rusak tetapi belum keluar melalui serviks.
    • Complete inversion, rahim terbalik dan keluarn melakui serviks (leher rahim).
    • Prolaps inversion, fundus rahim keluar melalui vagina.
    • Total inversion, seluruh bagian rahim keluar melaui vagina (terjadi pada kasus kanker).

    Gejala inversio uteri

    Saat mengalami kondisi ini, ada kemungkinan ibu memperlihatkan tanda atau gejala syok, seperti:

    • sakit kepala disertai pusing,
    • kedinginan,
    • tekanan darah turun
    • Nadi lemah
    • kelelahan, dan
    • sesak napas.

    Penyebab inversio uteri

    Hingga kini belum ada penyebab pasti terjadinya uterine inversion pada ibu yang sedang dalam proses persalinan. Berikut adalah faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami kondisi ini.

    • Masalah pada proses persalinan sebelumnya
    • Waktu persalinan lebih dari 24 jam
    • penggunaan magnesium sulfat (relaksan otot) selama persalinan
    • Tali pusar pendek
    • Menarik tali pusar terlalu kuat
    • Plasenta menempel terlalu dalam pada dinding rahim
    • Rahim terlalu lemah
    • Adanya kelainan bawaan

    Perlu Anda ketahui bahwa menarik tali pusar terlalu kuat atau secara paksa karena dapat menyebabkan inversio uteri.

    Kondisi ini juga berlaku pada kasus plasenta yang belum juga keluar dalam waktu 30 menit setelah melahirkan. Apabila dikeluarkan secara paksa akan mengakibatkan perdarahan dan infeksi.

    Lalu, ibu hamil yang pernah mengalami kondisi ini juga berisiko terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.

    Maka dari itu, informasikan mengenai komplikasi yang pernah Anda alami apabila mengganti dokter sehingga ia bisa melakukan tindakan pencegahan.

    Diagnosis inversio uteri

    Saat melahirkan di rumah sakit dan mengalami kondisi ini, dokter perlu melakukan diagnosis yang cepat agar bisa menyelamatkan nyawa ibu.

    Dokter akan mendiagnosis inversio uteri saat melihat tanda serta gejala di bawah ini.

    • Rahim menonjol dari vagina.
    • Ketika meraba perut, bagian atas rahim tidak dalam posisi yang seharusnya.
    • Ibu mengalami kehilangan darah yang lebih dari biasanya.
    • Tekanan darah turun drastis sehingga terjadi hipotensi.
    • Menunjukkan tanda-tanda syok.

    Terkadang, dalam beberapa kasus dokter juga bisa melakukan pemindaian seperti USG atau MRI untuk memastikan inversio uteri.

    Penanganan inversio uteri

    Perawatan atau pengobatan inversio uteri harus segera dokter lakukan segera setelah diagnosis.

    Mungkin, dokter akan mendorong bagian atas rahim kembali ke panggul melalui serviks yang membesar. Jika plasenta belum lepas, dokter akan mengembalikan posisi rahim terlebih dahulu.

    Pilihan pengobatan atau perawatan kondisi ini menyesuaikan dengan keadaan ibu.

    1. Mengembalikan posisi rahim

    Pertama, dokter akan melakukan anestesi umum apabila memang diperlukan.

    Setelah mengembalikan posisi (reposisi) rahim secara manual dokter akan memberikan oksitosin dan methylergonovine untuk membantu rahim berkontraksi.

    Pemberian obat ini juga dilakukan untuk mencegahnya terbalik lagi. Untuk itu, dokter atau perawat akan memijat rahim sampai kontraksi sepenuhnya dan perdarahan pun berhenti.

    2. Pemberian antibiotik

    Apabila perlu, ibu hamil juga kemungkinan akan diberikan cairan infus beserta transfusi darah. Selain itu, dokter juga akan memberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

    Jika setelah pemberian obat plasenta masih belum keluar, dokter mungkin harus mengeluarkannya secara manual.

    3. Reposisi rahim dengan alat

    Ada pula teknik mengembalikan posisi rahim dengan menggunakan alat seperti balon dengan tambahan tekanan air.

    Dokter akan menempatkan balon yang diisi dengan larutan garam tersebut dalam rongga rahim. Ini dilakukan untuk mendorong rahim kembali ke posisinya.

    Tak hanya berhasil mengubah posisi rahim, teknik ini juga diklaim efektif untuk menghentikan perdarahan serta inversio uteri.

    4. Operasi

    Saat reposisi rahim secara manual belum juga berhasil, tidak menutup kemungkinan dokter akan melakukan operasi.

    Setelah proses anestesi, perut ibu akan dibuka kemudian akan mengembalikan posisi rahim.

    Dalam kasus ini, apabila plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim, ada kemungkinan pula dokter akan melakukan histerektomi.

    Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim adalah pilihan terakhir dalam kasus parah saat risiko kematian ibu terlalu tinggi.

    Inversio uteri adalah kondisi langka tetapi cukup serius yang bisa terjadi pada siapa saja. Perlu pula Anda ingat bahwa jika penanganannya cepat, ibu dapat pulih tanpa mengalami kerusakan rahim.

    [embed-community-8]

    Disclaimer

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 07/10/2021

    Iklan

    Apakah artikel ini membantu?

    Iklan
    Iklan