Masa kehamilan tidak selalu berlangsung mulus. Beberapa risiko yang mungkin terjadi adalah ibu hamil mengalami keguguran (abortus) meski kecil. Ada beragam jenis keguguran yang bisa ibu hamil alami, salah satunya abortus insipiens. Seperti kondisi keguguran yang satu ini? Berikut penjelasan lengkapnya.
Apa itu abortus insipiens?
Mengutip dari Radiopaedia, abortus insipiens adalah keguguran tidak terhindarkan karena rahim sudah mengalami pembukaan. Biasanya kondisi ini terjadi pada trimester pertama kehamilan atau usia kurang dari 20 minggu.
Keguguran ini biasanya terjadi secara mendadak dan tanpa peringatan sebelumnya. Abortus insipiens termasuk ke dalam komplikasi kehamilan yang perlu ibu hamil waspadai.
Mengutip dari Mayo Clinic, janin bisa disebut keguguran bila mati dalam kandungan sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau sebelum 5 bulan. Akan tetapi, sebagian besar kasus keguguran terjadi saat usia janin kurang dari 13 minggu.
Gejala abortus insipiens
Selama fase kehamilan, ibu perlu mewaspadai berbagai tanda-tanda keguguran terutama pada trimester awal. Pasalnya, saat hamil muda kondisi janin masih sangat ringkih dan butuh perhatian lebih.
Berdasarkan tinjauan dari Universitas Muhammadiyah Semarang, ada berbagai gejala abortus insipiens yang bisa ibu hamil rasakan, yaitu:
- perdarahan sangat banyak tanpa gumpalan jaringan janin selama 7 hari,
- selaput ketuban pecah,
- kram perut meski sudah pakai obat pereda nyeri, dan
- leher rahim melebar lebih dari 3 cm.
Bila ibu mengalami salah satu tanda tersebut, segera hubungi dokter agar mendapat penanganan lebih lanjut.
Penyebab abortus insipiens
Masih belum pasti mengapa seorang ibu hamil bisa mengalami keguguran insipiens.
Akan tetapi, mengutip dari buku Diagnostic Imaging for the Emergency Physician, ada beberapa penyebab abortus insipiens yang perlu ibu hamil ketahui.
Kelainan pada kromosom
Buku terbitan Statpearls Publishing menjelaskan bahwa 50 persen penyebab kasus abortus insipiens adalah kelainan kromosom pada janin. Kelainan kromosom bisa menyebabkan komplikasi kehamilan yang membuat janin kehilangan nyawa.
Beberapa kelainan kromosom yang bisa menyebabkan keguguran yaitu:
- janin mati dalam kandungan (IUFD),
- hamil kosong atau blighted ovum, dan
- hamil anggur.
Pada kasus hamil anggur atau mola hidatidosa, janin mengalami kehilangan kromosom dari ibu tetapi memiliki kromosom ayah ganda.
Penyakit tertentu
Ada beberapa masalah kesehatan yang bisa meningkatkan risiko keguguran, seperti:
- diabetes saat hamil,
- obesitas,
- sindrom ovarium polikistik (PCOS),
- hipertensi kehamilan, dan
- masalah tiroid.
Penelitian terbitan Cochrane Library, ibu yang memiliki masalah kesehatan antifosfolipid berpotensi mengalami keguguran ini karena gumpalan pada pembuluh darah. Namun, peneliti melakukan penelitian tersebut pada tahun 2005, sehingga butuh observasi lanjutan terbaru.
Infeksi pada serviks
Abortus insipiens bisa terjadi karena infeksi yang terjadi pada serviks. Alasannya, infeksi bisa menyebabkan peradangan pada serviks dan melemahkan kekebalan tubuh ibu.
Penyakit karena infeksi yang menyebabkan keguguran ini yaitu:
- Toksoplasmosis,
- Klamidia,
- Gonore,
- Herpes,
- Trichomoniasis.
Segera konsultasi ke dokter bila ibu atau pasangan memiliki penyakit infeksi di atas.
[embed-community-8]
Pengobatan setelah abortus insipiens
Sciencedirect menjelaskan bahwa cara penanganan keguguran jenis ini sebaiknya tidak dengan cara menyelamatkan janin. Pasalnya, pada kasus abortus insipiens, janin sudah tidak bisa selamat dan perlu dokter tangani dengan dua cara.
Pertama, menunggu jaringan luruh sendiri secara spontan. Kedua, melakukan prosedur kuretase untuk membersihkan sisa jaringan bila usia kehamilan kurang dari 12 minggu.
Kalau ibu mengalami keguguran saat usia kehamilan 16-23 minggu, dokter akan memberikan obat induksi untuk membantu kontraksi.
Ibu hamil yang mengalami keguguran sangat membutuhkan dukungan fisik dan emosional dari orang terdekat. Ini karena ia sudah kehilangan separuh dirinya yang luruh bersama darah.
Cara mencegah abortus insipiens
Pada dasarnya, setiap orang masih belum mengetahui dengan pasti bagaimana keguguran terjadi.
Terkadang hal itu terjadi begitu saja, meski sudah melakukan cara untuk menjaga janin agar tetap tumbuh baik.
Cara mengurangi kemungkinan keguguran adalah dengan mengubah gaya hidup yang lebih sehat, misalnya:
- berhenti merokok,
- menurunkan berat badan (bila sebelum hamil sudah obesitas),
- hindari risiko infeksi seperti rubella dan penyakit kelamin,
- tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan
- kurangi kafein sejak sebelum hamil.
Ibu hamil juga bisa melakukan pemeriksaan kandungan secara berkala untuk melihat risiko komplikasi lain, misalnya preeklampsia.
[embed-health-tool-due-date]
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]