backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

3

Tanya Dokter
Simpan

Obat Medis dan Alami untuk Mengatasi Keracunan Makanan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 04/03/2021

    Obat Medis dan Alami untuk Mengatasi Keracunan Makanan

    Keracunan makanan sering terjadi akibat jajan sembarangan karena mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, parasit, atau virus.  Jika sudah terlanjur terjadi, apa saja obat yang bisa mengatasi keracunan makanan?

    Pengobatan rumahan untuk atasi keracunan makanan

    Gejala keracunan makanan biasa muncul dalam beberapa jam setelah Anda makan atau minum sesuatu yang terkontaminasi kuman. Namun umumnya, Anda tidak membutuhkan obat medis jika gejalanya tergolong ringan.

    Pada dasarnya kondisi ini bisa sembuh sendiri dalam 1 – 2 hari ke depan. Meski demikian, ada beberapa minuman dan makanan yang dapat membantu Anda agar cepat pulih.

    1. Air

    kandungan air putih

    Air kerap disebut sebagai obat alami bagi Anda yang mengalami keracunan makanan. Saat keracunan, gejala yang paling sering terjadi adalah diare dan muntah-muntah. Hal ini akan membuat jumlah cairan tubuh berkurang.

    Agar tidak berujung pada dehidrasi, Anda harus minum lebih banyak air putih. Setelah muntah atau buang air besar, minumlah satu gelas air untuk menggantikan cairan yang terbuang.

    Anda juga bisa penuhi kembali cairan tubuh dengan minum kuah hangat dengan rasa yang cenderung hambar seperti sop ayam atau sayur bening. Jangan minum kuah masakan berbumbu kuat, pedas, atau berminyak, sebab malah akan memperparah kondisinya.

    2. Makanan rendah serat

    Beberapa makanan seperti nasi putih, roti tawar panggang, dan pisang juga bisa menjadi obat untuk membantu pemulihan Anda selama terkena keracunan makanan.

    Berbagai makanan tersebut memiliki serat dan lemak yang rendah, sehingga lebih mudah dicerna usus ketika sedang meradang.

    3. Teh jahe

    Jahe merupakan salah satu bahan yang paling sering dimanfaatkan menjadi obat untuk menangani beberapa gangguan pada sistem pencernaan.

    Berkat sifat antiradang, antinyeri, antibakteri, serta kandungan antioksidannya, rempah jahe mampu menenangkan perut yang melilit.

    Jahe juga bisa mengurangi rasa mual. Ini karena salah satu zat yang terkandung dalam jahe memiliki fungsi untuk memblokir racun dari bakteri serta membantu mencegah penumpukan cairan dalam usus.

    Anda bisa meracik teh jahe hangat untuk mendapatkan manfaat ini. Caranya, kupas bersih jahe seukuran 1 – 4 cm dan rebus dalam panci berisi air sampai mendidih. Minum teh jahe sebanyak 1 – 2 kali sehari.

    4. Makanan probiotik

    makanan probiotik obat keracunan makanan

    Makanan sumber probiotik mengandung bakteri baik yang bisa menyeimbangkan bakteri jahat di dalam usus. Probiotik juga dapat membantu tubuh Anda meregenerasi bakteri sehat yang hilang dan meningkatkan kerja sistem pencernaan serta sistem imun tubuh.

    Biasanya, Anda harus menunggu sampai keadaan perut mulai pulih, baru kemudian mulai mengonsumsi makanan berprobiotik. Anda bisa mendapatkan asupannya dari yogurt atau tempe rebus.

    5. Istirahat

    Selain mencoba obat dari bahan alami, istirahat di rumah adalah salah satu langkah perawatan yang sangat disarankan ketika Anda mengalami keracunan makanan.

    Dengan beristirahat, Anda akan memberi waktu bagi tubuh untuk memperbaiki jaringan dalam yang rusak karena diserang infeksi virus dan bakteri. Istirahat juga bantu menyuplai energi yang cukup untuk melawan bakteri penyebab keracunan makanan.

    Kapan harus periksa ke dokter?

    Pada beberapa kasus, keracunan makanan bisa menimbulkan gejala yang lebih parah atau berlangsung lebih dari tiga hari. Bila sudah demikian, gejala bisa berujung pada dehidrasi parah.

