backup og meta

8 Risiko Kesehatan Mendaki Gunung yang Perlu Diwaspadai

8 Risiko Kesehatan Mendaki Gunung yang Perlu Diwaspadai

Mendaki gunung memerlukan persiapan ekstra karena Anda akan mengarungi jalur pendakian yang terjal dan menanjak dalam ketinggian dan kondisi cuaca ekstrem. Selain mempersiapkan diri, penting juga mengetahui risiko kesehatan yang mungkin terjadi selama mendaki gunung.

Berbagai risiko kesehatan dari mendaki gunung

Saat mendaki gunung, Anda menghadapi berbagai tantangan dari beban fisik, keterbatasan logistik, medan yang bervariasi, hingga perubahan cuaca dan ketinggian.

Untuk itu, Anda perlu memastikan tubuh memiliki stamina dan kekuatan fisik yang baik. Lakukan persiapan fisik naik gunung dengan optimal.

Kondisi fisik yang prima juga bisa menghindari Anda dari risiko cedera dan bahaya kesehatan yang mungkin terjadi, seperti disebutkan dalam penjelasan berikut.

1. Hipotermia

Selama mendaki gunung, Anda akan terus terpapar suhu dingin, terpaan angin berat, dan curah hujan yang tidak bisa diprediksi.

Anda berisiko terkena hipotermia jika kondisi tubuh tidak fit dan tidak mengenakan pakaian yang cukup menghangatkan tubuh.

Gejala hipotermia diawali dengan tubuh menggigil diikuti dengan kelelahan, sedikit kebingungan, kurang koordinasi, bicara melantur, napas cepat, dan kulit dingin atau pucat.

Hipotermia memerlukan penanganan secepatnya karena bisa menyebabkan syok dan kegagalan fungsi organ. Kunci pertolongan pertama hipotermia adalah mencari tempat yang lebih hangat dan meningkatkan suhu tubuh secepat mungkin.

2. Vertigo

Sumber: Considerable

Ada juga risiko untuk mengalami vertigo ketika mendaki gunung. Vertigo merupakan kondisi yang menyebabkan munculnya sensasi pikiran berputar atau melayang.

Saat berada di tempat tinggi, jarak antara diri kita dan objek-objek terdekat seakan menjadi terlalu jauh. Hal ini bisa membuat otak kesulitan untuk mendeteksi posisi tubuh.

Akibatnya, tubuh mulai kesulitan mempertahankan keseimbangan dan mengalami vertigo.

Jika Anda sering mengalami migrain, sebaiknya hindari naik gunung dalam waktu dekat sampai kondisi kesehatan Anda sudah lebih baik.

3. Barotrauma telinga

Bahaya kesehatan lain yang mungkin terjadi saat naik gunung adalah barotrauma telinga, yakni cedera telinga akibat peningkatan tekanan udara secara drastis.

Ketika berada di ketinggian, terjadi perubahan tekanan udara dalam telinga yang bisa membuat gendang telinga seperti tertarik ke dalam. Hal ini bisa menyebabkan telinga terasa tersumbat dan nyeri. 

Pada kasus barotrauma telinga yang lebih parah, telinga tengah bahkan bisa terisi dengan cairan bening. Ini terjadi karena tubuh berusaha mengimbangi tekanan dari sisi telinga lain.

4. Mountain Sickness (AMS)

Mountain sickness (AMS) bisa terjadi saat berada di ketinggian 2400 – 3000 meter di atas permukaan laut (mdpl). 

AMS disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin berkurang saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Gejala dan tanda dari AMS meliputi sakit kepala, pusing, kelelahan, sering terbangun saat tidur, kehilangan nafsu makan, hingga mual dan muntah.

5. Edema paru dataran tinggi (high altitude pulmonary edema)

edema paru

Edema paru dataran tinggi (HAPE) adalah salah satu risiko komplikasi dari AMS saat mendaki gunung. 

Tanda dari penyakit ketinggian ini adalah sesak napas. Kelelahan, lemas, dan batuk kering juga bisa menjadi tanda peringatan dini dari kondisi ini.

HAPE dapat berkembang dengan sangat cepat, sekitar 1-2 jam, atau secara bertahap hanya dalam sehari.

HAPE juga dapat muncul ketika Anda turun dari ketinggian. Kondisi ini lebih mungkin terjadi pada orang yang pilek atau punya infeksi dada.

6. Edema otak dataran tinggi (high altitude cerebral edema)

Edema otak terjadi ketika ada penumpukan cairan berlebih di otak Anda. Kasus HAPE yang parah dapat berlanjut menjadi high altitude cerebral edema (HACE).

Namun, risiko kesehatan akibat mendaki gunung ini juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa memiliki riwayat HAPE atau AMS.

Gejala kondisi ini antara lain sakit kepala parah yang tidak membaik dengan obat, kehilangan koordinasi tubuh (ataksia), tingkat kesadaran menurun, mual dan muntah, penglihatan kabur, hingga halusinasi.

HACE seringnya muncul ketika pendaki gunung berada di ketinggian dalam beberapa hari terakhir. Segera turun gunung jika Anda atau rekan pendaki lain mengalami tanda-tanda HACE.

7. Cedera dan kram otot

Salah satu bahaya saat naik gunung yang perlu Anda waspadai adalah cedera dan kram otot.

Kondisi ini biasanya terjadi karena ketegangan pada otot akibat kelelahan atau kuranganya persiapan fisik sebelum memulai pendakian. 

Gejala cedera otot bisa berupa nyeri, kekakuan, hingga pembengkakan yang membuat penderitanya kesulitan untuk bergerak.  

Untuk menghindari hal ini, pastikan lakukan pemanasan dan peregangan terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Ambil waktu istirahat secara teratur untuk mencegah kelelahan.

8. Gangguan pencernaan

Saat mendaki gunung, orang sering mengubah pola makan mereka. Ini termasuk mengonsumsi makanan yang memicu gangguan pencernaan.

Untuk mengantisipasi risiko ini, pilihlah makanan yang mudah dicerna  dan mengandung karbohidrat, seperti ubi, kentang, roti tawar, atau oatmeal. 

Perhatikan juga kebersihan makanan yang Anda konsumsi, Jika memasak sendiri, pastikan semua bahan makanan sudah benar-benar matang. 

Jangan lupa mencuci tangan sebelum makan agar terhindar dari risiko infeksi bakteri. Jika tidak ada air, Anda bisa menggunakan hand sanitizer

Mendaki gunung merupakan aktivitas yang menyenangkan sekaligus menantang. Namun, tidak dapat dipungkiri terdapat risiko kesehatan yang perlu diwaspadai.

Penting bagi setiap pendaki gunung melakukan persiapan yang matang, memahami kondisi fisik, serta membawa perlengkapan dan obat-obatan sebagai antisipasi pertolongan pertama.

Kesimpulan

Terdapat beberapa risiko kesehatan yang mungkin terjadi saat mendaki gunung, seperti hipotermia, barotrauma telinga, mountain sickness, edema paru dan otak dataran tinggi, cedera otot, serta gangguan pencernaan.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hypothermia http://www.nhs.uk/Conditions/Hypothermia/Pages/Introduction.aspx accessed June 16 2017

Altitude Sickness http://www.altitude.org/altitude_sickness.php accessed June 16 2017

Patient information: High altitude illness (including mountain sickness) (Beyond the Basics). http://www.uptodate.com/contents/high-altitude-illness-including-mountain-sickness-beyond-the-basics accessed June 16 2017

Mountain Climbing Safety http://www.healthline.com/health/mountain-climbing-safety#altituderelated-illnesses3 accessed June 16 2017

Vertigo: Causes, Symptoms & Treatment https://www.livescience.com/54885-vertigo.html accessed June 16 2017

Versi Terbaru

17/10/2024

Ditulis oleh Ajeng Quamila

Ditinjau secara medis oleh dr. Dimas Nugroho

Diperbarui oleh: Edria


Artikel Terkait

Sering Olahraga Lari? Lindungi Kaki Anda Dengan Perawatan Wajib Ini

Langkah-langkah Menyelamatkan Diri Menghadapi Tanah Longsor


Ditinjau secara medis oleh

dr. Dimas Nugroho

Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 17/10/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan