Kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan nomor empat kanker yang paling banyak menyerang wanita di seluruh dunia, berdasarkan data WHO. Sebenarnya, peluang pengobatan untuk sembuh akan lebih besar jika Anda melalukan deteksi dini kanker serviks, seperti pemeriksaan IVA atau pap smear, sejak awal. Nah, cara apa saja yang bisa digunakan untuk pengobatan kanker serviks?
Berbagai pilihan pengobatan kanker serviks
Cara pengobatan kanker serviks ditentukan oleh beberapa faktor. Beberapa di antaranya, pengobatan kanker serviks dilakukan berdasarkan dari stadium penyakit kanker atau masalah kesehatan lain yang mungkin jadi penyebab kanker serviks.
Ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengobati kanker serviks, seperti operasi, radioterapi, kemoterapi, terapi terget, serta imunoterapi.
Biasanya, dokter yang akan membantu menentukan pengobatan serta cara terbaik untuk pengobatan kanker serviks sesuai dengan stadium dan keparahan kondisinya.
1. Operasi
Menurut Mayo Clinic, salah satu cara mengobati kanker serviks stadium awal dapat dilakukan dengan metode operasi. Metode ini biasanya menjadi salah satu cara pengobatan kanker serviks yang akan disarankan dokter sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
Cara pengobatan kanker serviks yang satu ini dapat dibedakan ke beberapa jenis operasi. Namun, salah satu cara mengatasi kanker serviks yang satu ini akan dilakukan berdasarkan ukuran jaringan kanker, stadium kanker serviks, serta pertimbangan untuk hamil di masa depan.
Berikut beberapa jenis operasi sebagai cara mengobati kanker serviks:
Operasi menghilangkan kanker saja
Sebagai salah satu cara pengobatan kanker serviks tahap awal, masih sangat mungkin untuk menhilangkan sel kanker secara utuh dengan biopsi kerucut. Prosedur ini dapat dilakukan dengan memotong jaringan serviks yang berbentuk seperti kerucut, tapi membiarkan sisanya tetap sehat dan utuh.
Dengan begitu, Anda masih memungkinkan untuk mengalami kehamilan setelah menjalani operasi untuk pengobatan kanker serviks ini. Namun ingat, prosedur ini paling efektif dilakukan saat ukuran kanker masih sangat kecil.
Trakelektomi radikal
Proses operasi ini membantu Anda mengangkat serviks atau leher rahim beserta jaringan di sekitarnya, termasuk bagian atas vagina.
Namun, Anda tidak perlu khawatir karena bagian rahim tidak ikut diangkat. Jadi, jika Anda melakukan salah satu penanganan terhadap kanker serviks ini masih ada peluang jika Anda ingin hamil.
Histerektomi sederhana (total)
Histerektomi total dilakukan dengan mengangkat leher rahim (serviks) maupun tubuh rahim itu sendiri. Akan tetapi, ovarium dan tuba falopi tetap dibiarkan di posisinya.
Histerektomi radikal
Histerektomi radikal adalah cara pengobatan kanker serviks dengan cara mengangkat leher rahim serta rahim, berikut jaringan di samping rahim.
Jaringan ini bernama parametria dan uterosacral ligaments, yang tidak ikut terangkat apabila menggunakan histerektomi sederhana. Sementara ovarium dan tuba falopi tetap berada di tempatnya.
Eksenterasi panggul
Prosedur eksenterasi panggul termasuk cara pengobatan kanker serviks dengan operasi yang cukup besar, karena ada banyak jaringan yang dihilangkan.
Ambil contohnya yakni rahim, leher rahim (serviks), ovarium, serta tuba falopi. Bahkan, kandung kemih, vagina, rektum, atau usus besar juga dapat diambil tergantung di area mana kanker telah menyebar.
Ini sebabnya eksenterasi panggul merupakan operasi yang biasanya dilakukan untuk mengobati kanker serviks berulang.
2. Terapi radiasi
Pada stadium kanker serviks tertentu, dokter dapat menjalankan terapi radiasi atau radioterapi sebagai salah satu cara mengobati kanker serviks.
Terapi radiasi adalah cara pengobatan kanker seviks dengan melibatkan sinar-X berenergi tinggi atau partikel radioaktif guna membunuh sel-sel kanker di dalam tubuh.
Cara mengobati kanker serviks dengan radioterapi bisa dilakukan secara tunggal, tidak bersamaan dengan penggunaan obat-obatan atau pengobatan kanker serviks lainnya.
Namun dalam beberapa kondisi, cara mengobati kanker serviks yang satu ini juga bisa dikombinasikan dengan prosedur kemoterapi, terutama jika tingkat keparahan kanker serviks sudah masuk ke stadium lanjut.
Selain itu, pengobatan ini juga bisa dilakukan setelah operasi apabila ditemukan ada risiko peningkatan kanker.
Cara ini juga dapat digunakan untuk mengatasi kanker serviks yang telah menyebar sampai ke organ atau jaringan tubuh lainnya.
Ada 3 cara pemberian terapi radiasi untuk kanker serviks, yakni:
- Eksternal: Dilakukan dengan cara mengarahkan sinar radiasi pada area tubuh sasaran.
- Internal: Dilakukan dengan cara meletakkan alat yang telah diisi dengan bahan radioaktif ke dalam vagina. Proses ini biasanya dilakukan selama beberapa menit saja.
- Eksternal ataupun internal: Mengombinasikan kedua cara eksternal dan internal.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah cara penanganan kanker serviks dengan menggunakan obat kimia untuk membunuh sel kanker. Tujuan pengobatan kanker serviks ini adalah untuk menghancurkan sel-sel kanker sembari mengurangi kemungkinan rusaknya bagian sel-sel yang sehat.
Kemoterapi dianggap dapat mengerutkan sel kanker dan mengurangi pertumbuhan tumor. Pemberian obat ini dapat dimasukkan ke dalam tubuh melalui pembuluh darah vena alias dengan infus, atau dalam bentuk pil yang diminum langsung (oral).
Mengobati kanker serviks dengan cara memasukkan obat-obatan tersebut diharapkan dapat menjangkau seluruh area tubuh, sehingga bisa membantu membunuh perkembangan sel kanker.
Kemoterapi untuk kanker serviks ini dilakukan dalam sebuah siklus, yang meliputi periode pengobatan dan diikuti dengan periode pemulihan kanker serviks setelahnya.
Pengobatan kanker serviks dengan kemoterapi bisa dilakukan sebagai pengobatan tunggal ataupun dikombinasi dengan terapi radiasi. Cara mengobati kanker serviks dengan metode kombinasi biasanya dilakukan sebagai metode untuk mengobati kanker serviks stadium lanjut.
Umumnya, dosis obat kemoterapi terbilang rendah bila dikombinasikan dengan terapi radiasi sebagai cara mengobati kanker serviks.
Dosis kemoterapi yang lebih tinggi biasanya direkomendasikan untuk mengendalikan gejala kanker serviks stadium lanjut.
4. Terapi target
Sel kanker dapat berkembang karena adanya pembuluh darah baru (angiogenesis). Pembuluh darah inilah yang kemudian membantu memberikan asupan nutrisi pada sel tumor untuk terus berkembang.
Pengobatan untuk mengatasi kanker serviks dengan terapi target bertujuan untuk menghalangi berkembangnya pembuluh darah baru (angiogenesis inhibitor). Terapi sel target yang biasanya digunakan adalah bevacizumab (avastin).
Pengobatan kanker serviks dengan terapi target ini umumnya dilakukan bersama dengan prosedur kemoterapi. Biasanya, dokter akan menganjurkan metode ini pada kasus kanker serviks stadium lanjut.
5. Imunoterapi
Imunoterapi adalah salah satu cara pengobatan yang melibatkan penggunaan obat-obatan, guna memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam melawan kanker.
Semakin kuat sistem kekebalan tubuh, diharapkan dapat semakin mudah untuk menghancurkan sel kanker dengan lebih efektif.
Pasalnya, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya bekerja untuk melawan serangan penyakit, justru tidak menyerang sel-sel kanker, yang sesungguhnya merupakan penyakit.
Hal ini karena sel kanker menghasilkan protein tertentu, sehingga membuatnya tidak terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh.
Di sinilah imunoterapi bekerja sebagai salah satu cara pengobatan kanker serviks untuk mengganggu proses tersebut.
Imunoterapi umumnya dapat digunakan untuk mengatasi kanker serviks yang telah menyebar ataupun kambuh kembali. Imunoterapi yang dapat digunakan, yaitu Pembrolizumab, biasanya digunakan secara intravena (IV) setiap tiga minggu sekali.
Risiko efek samping pengobatan untuk kanker serviks
Untuk mencegah kanker serviks menjadi lebih parah, Anda memang disarankan untuk segera menjalani pengobatan untuk kondisi tersebut. Namun, Anda perlu tahu bahwa berbagai prosedur medis untuk penanganan kanker serviks ini sedikit berbeda dengan pengobatan kanker serviks secara alami. Pasalnya, prosedur-prosedur ini memiliki efek samping yang perlu Anda perhatikan. Di antaranya adalah:
Efek samping operasi kanker serviks
Berbagai prosedur operasi untuk mengobati kanker serviks yang disebutkan sebelumnya berpotensi menimbulkan risiko setelahnya.
Pertama, mengobati kanker serviks dengan cara trakelektomi radikal memiliki efek samping seperti meningkatkan kemungkinan untuk keguguran saat hamil.
Meski sebelumnya disebutkan bahwa wanita yang menjalani pengobatan kanker serviks dengan cara operasi trakelektomi radikal dapat hamil, risiko terburuk yang mungkin dihadapi adalah peluang terjadinya keguguran.
Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter bila Anda berencana hamil setelah menjalani proses pengobatan ini.
Sementara itu, metode histerektomi sederhana (total) dapat berisiko membuat wanita jadi sulit, bahkan tidak dapat hamil. Pasalnya, cara mengobati kanker serviks yang satu ini melibatkan pengangkatan bagian rahim.
Kemungkinan komplikasi pengobatan kanker serviks lainnya yang dapat terjadi, seperti perdarahan berlebih, infeksi luka, serta masalah pada saluran kemih ataupun usus.
Begitu pula dengan histerektomi radikal yang meliputi pengangkatan rahim dan serviks (leher rahim), sehingga memperkecil kemungkinan Anda untuk bisa hamil.
Selain itu, apabila beberapa saraf pada kandung kemih diangkat, biasanya ada wanita yang bermasalah dengan kandung kemihnya setelah operasi.
Akibatnya, mungkin Anda membutuhkan kateter untuk sementara waktu guna membantu Anda dalam proses buang air kecil. Meski begitu, melakukan prosedur pembedahan dengan histerektomi tidak akan mengurangi kemampuan Anda dalam berhubungan seksual.
Dalam hal ini, Anda akan tetap dapat mencapai orgasme berkat fungsi klitoris dan vagina yang tidak berubah. Sedangkan eksenterasi panggul adalah operasi besar yang biasanya hanya dilakukan ketika kanker serviks kambuh kembali, setelah rangkaian pengobatan sebelumnya yang diyakini akan berhasil.
Efek samping dan risiko yang dialami bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, umumnya yang akan dirasakan, antara lain mual, muntah dan jadi mudah lelah setelah melakukan operasi.
Proses pemulihan dari prosedur eksenterasi panggul umumnya cukup lama. Ada yang butuh waktu sekitar 6 bulan, tapi ada juga wanita yang baru bisa pulih seutuhnya dalam kurun waktu 1-2 tahun pasca eksenterasi panggul.
Efek samping terapi radiasi untuk kanker serviks
Ada beberapa efek samping dari metode untuk penanganan kanker serviks jenis ini. Efek jangka pendeknya, cara mengobati kanker serviks ini dapat menyebabkan kelelahan, muntah atau diare, dan sembelit.
Untuk efek jangka panjang, pengobatan ini dapat menyebabkan jaringan parut terbentuk di dalam vagina, serta vagina kering.
