Memulai program hamil inseminasi hingga bayi tabung

Hari yang dinantikan akhirnya datang juga. Suami saya lancar menyelesaikan pendidikan spesialisnya, kami pun berniat untuk segera memulai program hamil.
Meski di tengah situasi pandemi, kami sepakat untuk tetap memulai program hamil karena mempertimbangkan faktor usia.
Semakin bertambah usia, khususnya perempuan di atas 35 tahun, maka sel telur semakin berkurang. Jika kami menundanya kembali, kami khawatir akan semakin bertambah masalah dan semakin berat program hamil dijalani.
Kami berdua memutuskan datang bersama ke dokter obgyn. Suami saya kemudian menjalani pemeriksaan sperma, sementara saya melakukan cek USG transvaginal dan pemeriksaan HSG (histerosalpingografi) untuk melihat struktur rahim.
Masalah yang ditemukan masih sama dan sesuai dengan perkiraan kami, suami saya mengalami terato asthenozoospermia.
Karena organ reproduksi saya dalam kondisi sehat, dokter menyarankan agar kami melakukan program hamil inseminasi buatan.
Intrauterine insemination (IUI) atau inseminasi buatan ini dilakukan dengan cara menempatkan sperma yang telah dikumpulkan dan diproses di laboratorium ke dalam rongga rahim.
Sebelum ditempatkan ke dalam rahim, sperma dibersihkan dari cairan mani dan kemudian dikonsentrasikan. Proses inseminasi ini menempatkan sperma terbaik lebih dekat ke rongga rahim, memotong jalur rahin, dan membuat jalan ke saluran tuba falopi lebih pendek.
Tujuannya agar meningkatkan jumlah sperma yang berhasil sampai di saluran tuba sehingga meningkatkan kesempatan untuk membuahi sel telur.
Setelah berkonsultasi selama 1 bulan, akhirnya kami sepakat untuk mencoba program inseminasi. Namun, program ini ternyata tak membuahkan hasil.
Setelah penantian selama 3 tahun, saya merasa amat sedih dan kecewa karena kegagalan yang dialami. Semula kami sangat berharap bisa berhasil di percobaan pertama.
Tak ingin bersedih terlalu lama, kami kembali membulatkan tekad mencoba program kehamilan berikutnya. Saya sadar bahwa untuk mengatasi masalah kesuburan ini butuh energi dan kesabaran yang besar.
Meski telah berniat kembali memulai, saya masih sedikit galau memutuskan program kehamilan yang diambil setelah gagal menjalani program inseminasi.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar