backup og meta
Kategori

4

Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Apakah Ibu Hamil Boleh Minum Kopi? Ini Aturannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 07/11/2023

Apakah Ibu Hamil Boleh Minum Kopi? Ini Aturannya

Demi menjaga kesehatan dan tumbuh-kembang janin, ibu hamil harus lebih berhati-hati dalam memerhatikan pantangan makanan saat hamil. Lantas, bagaimana dengan ibu hamil yang suka minum kopi? Dengan segala manfaat dan risiko yang dimilikinya, bolehkah minuman ini dikonsumsi selama kehamilan?

Bolehkah ibu hamil minum kopi?

Ibu hamil pada dasarnya boleh minum kopi, tetapi jumlahnya perlu lebih dibatasi dan ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan.

Kafein merupakan kandungan utama dalam berbagai olahan kopi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, kafein bisa meningkatkan berbagai risiko komplikasi kehamilan.

Melansir dari situs Tommy’s, ibu hamil sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 200 mg kafein setiap harinya. Jumlah tersebut setidaknya setara dengan dua cangkir kopi.

Perlu Anda ingat pula bahwa kafein tidak hanya ditemukan pada olahan kopi. Zat ini juga ada pada cokelat, teh, minuman berenergi, dan bahkan obat pereda nyeri.

Maka, jika Anda sudah mengonsumsi sumber kafein lainnya, konsumsi olahan kopi harus lebih dikurangi. Bila Anda ingin minum kopi, sebaiknya pilihlah kopi decaf yang kandungan kafeinnya jauh lebih rendah.

Risiko minum kopi pada ibu hamil

minum obat setelah minum kopi

Susah tidur, mual, mudah cemas, hingga gangguan pencernaan merupakan efek samping yang paling mudah dirasakan ibu hamil saat minum kopi.

Namun, perlu Anda ingat bahwa kafein bisa masuk menembus plasenta dan mempengaruhi janin.

Maka, jika Anda tidak mengatur asupan kopi saat hamil, berikut adalah beberapa kondisi yang dikhawatirkan bisa terjadi.

1. Dehidrasi

Kafein pada kopi memiliki sifat diuretik sehingga membuat ibu hamil lebih sering buang air kecil.

Jika terjadi terus-menerus, kondisi tersebut bisa menyebabkan dehidrasi pada ibu hamil. Padahal, cairan memiliki peranan penting untuk perkembangan janin.

Dehidrasi yang tidak segera diatasi dapat menimbulkan kram otot, memicu kontraksi palsu atau Braxton Hicks, hingga meningkatkan risiko bayi lahir prematur.

Untuk mengurangi risiko dehidrasi selama kehamilan, Anda perlu membatasi konsumsi kopi serta memenuhi kebutuhan cairan minimal tiga liter per hari.

2. Berat badan lahir rendah (BBLR)

Ibu hamil yang minum kopi melebihi aturan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Kondisi ini dipercaya bisa terjadi karena kafein pada kopi menghambat perkembangan janin.

Bayi dinyatakan terlahir dengan BBLR jika memiliki berat badan kurang dari 2,5 kilogram. Pada kondisi ini, bayi harus dirawat di NICU terlebih dahulu untuk dipantau secara ketat.

3. Bayi lahir cacat

Risiko lain untuk ibu hamil yang minum terlalu banyak kopi adalah memiliki bayi yang lahir cacat. Ini karena kafein dapat mengalir masuk ke dalam plasenta.

Janin yang ada di dalam plasenta tentu akan ikut mengonsumsi kafein tersebut, padahal mereka belum memiliki kemampuan untuk mencernanya.

Sebagai akibatnya, kafein bisa terus bertahan di dalam plasenta dan mengganggu perkembangan janin.

4. Keguguran

Mengutip laman National Institutes of Health, ibu hamil yang minum lebih dari dua takaran saji minuman berkafein setiap hari memiliki risiko lebih besar mengalami keguguran, terlebih jika kebiasaan ini dilakukan pada tujuh minggu pertama kehamilan.

Meski belum diketahui secara pasti bagaimana kafein dapat meningkatkan risiko keguguran, kondisi ini diduga bisa terjadi karena kafein menghambat aliran darah ke embrio.

Tanpa aliran darah yang cukup, embrio juga tidak akan mendapatkan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan untuk berkembang.

5. Memperburuk keluhan selama kehamilan

Selain menimbulkan berbagai komplikasi kehamilan seperti di atas, konsumsi kafein secara berlebihan juga bisa memperburuk keluhan ibu hamil.

Anda mungkin mengalami gangguan pencernaan, susah tidur, tremor, maupun efek samping lainnya terkait konsumsi kafein.

Ibu hamil memang lebih sensitif terhadap kafein. Selain itu, proses metabolisme untuk mengeluarkan kafein ketika hamil memang lebih lambat dibandingkan saat Anda tidak hamil.

Inilah salah satu alasan mengapa ibu hamil perlu mengurangi konsumsi kafein. Usahakan untuk mengurangi kopi sejak trimester pertama kehamilan.

Berapa takaran ideal minum kopi saat hamil?

Seperti yang sudah disebutkan di atas, ibu hamil tidak disarankan mengonsumsi lebih dari 200 mg kafein setiap harinya.

Jumlah tersebut termasuk kafein yang berasal dari kopi, cokelat, teh, atau makanan dan minuman lainnya.

Sebagai gambaran, berikut adalah beberapa takaran rata-rata kafein pada kopi, teh, dan jenis minuman lainnya.

  • 1 cangkir kopi instan: 60 mg.
  • 1 gelas kopi espresso: 100 mg.
  • 1 cangkir teh: 30 mg.
  • 1 kaleng soda (375 ml): 49 mg
  • 100 g cokelat susu: 20 mg.

Secara garis besar, ibu yang hamil trimester pertama hingga trimester ketiga kehamilan memang tidak dilarang minum kopi.

Namun, Anda perlu memastikan bahwa asupan kafein harian dari kopi tidak melewati batas ideal.

Jika Anda tidak bisa memastikan ada berapa banyak kafein di dalam kopi yang Anda minum, lebih baik tidak minum kopi sama sekali atau beralihkan ke opsi kopi decaf.

Perlu diperhatikan pula bahwa dokter mungkin memberikan batas konsumsi kafein yang lebih rendah pada kondisi tertentu, contohnya pada kehamilan di atas usia 35 tahun.

Pastikan untuk selalu mengikuti saran dokter untuk menjaga kesehatan diri Anda dan janin, termasuk memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan.

Semua tentang kopi dan ibu hamil

  • Ibu hamil boleh minum kopi, tetapi jumlahnya harus sangat dibatasi.
  • Kandungan dalam kopi yang perlu dibatasi asupannya selama kehamilan adalah kafein.
  • Batasan konsumsi kafein harian pada ibu hamil adalah 200 mg.
  • Dehidrasi, BBLR, bayi lahir cacat, hingga keguguran merupakan risiko terlalu banyak minum kopi saat hamil.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 07/11/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan