Mengenal TENS, Terapi Listrik untuk Atasi Berbagai Jenis Nyeri
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah terapi menggunakan arus listrik untuk mengatasi nyeri karena berbagai kondisi, dari gangguan saraf, operasi, hingga nyeri akibat persalinan. Berikut penjelasan lengkap mulai dari cara kerja sampai kondisi yang tidak bisa menggunakan alat ini.
Mengenal TENS dan cara kerjanya
Terapi TENS dilakukan dengan mesin berukuran kecil yang disebut TENS unit. Mesin ini berfungsi menghantarkan arus listrik bervoltase rendah ke dalam sistem saraf.
Cara kerjanya, arus listrik akan memasuki tubuh melalui dua buah elektroda yang ditempelkan pada kulit.
Dr. Sa’ad Budijono, Sp. KFR dalam media briefing Solusi Mengatasi Nyeri yang Aman di Tengah Pandemi (17/03), menjelaskan bahwa TENS bekerja secara dengan teori endorfin dan gate control.
“Dalam teori endorfin, TENS akan mengeluarkan arus listrik berfrekuensi rendah, sekitar 2 Hz. Ini akan mempengaruhi produksi endorfin oleh tubuh dan sering digunakan pada nyeri kronis,” ujarnya.
Adanya produksi endorfin, pasien akan merasa nyaman, nyeri berkurang, dan bisa tertidur selama terapi sehingga lebih rileks.
Sementara itu, dalam teori gate control, TENS akan menstimulasi serat A-β dan mengatifkan sistem penekanan rasa sakit.
Namun, proses ini membutuhkan frekuensi yang besar sekitar 50-150 Hz. Arus listrik yang dikirimkan dari TENS unit akan mengaliri sistem saraf pusat.
ini dapat mengurangi kemampuan saraf dalam mengirimkan sinyal nyeri menuju otak dan saraf tulang belakang sehingga nyeri perlahan berkurang.
TENS adalah terapi yang aman dan terkendali. Anda bisa mengontrol intensitas, durasi, dan frekuensi arus listrik dari tombol kendali yang terdapat pada TENS unit.
Umumnya, terapi ini dilakukan selama 15 menit menggunakan arus listrik berfrekuensi 10-50 Hz.
Untuk gejala nyeri yang ringan hingga sedang, Anda bisa menggunakan TENS unit dari OMRON.
Alat terapi ini dapat meredakan nyeri otot atau sendi dengan menerapkan stimulasi saraf listrik ke permukaan kulit dekat lokasi nyeri.
TENS unit ini bekerja dengan memblokir pesan rasa sakit agar tidak mencapai otak, memicu tubuh untuk menghasilkan lebih banyak endorfin, dan meningkatkan sirkulasi darah.
“Terapi TENS ini dapat dilakukan tiga kali sehari, dengan durasi maksimal 30 menit tiap sesi,” jelas Herry Hendrayadi, Marketing Manager OMRON Healthcare Indonesia.
Apa saja keunggulan dan efek samping dari TENS?
TENS merupakan terapi yang sangat efektif untuk mengatasi rasa nyeri dan dapat mencegah kambuh di kemudian hari.
Hasil terapi mungkin beragam, tetapi tidak menutup kemungkinan nyeri dapat hilang secara permanen.
Melansir lamanCleveland Clinic dan beberapa sumber lainnya, TENS juga bermanfaat untuk mengurangi keluhan akibat:
osteoporosis, fibromyalgia, dan multiple sclerosis. serta
kanker
Selain memiliki banyak manfaat, terapi TENS juga terbilang mudah dan praktis karena pasien tidak perlu mempersiapkan apa pun sebelum menjalani terapi.
Terapi TENS bisa dilakukan secara mandiri di rumah, dengan catatan Anda sudah memahami titik tubuh yang akan dipasangi elektroda.
Efek samping penggunaan TENS
Efek samping dari terapi TENS adalah sensasi menggelitik, menusuk, dan dengungan mesin yang mungkin terasa tidak nyaman bagi sebagian orang.
Beberapa pasien juga berisiko mengalami alergi terhadap gel lengket yang terdapat pada elektroda yang bersentuhan langsung dengan kulit.
Alergi terhadap gel ini biasanya ditandai dengan kemerahan dan iritasi pada kulit. Jika mengalami gejala tersebut, coba gunakan elektroda dengan gel yang bersifat hipoalergenik.
Efek samping juga bisa timbul bila Anda memasang elektroda dengan keliru, misalnya menempelkan elektroda pada bagian depan leher.
Hal tersebut dapat menurunkan tekanan darah dan memicu kejang. Hindari pula memasang elektroda pada area mata karena dapat menyebabkan cedera mata.
Siapa yang tidak boleh menjalani terapi TENS?
Meskipun efektif, tidak semua orang bisa menjalani terapi TENS. Orang-orang yang tidak boleh menjalani TENS yaitu:
Arus listrik pada terapi TENS mungkin mengganggu kerja alat pacu jantung atau berinteraksi dengan implan yang terbuat dari besi.
Sementara pada penderita epilepsi, elektroda yang dipasang dekat leher atau mata dapat memicu kejang.
Pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter sebelum menjalani terapi TENS untuk mencegah efek samping yang berbahaya.
TENS adalah terapi yang sangat efektif bila diterapkan dengan tepat. Efek sampingnya pun relatif kecil daripada manfaatnya yang besar dalam meredakan nyeri.
[embed-health-tool-bmr]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Watanabe, T., Hendrayadi, H., & Budijono, S. (2022, March 17). Solusi Mengatasi Nyeri yang Aman di Tengah Pandemi [Media Briefing]. OMRON
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). (n.d.). Cleveland Clinic. Retrieved 18 March 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/treatments/15840-transcutaneous-electrical-nerve-stimulation-tens
Vance, C. G., Dailey, D. L., Rakel, B. A., & Sluka, K. A. (2014). Using TENS for pain control: The state of the evidence. Pain Management, 4(3), 197-209. https://doi.org/10.2217/pmt.14.13
Transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS). (2019, September 26). University of Iowa Hospitals & Clinics. Retrieved 18 March 2022, from https://uihc.org/health-topics/transcutaneous-electrical-nerve-stimulator-tens
Peng, W., Tang, Z., Zhang, F., Li, H., Kong, Y., Iannetti, G., & Hu, L. (2019). Neurobiological mechanisms of TENS-induced analgesia. NeuroImage, 195, 396-408. https://doi.org/10.1016/j.neuroimage.2019.03.077
Versi Terbaru
21/03/2022
Ditulis oleh Diah Ayu Lestari
Ditinjau secara medis olehdr. Carla Pramudita Susanto