Jaringan parut yang muncul ini, bisa membuat vagina lebih sempit (disebut stenosis vagina), kurang mampu meregang, atau bahkan berukururan lebih pendek.
Hal ini bisa membuat penetrasi saat melakukan seks vaginal terasa nyeri. Anda juga bisa segera mengalami menopause dini saat menjalani terapi radiasi sebagai pengobatan kanker serviks ini.
Efek samping lainnya adalah dapat melemahkan tulang dan menimbulkan pembengkakan pada tungkai kaki. Pembengkakan ini bisa menyebabkan masalah lain yang dikenal dengan nama limfedema.
Efek samping kemoterapi kanker serviks
Pengobatan kanker serviks yang satu ini memiliki efek samping yang dapat dilihat dari perubahan diri Anda. Efek samping yang paling umum dirasakan, antara lain mudah capek, merasakan mual, muntah, dan rambut rontok.
Hal ini terjadi karena cara mengobati kanker serviks dengan metode kemoterapi juga dapat merusak beberapa sel tubuh yang normal. Efek samping dari kemoterapi untuk kanker serviks yang dirasakan biasanya bervariasi bergantung dari jenis obat, dosis, serta lama kemoterapi yang Anda jalani.
Jika pengobatan ini diberikan bersamaan dengan terapi radiasi, efek samping yang muncul dapat lebih berat. Ambil contohnya, mual, kelelahan, darah rendah (anemia), dan diare. Bahkan, Anda juga mungkin mengalami perubahan pada pola menstruasi. Entah itu tidak mendapatkan menstruasi selama beberapa waktu, atau mengalami menopause dini.
Selama kemoterapi, darah Anda akan diuji secara teratur dan diberi antibiotik untuk mengobati dan mencegah adanya infeksi apa pun. Transfusi darah dapat diberikan jika Anda mengalami anemia. Namun, beberapa obat kemoterapi yang biasa digunakan untuk pengobatan kanker serviks dapat memengaruhi ginjal.
Biasanya hal ini akan tidak menimbulkan gejala apa pun, tapi efeknya bisa parah dan ginjal bisa rusak permanen, kecuali jika pengobatan dihentikan. Dokter akan mempertimbangkan risiko mana yang lebih dapat “diambil” saat menentukan pengobatan.
Efek samping terapi target untuk pengobatan kanker serviks
Efek samping atau risiko yang mungkin ditimbulkan dengan cara mengobati kanker serviks lewat terapi target bisa berbeda-beda.
Efek samping yang kurang umum tapi cukup serius dari pengobatan kanker serviks ini, meliputi:
- Adanya masalah pada perdarahan
- Penggumpalan darah
- Masalah pada proses penyembuhan luka
Ada lagi efek samping yang jarang terjadi, tapi cukup parah. Terapi target dapat menimbulkan pembentukan saluran abnormal, di antara vagina dan bagian usus besar atau anus.
Efek samping imunoterapi untuk kanker serviks
Tak jauh berbeda dengan efek samping pengobatan kanker lainnya, prosedur imunoterapi juga berisiko menimbulkan berbagai efek samping, yakni:
- Demam.
- Mual.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Ruam kulit.
- Kehilangan nafsu makan.
- Sembelit.
- Nyeri sendi atau otot.
- Diare.
Terkadang, salah satu pengobatan untuk kanker serviks yang satu ini dapat membuat sistem kekebalan tubuh menyerang bagian tubuh lain. Alhasil, kondisi ini justru bisa menimbulkan masalah serius, seperti menghambat fungsi berbagai organ di dalam tubuh.
Contohnya usus, hati, paru-paru, ginjal, dan organ lainnya. Maka itu, penting untuk menyampaikan keluhan apa pun yang Anda rasakan selama menjalani satu atau lebih cara yang dilakukan untuk mengobati kanker serviks.
Apabila efek samping yang Anda alami ternyata cukup serius, pengobatan kanker serviks mungkin akan dihentikan. Dokter nantinya dapat melakukan penanganan lainnya guna memulihkan kondisi kesehatan tubuh Anda selama masa perawatan kanker serviks.
[embed-health-tool-bmi]