Pasalnya, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya bekerja untuk melawan serangan penyakit, justru tidak menyerang sel-sel kanker, yang sesungguhnya merupakan penyakit.
Hal ini karena sel kanker menghasilkan protein tertentu, sehingga membuatnya tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh.
Di sinilah imunoterapi bekerja sebagai salah satu cara pengobatan kanker serviks untuk mengganggu proses tersebut.
Imunoterapi umumnya dapat digunakan untuk mengatasi kanker serviks yang telah menyebar ataupun kambuh kembali. Imunoterapi yang dapat digunakan, yaitu Pembrolizumab, biasanya digunakan secara intravena (IV) setiap tiga minggu sekali.
Risiko efek samping pengobatan untuk kanker serviks
Untuk mencegah kanker serviks menjadi lebih parah, Anda memang disarankan untuk segera menjalani pengobatan untuk kondisi tersebut. Namun, Anda perlu tahu bahwa berbagai prosedur medis untuk penanganan kanker serviks ini sedikit berbeda dengan pengobatan kanker serviks secara alami. Pasalnya, prosedur-prosedur ini memiliki efek samping yang perlu Anda perhatikan. Di antaranya adalah:
Efek samping operasi kanker serviks
Berbagai prosedur operasi untuk mengobati kanker serviks yang disebutkan sebelumnya berpotensi menimbulkan risiko setelahnya.
Pertama, mengobati kanker serviks dengan cara trakelektomi radikal memiliki efek samping seperti meningkatkan kemungkinan untuk keguguran saat hamil.
Meski sebelumnya disebutkan bahwa wanita yang menjalani pengobatan kanker serviks dengan cara operasi trakelektomi radikal dapat hamil, risiko terburuk yang mungkin dihadapi adalah peluang terjadinya keguguran.
Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter bila Anda berencana hamil setelah menjalani proses pengobatan ini.
Sementara itu, metode histerektomi sederhana (total) dapat berisiko membuat wanita jadi sulit, bahkan tidak dapat hamil. Pasalnya, cara mengobati kanker serviks yang satu ini melibatkan pengangkatan bagian rahim.
Kemungkinan komplikasi pengobatan kanker serviks lainnya yang dapat terjadi, seperti perdarahan berlebih, infeksi luka, serta masalah pada saluran kemih ataupun usus.
Begitu pula dengan histerektomi radikal yang meliputi pengangkatan rahim dan serviks (leher rahim), sehingga memperkecil kemungkinan Anda untuk bisa hamil.
Selain itu, apabila beberapa saraf pada kandung kemih diangkat, biasanya ada wanita yang bermasalah dengan kandung kemihnya setelah operasi.
Akibatnya, mungkin Anda membutuhkan kateter untuk sementara waktu guna membantu Anda dalam proses buang air kecil. Meski begitu, melakukan prosedur pembedahan dengan histerektomi tidak akan mengurangi kemampuan Anda dalam berhubungan seksual.
Dalam hal ini, Anda akan tetap dapat mencapai orgasme berkat fungsi klitoris dan vagina yang tidak berubah. Sedangkan eksenterasi panggul adalah operasi besar yang biasanya hanya dilakukan ketika kanker serviks kambuh kembali, setelah rangkaian pengobatan sebelumnya yang diyakini akan berhasil.
Efek samping dan risiko yang dialami bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, umumnya yang akan dirasakan, antara lain mual, muntah dan jadi mudah lelah setelah melakukan operasi.
Proses pemulihan dari prosedur eksenterasi panggul umumnya cukup lama. Ada yang butuh waktu sekitar 6 bulan, tapi ada juga wanita yang baru bisa pulih seutuhnya dalam kurun waktu 1-2 tahun pasca eksenterasi panggul.
Efek samping terapi radiasi untuk kanker serviks
Ada beberapa efek samping dari metode untuk penanganan kanker serviks jenis ini. Efek jangka pendeknya, cara mengobati kanker serviks ini dapat menyebabkan kelelahan, muntah atau diare, dan sembelit.
Untuk efek jangka panjang, pengobatan ini dapat menyebabkan jaringan parut terbentuk di dalam vagina, serta vagina kering.
Jaringan parut yang muncul ini, bisa membuat vagina lebih sempit (disebut stenosis vagina), kurang mampu meregang, atau bahkan berukururan lebih pendek.
Hal ini bisa membuat penetrasi saat melakukan seks vaginal terasa nyeri. Anda juga bisa segera mengalami menopause dini saat menjalani terapi radiasi sebagai pengobatan kanker serviks ini.
Efek samping lainnya adalah dapat melemahkan tulang dan menimbulkan pembengkakan pada tungkai kaki. Pembengkakan ini bisa menyebabkan masalah lain yang dikenal dengan nama limfedema.
Efek samping kemoterapi kanker serviks
Pengobatan kanker serviks yang satu ini memiliki efek samping yang dapat dilihat dari perubahan diri Anda. Efek samping yang paling umum dirasakan, antara lain mudah capek, merasakan mual, muntah, dan rambut rontok.
Hal ini terjadi karena cara mengobati kanker serviks dengan metode kemoterapi juga dapat merusak beberapa sel tubuh yang normal. Efek samping dari kemoterapi untuk kanker serviks yang dirasakan biasanya bervariasi bergantung dari jenis obat, dosis, serta lama kemoterapi yang Anda jalani.
Jika pengobatan ini diberikan bersamaan dengan terapi radiasi, efek samping yang muncul dapat lebih berat. Ambil contohnya, mual, kelelahan, darah rendah (anemia), dan diare. Bahkan, Anda juga mungkin mengalami perubahan pada pola menstruasi. Entah itu tidak mendapatkan menstruasi selama beberapa waktu, atau mengalami menopause dini.
Selama kemoterapi, darah Anda akan diuji secara teratur dan diberi antibiotik untuk mengobati dan mencegah adanya infeksi apa pun. Transfusi darah dapat diberikan jika Anda mengalami anemia. Namun, beberapa obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk pengobatan kanker serviks dapat memengaruhi ginjal.
Biasanya hal ini akan tidak menimbulkan gejala apa pun, tapi efeknya bisa parah dan ginjal bisa rusak permanen, kecuali jika pengobatan dihentikan. Dokter akan mempertimbangkan risiko mana yang lebih dapat “diambil” saat menentukan pengobatan.
Efek samping terapi target untuk pengobatan kanker serviks
Efek samping atau risiko yang mungkin ditimbulkan dengan cara mengobati kanker serviks lewat terapi target bisa berbeda-beda.
Efek samping yang kurang umum tapi cukup serius dari pengobatan kanker serviks ini, meliputi:
- Adanya masalah pada perdarahan
- Penggumpalan darah
- Masalah pada proses penyembuhan luka
Ada lagi efek samping yang jarang terjadi, tapi cukup parah. Terapi target dapat menimbulkan pembentukan saluran abnormal, di antara vagina dan bagian usus besar atau anus.
Efek samping imunoterapi untuk kanker serviks
Tak jauh berbeda dengan efek samping pengobatan kanker lainnya, prosedur imunoterapi juga berisiko menimbulkan berbagai efek samping, yakni:
- Demam.
- Mual.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Ruam kulit.
- Kehilangan nafsu makan.
- Sembelit.
- Nyeri sendi atau otot.
- Diare.
Terkadang, salah satu pengobatan untuk kanker serviks yang satu ini dapat membuat sistem kekebalan tubuh menyerang bagian tubuh lain. Alhasil, kondisi ini justru bisa menimbulkan masalah serius, seperti menghambat fungsi berbagai organ di dalam tubuh.
Contohnya usus, hati, paru-paru, ginjal, dan organ lainnya. Maka itu, penting untuk menyampaikan keluhan apa pun yang Anda rasakan selama menjalani satu atau lebih cara yang dilakukan untuk mengobati kanker serviks.
Apabila efek samping yang Anda alami ternyata cukup serius, pengobatan kanker serviks mungkin akan dihentikan. Dokter nantinya dapat melakukan penanganan lainnya guna memulihkan kondisi kesehatan tubuh Anda selama masa perawatan kanker serviks.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar