Tapi ternyata bayi dalam kandungan saya membutuhkan zat besi dan nutrisi lainnya dari makanan yang sebelumnya pantang saya makan itu. Akhirnya demi kesehatan bayi dalam kandungan, saya mengubah pola makan setelah berkonsultasi dengan dokter.
Saya diizinkan mengonsumsi makanan seperti ikan hingga daging merah sebanyak dua sampai tiga kali dalam seminggu. Perubahan pola makan itu dengan catatan bahwa saya harus segera melakukan terapi pembuangan zat besi setelah melahirkan nanti. Hal itu tak menjadi masalah selama bayi saya tumbuh sehat.
Setelah saya mengubah pola makan, bayi saya tumbuh berkembang dengan baik. Beratnya yang semula kurang dari 1 kg di usia 7 bulan, menjadi 1,8 kg di usia 8 bulan dan mencapai 3 kg saat hari perkiraan lahir (HPL).
Persiapan jelang melahirkan

Selain transfusi darah yang semakin sering, bertambahnya usia kehamilan juga membuat saya harus mengunjungi dokter lebih banyak. Selain periksa ke dokter kandungan setiap bulan, saya juga harus periksa ke dokter spesialis penyakit dalam dan dokter spesialis lainnya jika diperlukan, seperti periksa jantung dan pernapasan.
Jelang melahirkan saya dihadapkan pada pilihan yang berat. Saat itu dokter spesialis penyakit dalam hematologi menyarankan saya untuk menjalani persalinan caesar, alasannya agar pasien lebih rileks. Dokter khawatir saya akan mengalami stres atau kehabisan napas saat mengejan yang memungkinkan saya harus menjalani caesar meski telah menghabiskan energi untuk menahan kontraksi.
Selain itu, ibu hamil dengan thalasemia juga berisiko mengalami gangguan fungsi jantung saat melahirkan. Inilah risiko yang menurut dokter lebih baik dihindari.
Namun, pendapat berbeda justru disampaikan oleh dokter obgyn. Ia menyarankan saya untuk melahirkan pervaginam (normal), alasannya karena kondisi kesehatan saya bagus. Saya sudah melakukan MRI, cek pernapasan, dan cek jantung untuk memastikannya.
Perbedaan pendapat itu membuat saya bingung. Saya ingin melahirkan secara normal tapi saya tak cukup percaya diri dengan kemampuan napas saya untuk mengejan. Selama beberapa hari sampai jelang HPL tiba, saya masih belum bisa memilih.
Satu hari sebelum HPL, saya melakukan USG dan diketahui bahwa posisi bayi saya melintang Kondisi posisi bayi tersebut membuat saya tidak bisa melahirkan pervaginam. Saya merasa hal tersebut merupakan keajaiban, petunjuk bagi saya yang sebelumnya benar-benar bingung dalam memilih proses melahirkan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar