Perkembangan janin memang menjadi suatu hal yang perlu selalu dipantau. Pasalnya, perkembangan yang tidak sempurna dapat menghasilkan kelainan, salah satunya penyakit jantung bawaan.
Kelainan bawaan pada struktur jantung akan mengganggu peredaran oksigen di dalam tubuh janin. Tidak hanya mengganggu tumbuh-kembang janin, kelainan ini bahkan bisa berakibat fatal.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyakit jantung bawaan pada bayi dan anak supaya Anda sebagai orang tua bisa mengetahui penanganan terbaik.
Apa itu penyakit jantung bawaan?
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau congenital heart disease adalah kelainan struktur jantung yang terjadi sejak lahir.
Kelainan ini bisa terjadi pada bagian arteri, pembuluh darah, dinding jantung, katup jantung, maupun hal lainnya yang terkait fungsi jantung.
Kelainan tersebut dapat menyebabkan perubahan aliran darah dari dan ke jantung. Aliran darah bisa melambat, mengalir ke tempat yang salah, hingga tersumbat sepenuhnya.
Oleh karena itu, beberapa kasus penyakit jantung pada bayi, anak, atau orang dewasa memang dapat berakibat fatal.
Secara garis besar, penyakit jantung bawaan terbagi menjadi dua jenis seperti berikut.
1. Penyakit jantung bawaan sianotik
Kelainan jantung bawaan dinilai sianotik jika mengakibatkan penurunan oksigen dalam tubuh. PJB sianotik ditandai dengan kulit, bibir, dan lapisan kuku yang membiru (sianosis).
Gejala tersebut muncul karena darah yang kaya oksigen bercampur dengan darah yang kadar oksigennya sedikit.
Penyakit jantung bawaan sianotik masih bisa dibagi menjadi beberapa jenis seperti berikut.
- Tetralogy of Fallot: kombinasi empat kelainan jantung yaitu penyempitan katup jantung-paru, adanya lubang di antara kedua bilik jantung, penebalan bilik kanan jantung, dan kelainan posisi aorta.
- Atresia paru: kelainan paru-paru yang mengakibatkan darah dari jantung kembali ke paru.
- Truncus arteriosus: hanya satu arteri besar yang meninggalkan jantung (normalnya dua arteri) sehingga pasokan oksigen berkurang.
- Sindrom jantung kiri hipoplastik: sisi kiri jantung tidak berkembang sepenuhnya.
- Kelainan katup trikuspid: katup trikuspid tidak terbentuk sepenuhnya atau tidak terbentuk sama sekali.
2. Penyakit jantung bawaan asianotik
Kelainan jantung bawaan dinilai asianotik jika tidak mengakibatkan penurunan oksigen dalam tubuh. Maka, warna kebiruan pada kulit mungkin hanya tampak saat bayi menangis atau menyusui.
PJB asianotik dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti berikut.
- Cacat septum ventrikel/atrium: terbentuknya lubang pada dinding antara atrium/ventrikel jantung.
- Patent ductus arteriosus: dua arteri utama jantung tidak menutup sempurna setelah lahir.
- Stenosis katup paru: penyempitan katup yang merupakan tempat lewatnya darah dari jantung ke paru-paru.
- Stenosis katup aorta: pembukaan di antara keempat bilik jantung saat lahir.
- Koarktasio aorta: penyempitan sebagian pembuluh darah besar yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.
Tanda dan gejala penyakit jantung bawaan
Pada beberapa kasus, gejala PJB bisa tidak terlihat, bahkan ketika ibu hamil menjalani pemeriksaan USG. Maka, kondisi ini sering kali baru ditemukan saat bayi lahir.
Berikut adalah gejala umum dari congenital heart disease. Setiap bayi dapat memiliki gejala yang berbeda.
- Bibir, kulit, jari kaki, dan tangan kebiruan (sianosis).
- Sesak napas atau bernapas lebih cepat dari biasanya, terutama saat makan atau minum susu.
- Pembengkakan pada kaki, perut, atau sekitar mata.
- Penurunan berat badan atau berat badan sulit bertambah.
- Mudah kelelahan.
Laman National Health Service UK menyebutkan bahwa gejala penyakit ini mungkin belum tampak saat bayi baru lahir. Gejala PJB pada bayi juga bisa baru terlihat saat mereka beranjak remaja atau bahkan dewasa.
Tahukah Anda?
Penyakit jantung bawaan diperkirakan terjadi pada 8 dari 1.000 kelahiran. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab terbesar kematian pada tahun pertama kehidupan.
Penyebab penyakit jantung bawaan
Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti mengapa jantung janin tidak bisa berkembang dengan sempurna.
Meski PJB bisa terjadi pada siapa saja, beberapa kondisi berikut bisa meningkatkan risiko terjadinya kelainan jantung bawaan pada bayi.
- Rubella. Ibu yang terinfeksi rubella selama kehamilan lebih berisiko melahirkan bayi dengan PJB. Pertimbangkan vaksin rubella sebelum hamil.
- Efek samping obat-obatan. Obat hipertensi golongan ACE inhibitors, obat kolesterol golongan statin, obat untuk gangguan bipolar, obat untuk jantung, dan obat jerawat dengan isotretinoin dapat menimbulkan efek samping pada janin.
- Diabetes. Ibu dengan diabetes lebih berisiko melahirkan bayi dengan PJB. Bicarakan dengan dokter cara terbaik mengendalikan gula darah selama kehamilan.
- Alkohol dan rokok. Hindari mengonsumsi alkohol dan menjadi perokok aktif maupun pasif.
- Genetik. Adanya anggota keluarga dengan kondisi serupa, kelainan kromosom seperti Down syndrome, Turner’s syndrome, dan William’s syndrome, serta pernikahan sedarah dapat meningkatkan risiko PJB.
Diagnosis penyakit jantung bawaan
Jika ditemukan kecurigaan terhadap kondisi janin, dokter bisa melakukan ekokardiografi saat janin berusia 18–22 minggu.
Namun, apabila congenital heart disease pada bayi baru dicurigai setelah dilahirkan, berikut adalah beberapa tes yang dapat dilakukan.
- Ekokardiografi: pemeriksaan dengan gelombang suara untuk mengetahui aktivitas listrik jantung.
- Rontgen: pemeriksaan dengan sinar X untuk mengetahui ukuran jantung, sekaligus jumlah darah di paru-paru.
- Kateterisasi jantung: memasukkan selang ke pembuluh darah untuk kemudian diarahkan ke jantung. Menghasilkan hasil yang lebih detail dari pada ekokardiogram.
- Oksimetri nadi: pengukuran jumlah oksigen di dalam darah dengan memanfaatkan gelombang cahaya.
- MRI jantung: pemeriksaan dengan gelombang radio genetik untuk mengetahui kondisi jantung secara rinci.
Pengobatan penyakit jantung bawaan
Laman Mayo Clinic menyebutkan bahwa penyakit jantung bawaan yang ringan baik pada bayi, anak-anak, maupun orang dewasa sering kali perlu ditangani dengan perawatan khusus.
Salah satu PJB yang tidak memerlukan perawatan intensif adalah cacat septum atrium dengan lubang yang kecil karena lubang ini bisa menutup dengan sendirinya. Meski begitu, penting untuk tetap melakukan pengawasan.
Sementara itu, dalam kondisi yang lebih serius, dokter mungkin menyarankan perawatan penyakit jantung bawaan dengan beberapa prosedur berikut.
- Kateterisasi jantung: selain sebagai pemeriksaan, cara ini juga dapat digunakan untuk menyembuhkan kelainan jantung sederhana, seperti cacat septum atrium dan patent ductus arteriosus.
- Bedah jantung: umumnya dilakukan untuk menangani PJB yang kompleks. Pembedahan bisa berupa transplantasi jantung, operasi pemasangan tabung untuk jalur darah, dan pemasangan alat khusus untuk membantu ventrikel.
- Obat-obatan: diberikan untuk membantu kinerja jantung, mencegah penggumpalan darah, atau mengontrol detak jantung.
Bagi orang tua yang memiliki anak dengan PJB, penting untuk memberikan perhatian lebih. Pasalnya, kondisi ini sering kali juga berpengaruh pada tumbuh kembang.
Pencegahan penyakit jantung bawaan
PJB memang tidak bisa dicegah karena penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, ibu hamil dapat melakukan beberapa cara berikut untuk mengurangi risiko bayi mengalami PJB.
- Mengikuti vaksinasi rubella.
- Rutin melakukan pemeriksaan janin.
- Tidak mengonsumsi obat-obatan sembarangan selama kehamilan.
- Menerapkan gaya hidup sehat.
- Melakukan pemeriksaan prenatal jika ibu memiliki kondisi medis khusus yang berisiko selama kehamilan (contoh: diabetes).
Penting untuk diingat bahwa penyakit jantung bawaan tidak selalu bisa langsung dideteksi setelah bayi lahir.
Oleh karena itu, jika ibu menemui berbagai gejala seperti di atas saat anak beranjak remaja atau bahkan dewasa, segera hubungi dokter.
[embed-health-tool-heart-rate]