Meningitis merupakan penyakit peradangan pada meninges, selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Peradangan ini paling sering terjadi akibat infeksi virus atau bakteri. Seperti halnya penyakit lain, meningitis juga bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Apa saja?
Dampak yang terjadi pada tubuh akibat meningitis
Selama tubuh terinfeksi, meningitis dapat menimbulkan berbagai gejala seperti demam, sakit kepala, dan leher kaku. Namun, beberapa kondisi lainnya juga bisa muncul bahkan setelah infeksinya hilang.
Meski banyak orang sembuh dari meningitis setelah diberi perawatan yang tepat, ada sebagian orang yang harus merasakan dampak jangka panjang. Semakin lama Anda menderita penyakit ini, semakin besar juga risiko akan kerusakan pada saraf.
Berikut adalah berbagai komplikasi yang muncul dari penyakit meningitis.
1. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran adalah salah satu dampak yang paling umum dialami pasien setelah terkena infeksi meningitis. Kondisi ini mungkin tidak langsung terasa setelah infeksi selesai dan bisa saja baru muncul setelah beberapa hari atau beberapa minggu.
Gangguan pendengaran dapat terjadi hanya pada salah satu telinga atau keduanya sekaligus. Pada kasus yang ringan, gangguan yang timbul berupa dering di telinga. Ada pula pasien yang kehilangan pendengaran permanen.
Ini sebabnya, pasien meningitis harus melakukan tes pendengaran sesegara mungkin setelah menjalani perawatan di rumah sakit.
2. Gangguan ingatan
Setelah sembuh dari meningitis, beberapa orang mengalami dampak berupa gangguan ingatan. Hal ini bisa terjadi jika infeksi telah merusak otak selama terkena penyakit.
Meski demikian, bila kondisinya ringan, hal ini tidak akan mengganggu kemampuan Anda dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
3. Masalah dalam belajar dan berperilaku
Dampak ini biasanya terjadi pada bayi dan anak kecil setelah mengalami meningitis. Masalah belajar membuat anak lebih sulit dan lebih lama ketika mempelajari sesuatu, misalnya seperti menulis, membaca, dan menghitung.
Untungnya, masalah ini bersifat jangka pendek dan dapat membaik seiring waktu. Namun, bila terjadi dalam jangka panjang dan disertai dengan agresi atau perubahan kepribadian, kemungkinannya otak telah mengalami cedera.
Butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk mengetahui adanya perubahan emosional anak.
4. Epilepsi
Infeksi bakteri penyebab meningitis dapat menimbulkan pembengkakan pada otak, membuat fungsi normal otak terganggu dan menyebabkan kejang.
Kejang yang pasien alami selama meningitis belum tentu akan berkembang menjadi epilepsi. Namun, tekanan yang terjadi saat kejang bisa saja merusak otak secara permanen. Alhasil, pasien pun mengidap epilepsi setelahnya.
Kejang-kejang merupakan komplikasi yang cukup umum terjadi pada pasien meningitis. Hanya setengah dari mereka yang masih mengalami epilepsi setelah sembuh.
5. Sepsis
Infeksi yang menyebabkan meningitis dapat menyebar ke aliran darah dan menimbulkan sepsis. Sepsis adalah reaksi peradangan parah pada tubuh yang terjadi akibat infeksi yang tidak ditangani dengan baik.
Beberapa gejala yang muncul antara lain demam, hipotermia (suhu tubuh rendah), tekanan darah dan detak jantung tidak teratur, kesulitan bernapas, serta kehilangan kesadaran.
Bila bekuan darah terbentuk akibat sepsis, maka pembuluh darah di anggota tubuh akan tersumbat dan menyebabkan nekrosis atau kematian jaringan yang harus ditangani dengan amputasi.
6. Gagal ginjal
Ketika bakteri yang menyebabkan meningitis dan sepsis menyerang aliran darah, mereka juga menghasilkan racun yang membuat penderitanya merasa sakit dan demam.
Pada waktu yang bersamaan, gumpalan darah terbentuk sehingga sulit bagi darah untuk membawa oksigen ke seluruh area tubuh. Suplai darah yang berkurang disertai dengan tingkat bakteri yang tinggi dapat menghentikan kerja ginjal dalam menyaring darah.
Jika ginjal berhenti bekerja selama beberapa minggu, maka ginjal akan mengalami cedera akut atau berkembang menjadi gagal ginjal akut.
7. Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan juga bisa menjadi salah satu komplikasi meningitis. Sebab, infeksi juga dapat menyerang saraf optik.
Infeksi bisa menyebabkan penglihatan kabur sementara, permanen, atau bahkan kebutaan. Pasien juga mungkin akan mengalami penglihatan ganda.
8. Hidrosefalus
Meningitis parah menyebabkan peradangan yang berpotensi menghalangi cairan serebrospinal pada otak. Cairan serebrospinal adalah cairan yang berfungsi sebagai bantalan pelindung otak atau tulang belakang saat benturan terjadi.
Komplikasi ini biasanya berkembang dari meningitis bakteri. Terkadang, hidrosefalus memberi tekanan pada otak dan bisa mengancam jiwa.
Hidrosefalus ringan dapat ditangani dengan obat-obatan. Namun bila kasusnya lebih serius, pasien mungkin harus menjalani prosedur pembedahan untuk mengeluarkan kelebihan cairan.
9. Ensefalitis
Ensefalitis adalah peradangan otak yang sering menyebabkan kerusakan otak permanen. Peradangan ini lebih berbahaya daripada meningitis. Lagi-lagi, komplikasi ini lebih mungkin terjadi pada meningitis bakteri.
Karena sifatnya yang merusak otak, ensefalitis dapat menimbulkan masalah neurologis jangka panjang, termasuk defisit kognitif, perubahan kepribadian, gangguan penglihatan, serta kejang-kejang.
10. Gangguan pertumbuhan tulang
Komplikasi ini muncul bila meningitis telah berkembang menjadi septikemia. Seperti yang telah dijelaskan, septikemia membentuk bekuan darah yang akhirnya menghambat jalannya oksigen ke seluruh tubuh.
Saat kulit kekurangan suplai darah, asupan oksigen juga berkurang sehingga bercak pada kulit mati dan menghitam. Suplai darah yang terputus turut memengaruhi tulang yang sedang tumbuh.
Kerusakan ini menyebabkan tulang tumbuh lebih lambat. Bila terjadi, hal ini dapat menimbulkan masalah pada sendi dan postur tubuh anak. Postur yang buruk dapat mengakibatkan ketegangan di bagian tubuh lain dan memunculkan masalah berupa kaku sendi dan nyeri punggung.
Beberapa dampak jangka panjang dari meningitis dapat mengancam jiwa. Untungnya, Anda bisa mencegah komplikasi dengan melakukan pemeriksaan meningitis lebih awal. Perawatan lebih dini dapat mengurangi risiko kemunculan komplikasi dan mempercepat pemulihan penyakit.