Keputusan yang saya ambil itu berbuah penyesalan kemudian.
Oleh karena tak mengikuti anjuran dokter, saya kembali mengalami hal yang justru saya coba hindari. Pada saat usia kehamilan 8 minggu, saya mengeluarkan flek cokelat.
Hari itu saya segera melakukan USG transvaginal. Dokter mengatakan bahwa janin di kandungan saya masih ada tetapi kondisinya sangat lemah dan rentan mengalami keguguran.
Benar saja apa yang dikatakan dokter tersebut. Beberapa hari kemudian saya kembali mengalami perdarahan hebat. Perut saya sakit dan mulas tak tertahankan. Pendarahan itu terjadi terus menerus selama satu minggu lamanya.
Kehamilan berikutnya

Pengalaman dua kali keguguran membuat saya cukup trauma dan takut untuk mencoba hamil kembali. Dokter pun menyarankan agar saya menunda kehamilan paling tidak 6 bulan untuk masa pemulihan.
Waktu tersebut kami, saya dan suami, manfaatkan untuk mengobati duka akibat kehilangan calon bayi.
Saya sadar, meski ada rasa takut, saya tak boleh menyerah dan berputus asa. Terlebih ini bukan semata persoalan saya pribadi namun demi rumah tangga saya juga.
Memasuki bulan ketujuh, saya dan suami kembali mencoba merencanakan kehamilan selanjutnya. Saya tak ingin terus menerus terpuruk dan menyalahkan diri sendiri. Kami yakin ada cara untuk menghindari terjadinya keguguran berulang.
Keguguran berulang atau recurrent miscarriage adalah sebutan bagi yang mengalami keguguran 3 kali berturut-turut. Kondisi ini jarang terjadi dan hanya dialami oleh sekitar 1% pasangan.
Saya pun membulatkan tekad untuk mencoba kembali hamil dan menjaga kandungan sebaik mungkin.
Saya tahu kondisi keguguran sebelumnya bisa meningkatkan risiko keguguran di kehamilan berikutnya.
Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan saya. Selain itu, saya rutin memeriksakan kesehatan dan kesuburan.
Saya menjalani beberapa pengecekan kesehatan mulai dari cek pembekuan darah, kandungan gula darah, dan infeksi TORCH (toxoplasmosis, other infections, rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes).
Hasil semua tes itu menyatakan bahwa saya baik-baik saja dan aman untuk kembali hamil
Dua kali keguguran yang saya alami terjadi pada trimester pertama kehamilan. Hal itu bisa disebabkan oleh kondisi rahim lemah, ada pembekuan darah, kualitas sperma buruk, atau alasan lainnya.
Namun, saya belum pernah benar-benar memastikan penyebab dua kali keguguran yang saya alami.
Satu hal yang pasti, dokter mengatakan bahwa pengalaman keguguran sebelumnya tak berarti peluang saya untuk hamil dan melahirkan telah tertutup.
Awal 2020 lalu saya kembali positif hamil. Pada usia kehamilan 5 minggu saya melakukan USG transvaginal, tetapi janin dalam tubuh saya belum bisa terlihat.
Rasa takut dan bayang-bayang keguguran sebelumnya menghantui. Saya waswas.
Selama kehamilan itu saya beristirahat penuh. Tak sekalipun saya melewatkan jadwal untuk minum vitamin, obat pengencer darah, dan senantiasa mengonsumsi makanan bernutrisi.
Pada jadwal kontrol berikutnya saya merasa tak tenang. Saya sudah berusaha sebaik mungkin kali ini. Rasanya saya tak bisa menerima jika saya kembali gagal.
Namun, puji syukur akhirnya saya bisa mendengar detak jantung dan melihat perkembangan janin yang saya kandung. Saya merasa lega.
Dzikrina Istighfarah Hanun Qoniah (27) bercerita untuk pembaca Hello Sehat.
Memiliki kisah atau pengalaman kehamilan yang menarik dan inspiratif? Mari berbagi cerita bersama para orang tua lain di sini.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar