backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Twin-to-Twin Transfusion Syndrome

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 04/07/2023

Twin-to-Twin Transfusion Syndrome

Selama kehamilan, tidak dipungkiri bahwa ibu harus lebih waspada untuk menyadari perubahan pada tubuhnya. Pada ibu yang sedang mengalami kehamilan kembar identik, salah satu kelainan yang patut diwaspadai adalah twin-to-twin transfusion syndrome.

Apa itu twin-to-twin transfusion syndrome?

Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) adalah kondisi ketika aliran darah pada plasenta atau ari-ari tidak seimbang.

Kondisi ini diakibatkan oleh kelainan susunan pembuluh darah yang kemudian mengganggu suplai oksigen dan nutrisi pada janin kehamilan identik.

Pada kondisi normal, janin kembar identik akan berbagi nutrisi dan oksigen dalam jumlah yang sama dari satu plasenta.

Sementara itu, TTTS membuat salah satu janin tidak mendapat pasokan darah dan nutrisi yang cukup (janin pendonor), sedangkan janin yang satunya kelebihan (janin penerima).

Sampai saat ini, belum diketahui apa yang menjadi penyebab twin-to-twin transfusion syndrome.

Tahapan twin-to-twin transfusion syndrome

TFU bantu ketahui perkembangan janin pada ibu hamil

Mengutip dari laman Children’s Hospital Colorado, TTTS bisa dibagi dalam lima tahap sesuai dengan kondisi janin seperti berikut.

  • Tahap I: cairan ketuban tidak seimbang.
  • Tahap II: kandung kemih janin pendonor kosong sehingga tidak terlihat pada pemeriksaan USG.
  • Tahap III:  pola aliran darah mulai terganggu sehingga menyebabkan masalah fungsi jantung pada janin penerima.
  • Tahap IV: jantung janin penerima mulai bermasalah karena cairan yang berlebihan.
  • Tahap V: salah satu atau kedua janin meninggal dalam kandungan.
  • Tahapan TTTS itu nantinya akan menentukan perawatan seperti apa yang perlu ibu lakukan.

    Tahukah Anda?

    TTTS termasuk dalam kondisi langka. Kondisi ini diperkirakan terjadi pada 15% kehamilan kembar identik. Kembar tidak identik (fraternal) tidak bisa mengalami TTTS karena mereka memiliki plasenta masing-masing.

    Tanda dan gejala TTTS

    Twin-to-twin transfusion syndrome tidak bisa diketahui hanya dengan memperhatikan bentuk perut ibu. 

    Cara mengetahui apakah bayi kembar identik dalam kandungan mengalami TTTS hanya bisa dilakukan melalui USG.

    Mengutip dari laman American Pregnancy Association, berikut adalah gejala TTTS yang bisa terlihat dari USG.

    • Adanya perbedaan ukuran janin yang mencolok.
    • Kelebihan cairan ketuban (polihidramnion) pada janin penerima.
    • Kekurangan cairan ketuban (oligohidramnion) pada janin pendonor.
    • Tampak tanda-tanda gagal jantung kongestif pada janin penerima.
    • Adanya perbedaan antara ukuran kantong ketuban dan tali pusar.
    • Terjadi penumpukan cairan pada salah satu janin.

    Sementara itu, ibu hamil mungkin merasakan beberapa kondisi berikut ketika mengalami TTTS.

    • Ukuran perut yang lebih besar dari usia kehamilan pada umumnya.
    • Peningkatan berat badan secara tiba-tiba.
    • Pembengkakan pada kaki dan tangan pada awal kehamilan.
    • Sakit perut, sesak, atau kontraksi yang lebih sering.
    • Pertumbuhan rahim terasa lebih cepat.

    Jika Anda sedang mengandung jenis bayi kembar identik dan merasakan berbagai gejala di atas, sebaiknya periksakan diri Anda ke dokter kandungan.

    Komplikasi TTTS

    Jika tidak segera ditangani, TTTS bisa berbahaya bagi janin pendonor maupun penerima.

    Berikut adalah berbagai komplikasi yang bisa terjadi pada kehamilan kembar identik dengan TTTS.

    • Anemia berat pada janin pendonor.
    • Gagal jantung pada janin penerima.
    • Hidrops fetalis atau penumpukan cairan pada sejumlah organ.
    • Intrauterine growth restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin yang terhambat.
    • Kelainan pada jantung, otak, pernapasan, atau sistem pencernaan.
    • Bayi kembar lahir prematur.
    • Kematian janin dalam kandungan.

    Sementara itu, komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dengan TTTS adalah mirror syndrome. Kondisi ini akan membuat ibu merasakan gejala yang menyerupai preeklampsia.

    Diagnosis TTTS

    Twin-to-twin transfusion syndrome mungkin terdeteksi saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

    Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan meminta ibu untuk menjalani pemeriksaan dengan ultrasonografi Doppler (USG Doppler) dan ekokardiografi janin.

    USG Doppler berfungsi untuk menunjukkan kelainan aliran darah pada kedua janin, sedangkan ekokardiografi janin akan menunjukkan detak jantung pada masing-masing janin.

    Selain itu, dokter mungkin juga meminta ibu untuk melakukan pemeriksaan dengan magnetic resonance imaging (MRI) untuk memastikan ada-tidaknya kerusakan saraf pada janin.

    Pengobatan twin-to-twin transfusion syndrome

    Perawatan twin-to-twin transfusion syndrome akan disesuaikan dengan seberapa jauh kelainan janin yang terdeteksi.

    Situs Cleveland Clinic menyebutkan bahwa selama TTTS masih berada dalam tahap 1, perawatan cukup dilakukan dengan pemantauan secara berkala.

    Oleh karena itu, ibu dengan TTTS akan diminta untuk melakukan pemeriksaan rutin lebih sering. Pemeriksaan perlu dilakukan setidaknya satu minggu sekali, saat janin sudah berusia di atas 16 minggu.

    Namun, jika TTTS sudah mulai membahayakan tumbuh-kembang janin, dokter akan merekomendasikan beberapa pengobatan berikut untuk mengatasinya.

    • Aminoreduksi: mengurangi kelebihan cairan pada janin penerima menggunakan jarum kecil berongga. Prosedur ini mirip dengan amniosentesis.
    • Laser endoskopi: pembuatan tusukan kecil untuk mendeteksi kelainan pembuluh darah dan memperbaikinya menggunakan teknologi laser.
    • Persalinan prematur: jika paru-paru janin sudah matang, dokter mungkin menyarankan ibu untuk melahirkan bayi kembar lebih cepat.

    Sampai saat ini, belum ditemukan cara pencegahan TTTS. Meski begitu, ibu bisa melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi berbagai komplikasi persalinan dan kehamilan sejak dini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 04/07/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan