Selama berada dalam kandungan, tubuh janin akan dikelilingi oleh cairan ketuban. Terkadang cairan ini volumenya bisa terlalu banyak, yang dalam dunia medis disebut sebagai polihidramnion. Ketahui penyebab, bahaya, dan cara mengatasinya dalam pembahasan berikut ini.
Apa itu polihidramnion?
Polihidramnion adalah kondisi saat ibu memiliki terlalu banyak cairan ketuban yang menumpuk selama kehamilan. Kondisi ini juga disebut kelainan cairan ketuban atau hidramnion.
Cairan ketuban mengelilingi dan melindungi janin di dalam kandungan. Cairan ini juga berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sebagian besar kasus hidramnion tergolong ringan dan tidak bergejala. Hal ini disebabkan oleh penumpukan cairan ketuban setelah paruh kedua kehamilan.
Apabila Anda didiagnosis memiliki polihidramnion, dokter akan mengawasi Anda dengan hati-hati dan membantu mencegah timbulnya komplikasi kehamilan.
Polihidramnion ringan umumnya bisa hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, kondisi yang parah memerlukan perawatan, seperti untuk mengeluarkan kelebihan cairan ketuban.
Seberapa umum kondisi ini?
Studi dalam jurnal BMC Pregnancy and Childbirth (2019) menemukan bahwa polihidramnion hanya terjadi kurang dari 2% dari keseluruhan kehamilan. Meski jarang terjadi, kondisi ini berisiko memengaruhi ibu hamil pada usia berapa pun. Tanda dan gejala polihidramnion
Polihidramnion yang ringan sering kali tidak menunjukkan gejala. Jika kondisinya parah, hal ini bisa menimbulkan gejala yang beragam pada setiap wanita.
Gejala biasanya muncul saat rahim membesar karena volume cairan ketuban yang bertambah.
Tekanan pada organ dalam di sekitar rahim seperti paru-paru, lambung, rektum, dan kandung kemih inilah yang dapat menimbulkan gejala pada ibu hamil.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada kasus polihidramnion parah antara lain:
- sesak napas,
- sakit perut,
- kesulitan buang air besar,
- lebih sering buang air kecil,
- pembengkakan pada vulva, tungkai, dan kaki, hingga
- munculnya kontraksi rahim.
Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran terhadap gejala tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda.
Penyebab polihidramnion
Pada awalnya, cairan ketuban diproduksi oleh tubuh ibu hamil. Namun, setelah usia kehamilan 20 minggu, sebagian besar cairan ini berasal dari urine janin.
Volume cairan ketuban akan meningkat hingga usia kehamilan 26 minggu. Setelahnya, volume cairan akan perlahan berkurang.
Cairan ketuban dapat menumpuk bila janin memproduksi terlalu banyak urine. Kondisi ini yang menjadi penyebab masalah pada cairan ketuban selama kehamilan.
Selain kondisi tersebut, faktor-faktor yang dapat menyebabkan polihidramnion sebagai berikut.
- Cacat lahir yang memengaruhi saluran pencernaan atau sistem saraf pusat janin.
- Kadar gula darah tinggi akibat diabetes sebelum atau selama kehamilan.
- Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi kembar atau twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS).
- Inkompatibilitas rhesus akibat perbedaan faktor rhesus (Rh) antara ibu hamil dan janin.
- Komplikasi pada jantung janin, seperti gagal jantung.
- Infeksi selama masa kehamilan.
Komplikasi polihidramnion
Terlalu banyak cairan ketuban menyebabkan rahim ibu membesar secara berlebihan. Kondisi ini dapat menyebabkan kelahiran prematur atau ketuban pecah dini (KPD).
Apabila ketuban pecah, cairan yang keluar dari rahim dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko solusio plasenta atau lepasnya plasenta sebelum waktunya.
Hal ini juga dapat menyebabkan prolaps tali pusar, yakni kondisi ketika tali pusar keluar lebih dahulu daripada janin sehingga tali tersebut dapat terimpit.
Cairan ketuban yang terlalu banyak membuat janin mudah untuk membalik atau berputar. Itu artinya, polihidramnion meningkatkan risiko persalinan bayi sungsang.
Bayi dengan posisi sungsang kadang dapat digerakkan untuk kembali ke posisi normal, yaitu kepala di bawah. Namun, kebanyakan kasus harus diatasi melalui operasi caesar.
Diagnosis polihidramnion
Selain riwayat medis dan pemeriksaan fisik, polihidramnion biasanya didiagnosis melalui USG. Dokter akan mengukur kantong untuk memperkirakan total volume cairan ketuban.
Pada beberapa kasus, USG juga dapat membantu menemukan penyebab hidramnion, seperti kehamilan ganda atau cacat lahir.
Anda mungkin memerlukan tes tambahan seperti berikut untuk mendiagnosis polihidramnion.
- Amniocentesis: pengambilan sampel cairan ketuban yang mengandung sel janin dan berbagai zat kimia yang dihasilkan janin untuk diuji di laboratorium.
- Karyotype test: pemeriksaan kelainan kromosom pada janin dengan memeriksa sel janin dari sampel cairan ketuban yang diambil selama amniocentesis.
- Glucose challenge test: pemeriksaan sampel darah pada ibu hamil untuk mengetahui risiko kadar gula darah tinggi dan diabetes gestasional.
Jika Anda didiagnosis dengan polihidramnion, dokter akan mengawasi volume cairan ketuban Anda secara berkala melalui USG mingguan.
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan rutin seperti berikut untuk memantau kesehatan janin.
- Tes nonstres: pemeriksaan untuk melihat bagaimana detak jantung janin bereaksi saat janin bergerak guna mendeteksi kelainan pada jantung janin.
- Profil biofisik: kombinasi USG dan tes nonstres untuk memberikan informasi mengenai pernapasan, bentuk dan pergerakan bayi, serta volume cairan ketuban pada rahim.
Pengobatan polihidramnion
Polihidramnion ringan jarang memerlukan perawatan dan bisa membaik dengan sendirinya. Hal ini kadang berlaku untuk kasus kelebihan cairan ketuban yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pada kasus tertentu, dokter mungkin perlu memberikan perawatan terhadap penyebab yang mendasarinya, seperti diabetes gestasional.
Berikut ini sejumlah jenis perawatan yang bisa dilakukan pada ibu hamil dengan polihidramnion.
1. Amnioreduction-amniocentesis
Dokter dapat melakukan metode amniocentesis untuk mengeluarkan kelebihan cairan ketuban.
Prosedur yang juga disebut amnioreduction ini dilakukan dengan menyuntikkan jarum panjang dan tipis melalui dinding perut sampai ke rahim, lalu menyedot kelebihan cairan ketuban.
Amnioreduction-amniocentesis dilakukan dengan anestesi lokal. Anda mungkin merasakan sedikit rasa sakit atau kram saat jarum masuk ke dalam kulit hingga ke dalam rahim.
Pada akhirnya, prosedur ini bisa membantu mengurangi volume cairan ketuban di sekitar janin dan meringankan gejala yang mungkin dialami oleh ibu hamil.
2. Obat indometasin
Penggunaan obat indometasin membantu mengurangi produksi urine janin dan volume cairan ketuban. Indometasin tidak dianjurkan setelah usia kehamilan 31 minggu.
Obat ini mungkin bisa memicu masalah jantung pada janin. Maka dari itu, dokter kandungan Anda akan terus memantau kondisi jantung janin dengan ekokardiogram janin dan USG Doppler.
Selain itu, indometasin juga bisa menyebabkan efek samping pada ibu hamil, termasuk mual, muntah, refluks asam lambung, dan radang lambung (gastritis).
3. Induksi persalinan
Kebanyakan ibu yang mengalami polihidramnion ringan hingga sedang bisa mengandung janin hingga cukup bulan dan mampu melahirkan pada usia kehamilan 39 atau 40 minggu.
Namun, dalam kasus yang parah, dokter bisa melakukan induksi persalinan sehingga Anda bisa melahirkan antara usia kehamilan 37 atau 39 minggu.
Persalinan dini perlu dilakukan bila kelebihan volume cairan ketuban menyebabkan komplikasi yang membahayakan kesehatan ibu dan janin.
Polihidramnion cenderung sulit untuk dicegah. Jika Anda punya pertanyaan lebih lanjut tentang kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk memperoleh informasi terbaik.
Kesimpulan
- Polihidramnion adalah kondisi ketika ibu memiliki terlalu banyak cairan ketuban dalam rahim selama kehamilan.
- Gejala polihidramnion bisa bervariasi, mulai dari sesak napas, sakit perut, hingga kesulitan buang air besar bila kondisinya tergolong parah.
- Kelebihan cairan ketuban yang ringan tidak membutuhkan perawatan dan bisa pulih dengan sendirinya.
- Namun, bila kondisinya cukup parah, dokter dapat mengurangi cairan ketuban melalui amniocentesis, obat-obatan, atau induksi persalinan untuk mencegah komplikasi.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]