4 Kondisi yang Mengharuskan Ibu Hamil Membatalkan Puasanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 11/04/2022

    4 Kondisi yang Mengharuskan Ibu Hamil Membatalkan Puasanya

    Setiap orang yang mampu serta sehat secara fisik dan mental boleh berpuasa, termasuk ibu hamil. Meski begitu, ada beberapa kondisi yang mengharuskan ibu hamil untuk batal puasa sesegera mungkin. Apa saja kondisi-kondisi yang tersebut?

    Beberapa kondisi yang mengharuskan batal puasa bagi ibu hamil

    Sebelum memutuskan untuk berpuasa pada kehamilan trimester pertama, kedua, atau ketiga, sebaiknya ibu hamil berkonsultasi dulu kepada dokter kandungan.

    Jika memang dokter mengizinkan, ibu hamil tetap perlu memperhatikan beberapa kondisi yang mungkin bisa terjadi saat puasa.

    Meneruskan puasa bagi ibu hamil dengan kondisi-kondisi ini bisa membahayakan diri sendiri dan bayi dalam kandungannya.

    Berikut adalah beberapa kondisi yang membuat ibu hamil perlu untuk batal puasa.

    1. Dehidrasi

    stres pada ibu hamil

    Memenuhi kebutuhan air putih saat hamil penting untuk membentuk air ketuban di sekitar janin guna mendukung tumbuh kembangnya.

    Oleh karena itu, ibu hamil perlu memastikan kebutuhan cairannya tetap terpenuhi meski sedang berpuasa.

    Jangan sampai dehidrasi saat kehamilan terjadi karena bisa fatal akibatnya.

    Dehidrasi parah bisa menyebabkan ibu hamil sampai mengalami syok karena tekanan darah rendah.

    Pada kondisi serius, dehidrasi bisa menyebabkan komplikasi kehamilan, seperti air ketuban sedikit yang bisa mengganggu perkembangan janin.

    Risiko ini, pada gilirannya, bisa menyebabkan cacat lahir pada bayi karena kurangnya nutrisi selama kehamilan.

    Oleh karena itu, sebaiknya ibu hamil batal puasa bila muncul tanda-tanda dehidrasi seperti berikut.

    • Rasa haus yang berlebihan.
    • Mulut dan bibir terasa kering.
    • Merasa lemas, pusing, atau sakit kepala saat hamil.
    • Urine berwarna kuning gelap.
    • Ibu hamil sembelit.
    • Sulit berkonsentrasi, tidak bisa berpikir, atau linglung.
    • Mata berkunang-kunang atau penglihatan buram.
    • Mual saat hamil.
    • Merasa mau pingsan.

    2. Mimisan

    Mimisan memang rentan terjadi saat hamil. Ini karena perubahan hormon selama kehamilan membuat pembuluh darah hidung melebar sehingga gampang pecah dan berdarah.

    Mimisan saat hamil tidak menimbulkan bahaya besar, tetapi harus tetap diperhatikan jika ini terjadi saat puasa.

    Ibu hamil bisa langsung batal puasa jika mengalami gejala mimisan seperti di bawah ini.

    • Perdarahan yang keluar dari hidung tidak berhenti setelah 30 menit.
    • Darah mimisan keluar banyak.
    • Sulit bernapas saat mimisan.
    • Menjadi pusing atau lelah seketika setelah mimisan.
    • Kulit wajah jadi pucat sehabis mimisan.
    • Dada terasa nyeri dan sesak saat mimisan.

    Disarankan untuk batal puasa bagi ibu hamil setelah mengalami kondisi mimisan di atas. Sebab, minum air putih yang cukup dapat membantu menjaga selaput lendir tetap terhidrasi.

    Adapun selaput lendir yang terhidrasi bisa membantu mencegah mimisan selama kehamilan. Konsultasikan juga kepada dokter kandungan jika gejala mimisan di atas terjadi pada Anda.

    3. Pergerakan bayi berkurang

    letak janin dalam perut usia 1 bulan

    Beberapa ibu hamil baru mulai merasakan pergerakan janin saat memasuki trimester dua, tepatnya ketika usia kehamilan mencapai 18-24 minggu.

    Bila ibu hamil berpuasa pada trimester dua atau trimester tiga, ibu perlu waspada jika pergerakan bayi berkurang atau justru bayi tidak bergerak di dalam kandungan.

    Melansir laman Tommy’s, bayi yang kurang bergerak atau adanya perubahan pada gerak bayi bisa menjadi salah satu tanda adanya masalah pada janin.

    Oleh karena itu, ibu hamil disarankan untuk batal puasa bila perubahan gerak pada bayi ini terjadi akibat ibu berpuasa.

    Untuk memastikannya, coba hitung seberapa banyak gerakan dan tendangan bayi Anda selama dua jam pada waktu ketika bayi Anda biasanya aktif.

    Bila jumlah tendangan dan gerakan berkurang saat ibu hamil puasa, ibu hamil boleh atau bahkan diharuskan untuk batal puasa.

    Lihat juga reaksi bayi, apakah ia perlahan mulai bergerak atau menendang lagi setelah Anda membatalkan puasa.

    Jika tidak ada perubahan dalam gerakan bayi, segera hubungi dokter.

    4. Ibu dengan kehamilan risiko tinggi

    Berpuasa mungkin tidak direkomendasikan pada sebagian ibu hamil yang memiliki kehamilan risiko tinggi tertentu.

    Ambil contohnya, ibu dengan diabetes selama kehamilan (diabetes gestasional).

    Baby Centre menyebut, puasa dapat menyebabkan kadar gula darah turun dan dehidrasi. Sementara saat berbuka puasa dan sahur, kadar gula darah bisa menjadi terlalu tinggi.

    Meski begitu, beberapa ibu dengan kehamilan risiko tinggi mungkin mendapat izin dari dokter untuk puasa.

    Ini termasuk ibu yang didiagnosis dengan preeklampsia, memiliki riwayat penyakit autoimun maupun gangguan tiroid atau mungkin juga ibu dengan diabetes gestasional.

    Meski begitu, ibu hamil dengan kehamilan risiko tinggi disarankan untuk batal puasa bila muncul gejala tertentu, seperti di bawah ini.

    • Sakit kepala.
    • Penglihatan buram.
    • Pusing saat hamil.
    • Bengkak tiba-tiba atau parah di wajah, kaki, atau tangan.
    • Mual dan muntah.
    • Pergerakan janin berkurang.
    • Nyeri perut di bagian bawah.

    Bukan cuma batal puasa, sebaiknya Anda pun segera berkonsultasi kepada dokter bila gejala-gejala tersebut muncul.

    Trimester kedua adalah waktu yang tepat untuk ikut puasa bagi ibu hamil

    puasa saat hamil trimester 3

    Ibu hamil punya masa-masa ketika kandungan rentan mengalami masalah bila tetap dipaksakan berpuasa.

    Biasanya, ini terjadi bila puasa dilakukan pada trimester pertama dan trimester tiga masa kehamilan.

    Selama trimester pertama, tubuh masih berjuang dengan berbagai perubahan drastis yang diakibatkan oleh hormon kehamilan.

    Mual karena morning sickness bisa berakibat pada hilangnya cairan dan elektrolit tubuh yang menyebabkan dehidrasi.

    Selain itu, mual yang ditambah puasa tidak akan memungkinkan Anda untuk minum sehingga lebih sulit bagi tubuh untuk mendapatkan kembali cairan yang hilang.

    Sementara pada trimester akhir, janin terus berkembang menyempurnakan organ-organ penting sehingga ibu hamil tetap disarankan makan secara teratur.

    Hal ini penting untuk persiapan kelahiran dan memenuhi kebutuhan janin.

    Oleh karena itu, puasa pada trimester tiga kehamilan sering tidak direkomendasikan demi menjamin kesehatan dan keselamatan ibu dan anak.

    Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Amanda Rumondang Sp.OG

    Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 11/04/2022

    Iklan
    Iklan
    Iklan