Obat yang diresepkan dokter memang saya minum, namun anjuran untuk diet tak kunjung saya lakukan. Setelah beberapa kali kontrol, kondisi sel telur saya semakin membaik namun hormon masih jadi persoalan. Dokter juga menyarankan agar suami saya melakukan pemeriksaan sperma.
Selain itu, dokter tetap menganjurkan saya untuk melakukan diet, berolahraga, dan menerapkan gaya hidup sehat. Semua itu sulit saya laksanakan. Niat untuk diet atau olahraga berkali-kali luntur karena godaan untuk terus jajan cemilan dan makanan tak bisa saya hindari.
Apalagi saya dan suami sama-sama hobi makan dan wisata kuliner. Hampir setiap pekan kami memilih makan di luar atau membeli makanan siap saji. Makan junk food dan resto all you can eat adalah favorit kami. Olahraga pun tak saya lakukan, karena suami juga tak pernah menyatakan protesnya atas badan saya yang semakin gemuk.
Dalam 2 tahun, berat badan saya naik hampir 30 Kg. Kenaikan berat badan itu tak hanya disebabkan oleh gaya hidup saya yang sering jajan cemilan dan makan, namun juga karena kondisi PCOS yang saya alami.
Tahun-tahun itu berlalu begitu cepat, pikiran saya untuk segera merencanakan kehamilan timbul tenggelam. Terlebih karena suami saya juga jarang sekali mengungkit hal tersebut.
Saya tahu, di luar sana berbagai komentar berseliweran. “Ngapain punya harta banyak, tapi mandul,” adalah salah satu celetukan yang saya dengar. Omongan tersebut kerap membuat saya sakit hati, tapi saya mencoba tidak peduli.
Demi menghindari pertanyaan kapan punya momongan dan berbagai variasinya, saya jarang ikut acara reuni atau kumpul dengan teman-teman yang tak terlalu dekat. Saya tidak mau baper dengan basa-basi soal anak yang pasti bakal muncul.
Program kedua setelah 4 tahun menikah

Melewati tahun keempat pernikahan saya kembali memeriksakan kondisi PCOS ke dokter. Namun belum diniatkan untuk program kehamilan. Setelah di USG, PCOS saya sudah tidak ada, sudah bersih. Hanya saja ukuran sel telur masih belum cukup besar untuk bisa dibuahi.
Saya merasa ada harapan dan kembali fokus mempersiapkan kehamilan. Dokter bilang bisa minum obat untuk memperbaiki kualitas sel telur agar matang dan siap dibuahi. Saya mulai kembali rutin ke kontrol, USG transvaginal setiap bulan, sampai suami juga akhirnya mau untuk cek kesuburan spermanya.
Setelah tujuh bulan sel telur saya berada pada kondisi normal. Selain itu, sperma suami juga dalam kondisi bagus. Tapi saya tidak juga hamil.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar