Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi perlu dikontrol. Bila dibiarkan, tekanan darah bisa meningkat. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi hipertensi. Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal sebagai krisis hipertensi, yang terdiri dari hipertensi urgensi dan emergensi. Lalu, apa yang dimaksud dengan ketiga hal tersebut?
Pengertian krisis hipertensi, hipertensi urgensi dan emergensi
Krisis hipertensi adalah jenis hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah meningkat dengan sangat tinggi dan terjadi secara tiba-tiba. Krisis hipertensi terdiri dari hipertensi urgensi dan hipertensi emergensiSeseorang disebut mengalami krisis hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Sebagai informasi, seseorang tergolong hipertensi bila tekanan darahnya mencapai 140/90 mmHg atau lebih, sedangkan tekanan darah normal berada di bawah 120/80 mmHg. Bila tekanan darahnya berada di antara angka normal dan hipertensi, Anda tergolong ke dalam prehipertensi.
Krisis hipertensi memang termasuk kondisi yang jarang terjadi. Dari sekitar 110 juta kunjungan gawat darurat di rumah sakit yang terkait dengan hipertensi, hanya 0,5 persen yang berkaitan dengan krisis hipertensi.
Meski jarang, kondisi ini harus tetap mendapat perhatian. Pasalnya, krisis hipertensi merupakan kondisi darurat, yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan serius lainnya.
Ada dua jenis krisis hipertensi yaitu hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi. Berikut penjelasannya lebih lanjut.
-
Hipertensi urgensi
Salah satu krisis hipertensi adalah hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi adalah jenis krisis hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah Anda sangat tinggi hingga mencapai 180/120 mmHg atau lebih, tetapi tidak ada kerusakan pada organ tubuh.
Hipertensi jenis urgensi ini umumnya masih bisa dikontrol dengan obat darah tinggi oral dari dokter. Tekanan darah Anda yang mengalami peningkatan dapat diturunkan dalam kurun waktu beberapa jam dengan mengonsumsi obat tersebut.
Meski demikian, hipertensi urgensi pun merupakan kondisi yang juga harus dikhawatirkan. Pasalnya, sebagaimana dilansir dari Journal of Hospital Medicine, pasien dengan hipertensi urgensi pun berisiko mengalami kerusakan organ dalam beberapa jam ke depan, bila tidak segera diobati. Kondisi ini pun bisa meningkatkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada jangka panjang.
-
Hipertensi emergensi
Serupa dengan hipertensi urgensi, hipertensi emergensi terjadi ketika tekanan darah mencapai mencapai 180/120 mmHg atau lebih tinggi. Namun, kondisi ini telah menyebabkan kerusakan pada organ tubuh Anda, seperti otak, jantung, atau ginjal, yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi penyakit.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dari kerusakan organ terkait hipertensi emergensi, yaitu edema paru, angina, eklampsia pada ibu hamil, gagal ginjal, stroke, serangan jantung, gagal jantung, kerusakan pada mata, hingga diseksi aorta akut.
Oleh karena itu, seseorang yang mengalami hipertensi emergensi perlu segera mendapatkan penanganan medis darurat. Umumnya, pasien jenis hipertensi ini akan diberikan obat penurun tekanan darah melalui infus. Dengan penanganan yang tepat, pasien memiliki peluang besar untuk pulih dan tekanan darah kembali normal.
Apa saja tanda dan gejala dari krisis hipertensi?
Umumnya, tekanan darah tinggi biasa tidak menunjukkan tanda atau gejala hipertensi tertentu. Namun, pada pasien krisis hipertensi, terutama hipertensi emergensi, beberapa gejala sudah dapat dirasakan. Adapun pasien hipertensi urgensi umumnya tidak merasakan gejala yang berarti.
Beberapa tanda dan gejala dari krisis hipertensi emergensi yang mungkin muncul adalah:
- Nyeri dada.
- Sesak napas.
- Sakit punggung.
- Tubuh melemah.
- Sakit kepala parah.
- Penglihatan buram.
- Sakit punggung.
- Mimisan (epistaksis).
- Penurunan kesadaran, bahkan pingsan.
- Kecemasan parah.
- Mual dan muntah.
- Kejang.
[embed-health-tool-bmi]
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala lain yang tidak disebutkan di atas. Apabila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala-gejala tertentu segera periksakan diri ke dokter.
Kapan harus periksa ke dokter?
Bila Anda merasakan gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya Anda segera pergi ke rumah sakit. Pasalnya, gejala-gejala tersebut berbahaya bagi kesehatan Anda dan berpotensi mengancam nyawa. Anda pun mungkin memerlukan perawatan intensif di rumah sakit bila krisis hipertensi ini terjadi.
Namun, Anda perlu ingat, tubuh masing-masing penderita menunjukkan tanda dan gejala yang bervariasi. Agar Anda mendapatkan penanganan yang paling tepat dan sesuai dengan kondisi kesehatan Anda, periksakan apapun gejala yang muncul ke dokter atau pusat layanan kesehatan terdekat.
Apa penyebab hipertensi emergensi dan urgensi?
Krisis hipertensi, baik emergeni maupun urgensi, umumnya terjadi pada seseorang yang telah memiliki riwayat hipertensi, baik itu hipertensi primer maupun hipertensi sekunder. Kondisi ini bisa terjadi bila pasien hipertensi mengalami kenaikan tekanan darah secara persisten atau terus menerus selama bertahun-tahun, hingga tekanan darahnya mencapai angka krisis.
Kondisi ini biasanya terjadi bila Anda tidak bisa mengontrol tekanan darah dengan baik. Misalnya, tetap melakukan hal-hal yang menjadi pantangan bagi penderita hipertensi atau tidak mengonsumsi obat hipertensi sesuai dengan dosis dan ketentuan yang dokter berikan.
Selain itu, konsumsi obat-obatan tertentu juga dapat menaikkan tekanan darah Anda lebih tinggi, seperti obat pereda nyeri (NSAID), dekongestan, atau pil KB, serta obat-obatan terlarang seperti kokain dan methamphetamine. Obat-obatan tersebut juga bisa berinteraksi dengan beberapa obat darah tinggi sehingga berbahaya bagi tubuh Anda bila dikonsumsi secara bersamaan.
Selain itu, kondisi medis tertentu juga bisa menjadi penyebab hipertensi krisis atau darurat ini. Beberapa kondisi yang bisa menyebabkan naiknya tekanan darah, seperti:
- Stroke
- Tumor kelenjar adrenal
- Stres
- Trauma pascaoperasi
- Serangan jantung
- Gagal jantung
- Gagal ginjal
- Trauma kepala
- Spinal cord syndrome
- Kerusakan aorta
- Preeklampsia
Bagaimana hipertensi emergensi bisa menyebabkan kerusakan organ?
Tekanan darah yang sangat tinggi dapat mengganggu aliran darah di dalam pembuluh darah. Bila proses aliran darah terganggu, sel-sel endotel yang berperan untuk melebarkan dan menyempitkan pembuluh darah menjadi terganggu.
Ketika endotel terpengaruh, struktur dinding pembuluh darah akan mengalami kerusakan sehingga rentan menimbulkan peradangan. Bila ini terjadi, pembuluh darah bisa bocor dan cairan atau darah di dalamnya bisa keluar.
Akibatnya, jantung tidak dapat memompa darah secara efektif dan suplai nutrisi ke organ-organ penting lainnya menjadi terbatas. Pada kondisi ini, fungsi organ tubuh menjadi terganggu sehingga mengalami kerusakan.
Bagaimana dokter mendiagnosis krisis hipertensi?
Untuk mendiagnosis krisis hipertensi, baik emergensi dan urgensi, hal pertama yang dilakukan dokter, yaitu mengukur tekanan darah. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Anda tergolong mengalami krisis hipertensi bila memiliki tekanan darah mencapai 180/120 mmHg atau lebih.
Namun, untuk memastikannya, cek tekanan darah mungkin akan dilakukan beberapa kali. Jika hasilnya masih sama atau di atas angka tersebut, Anda harus benar-benar mendapat perawatan medis darurat.
Selain mengukur tekanan darah, ada beberapa tes lainnya yang mungkin akan Anda lakukan untuk memastikan apakah krisis hipertensi Anda tergolong emergensi dan sudah mengalami kerusakan organ. Beberapa tes yang mungkin dilakukan, seperti:
- Elektrokardiogram (EKG).
- Urinalisis.
- CT Scan.
- Tes darah.
Bagaimana hipertensi emergensi dan urgensi diobati?
Pasien krisis hipertensi, baik emergensi maupun urgensi, mengalami kenaikan tekanan darah yang cukup drastis. Namun, krisis hipertensi emergensi dan urgensi ditangani dengan cara yang sedikit berbeda.
Pengobatan hipertensi urgensi
Pasien hipertensi urgensi biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang jelas, serta tidak mengalami kerusakan organ tubuh. Maka itu, pasien krisis jenis ini tidak memerlukan penanganan medis darurat.
Belum ada bukti yang menunjukkan apabila pasien hipertensi urgensi memiliki peluang lebih besar untuk sembuh dengan ditangani secara darurat. Justru, terlalu cepat menangani hipertensi yang tidak disertai dengan gejala berpotensi menyebabkan efek samping.
Dikutip dari Cardiology Secrets, terlalu cepat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi tanpa gejala dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan, seperti iskemik dan infark pada jantung. Oleh karena itu, pasien hipertensi urgensi sebaiknya ditangani secara bertahap, dengan menurunkan tekanan darah perlahan selama 24-48 jam.
Dalam kebanyakan kasus, pasien hipertensi urgensi hanya perlu menjalani rawat jalan, tidak perlu sampai rawat inap di rumah sakit.
Pengobatan hipertensi emergensi
Jenis krisis hipertensi emergensi berpotensi membahayakan nyawa, sehingga penderitanya harus segera mendapatkan penanganan intensif di rumah sakit.
Berbeda dengan hipertensi urgensi, pasien hipertensi emergensi harus diinapkan di rumah sakit dan menerima pengobatan melalui infus. Penurunan tekanan darah juga dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu beberapa jam. Tekanan darah yang turun terlalu cepat dalam 24 jam meningkatkan risiko pendarahan pada otak, bahkan kematian.
Berikut adalah jenis obat-obatan yang biasanya diberikan oleh tim medis untuk menangani pasien hipertensi emergensi, tergantung pada organ tubuh apa yang mengalami kerusakan serta masalah kesehatan yang dialami akibat hipertensi darurat ini:
1. Diseksi aorta akut
Apabila krisis hipertensi ini menyebabkan terjadinya diseksi aorta akut, pasien akan diberikan obat esmolol melalui infus. Obat ini akan menurunkan tekanan darah secara cepat. Rata-rata pasien dengan diseksi aorta akut harus segera diturunkan tekanan darahnya dalam jangka waktu 5-10 menit.
Jika tekanan darah masih tinggi setelah pemberian esmolol, dokter akan menambahkan obat vasodilator jenis nitroglycerin atau nitroprusside.
2. Edema paru akut
Pasien dengan edema paru akut akan ditangani dengan nitroglycerin, clevidipine, atau nitroprusside. Dengan pemberian obat-obatan tersebut, tekanan darah pasien diperkirakan akan kembali normal dalam jangka waktu 24-48 jam.
3. Infark miokard atau angina pektoris
Jika tekanan darah tinggi emergensi mengakibatkan terjadinya infark miokard (serangan jantung) atau angina pektoris, pasien akan diberikan esmolol. Dalam beberapa kasus, esmolol juga akan dikombinasikan dengan nitroglycerin.
Target tekanan darah setelah diberikan obat ini adalah di bawah 140/90 mmHg, dan pasien dapat dipulangkan apabila tekanan darah berada di bawah 130/80 mmHg.
4. Gagal ginjal akut
Hipertensi emergensi yang disertai dengan gagal ginjal akut dapat ditangani dengan clevidipine, fenoldopam, dan nicardipine. Menurut studi dari Annals of Translational Medicine, dari 104 pasien yang ditangani dengan nicardipine, sekitar 92% mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan dalam 30 menit.
5. Preeklampsia dan eklampsia
Untuk ibu hamil yang mengalami preeklampsia dan eklampsia, dokter akan memberikan hydralazine, labetalol, dan nicardipine. Obat-obatan antihipertensi lainnya, seperti angiotensin-converting enzyme inhibitors, angiotensin receptor blockers, direct renin inhibitors, dan sodium nitroprusside sebaiknya dihindari.
6. Hipertensi pascaoperasi
Jika hipertensi emergensi terjadi setelah pasien menjalani prosedur operasi, dokter akan memberikan infus clevidipine, esmolol, nitroglycerin, atau nicardipine.
7. Tumor pada kelenjar adrenal atau penggunaan obat-obatan terlarang
Apabila hipertensi berkaitan dengan adanya tumor pada kelenjar adrenal (pheochromocytoma) atau akibat konsumsi obat-obatan terlarang, seperti kokain dan amphetamine, dokter akan memberikan infus clevidipine, nicardipine, atau phentolamine.
Apa saja perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengatasi krisis hipertensi?
Di samping pengobatan medis, Anda juga harus melakukan perubahan gaya hidup dan pola makan. Hal ini penting untuk mencegah hipertensi emergensi dan urgensi kembali terjadi pada lain waktu.
Beberapa perubahan gaya hidup positif yang bisa Anda lakukan untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi, seperti diet hipertensi dengan mengurangi asupan garam, olahraga teratur, dan lainnya. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Panduan Menjalani Diet DASH untuk Penderita Hipertensi