    Waspada bila Anda mengalami gejala seperti:

    • mulut yang terasa sangat kering,
    • rasa haus yang ekstrem,
    • air kencing hanya keluar sedikit atau malah tidak sama sekali,
    • urine berwarna gelap,
    • detak jantung cepat,
    • tekanan darah menurun,
    • badan terasa lemas dan lesu,
    • kepala terasa pusing, terutama bila Anda melakukan pergerakan dari duduk lalu berdiri,
    • linglung,
    • feses dan muntahan yang mengandung darah,
    • tangan kesemutan, atau
    • demam di atas 38° celcius.

    Obat yang diberikan dokter saat keracunan makanan

    aturan minum obat diare

    Di bawah ini adalah beberapa obat keracunan makanan yang akan diberikan oleh dokter.

    1. Rehidrasi oral

    Dikutip dari Panduan Klinis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pengobatan lini pertama di rumah sakit untuk keracunan makanan adalah dengan rehidrasi.

    Rehidrasi akan diberikan dengan obat atau suplemen yang mengandung cairan elektrolit (natrium dan glukosa), umumnya berupa oralit.

    Dokter juga mungkin akan memasangkan infus yang mengandung larutan natrium klorida isotonik, dan larutan Ringer Laktat.

    Obat rehidrasi oral dari dokter akan bekerja lebih cepat mengganti cairan elektrolit tubuh yang hilang saat Anda mengalami keracunan makanan. 

    2. Obat jenis adsorben

    Selain itu, Anda kemungkinan akan diberikan obat adsorben seperti kaopectate dan aluminium hidroksida.

    Obat ini membantu memadatkan feses apabila diare akibat keracunan makanan berlangsung lama. Obat ini hanya digunakan apabila kondisi diare Anda terjadi lebih dari beberapa hari. 

    3. Obat antibiotik

    Obat antibiotik seperti cotrimoxazole atau cefixime mungkin akan diberikan dokter jika penyebab keracunan makanan Anda adalah bakteri tertentu, misalnya infeksi Salmonella typhii atau Listeria. Obat tersebut bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang masuk menginfeksi tubuh.

    Obat antibiotik juga dapat berfungsi apabila gejala keracunan makanan disebabkan oleh infeksi parasit.

    Namun jika penyebab keracunan makanan Anda karena infeksi virus, dokter akan memberikan perawatan lain. Infeksi virus tidak dapat ditangani dengan obat antibiotik. 

    4. Paracetamol

    Perlu diketahui, keracunan makanan juga bisa menimbulkan gejala demam dan sakit kepala. Demam muncul sebagai efek peradangan yang terjadi saat sistem imun sedang melawan infeksi. Sedangkan sakit kepala dipicu dari dehidrasi.

    Untuk mengatasinya, dokter akan memberikan obat paracetamol, bisa berupa obat minum ataupun infus. Namun, biasanya infus diberikan kepada pasien bayi atau anak-anak. Paracetamol akan bekerja dengan mengurangi rasa sakit serta menurunkan demam.

    Hal yang harus diperhatikan saat mengatasi keracunan makanan

    makanan untuk diare

    Pada saat minum obat atau melakukan perawatan untuk mengatasi keracunan makanan, Anda juga harus melakukan beberapa kebiasaan sehat guna mempercepat pemulihan.

    Anda harus menghindari konsumsi makanan dan minuman yang sulit dicerna tubuh, misalnya seperti makanan tinggi lemak dan serat, makanan pedas, gorengan, minuman berkafein, serta minuman beralkohol. Dikhawatirkan makanan ini akan memperparah diare yang Anda alami.

    Pastikan Anda hanya makan makanan bersih dan bebas dari kuman penyakit. Berhati-hatilah saat menyimpan, mencuci, hingga mengolah bahan menjadi menu makanan. Selalu cuci tangan sebelum dan sesudah memasak, bersihkan buah dan sayuran, serta gunakan peralatan yang bersih.

    Hal yang penting selanjutnya adalah jangan meminum obat tanpa resep dari dokter. Misalnya, Anda ingin menghentikan diare saat keracunan makanan dengan minum obat antidiare. Hal ini sebaiknya tidak Anda lakukan.

    Diare merupakan reaksi tubuh untuk mengeluarkan racun dari tubuh. Ketika Anda minum obat diare, obat akan memperlambat kerja pencernaan Anda, membuat racun atau kuman penyebab diare jadi lebih lama tinggal di dalam tubuh. Ujungnya, gejala akan dialami lebih lama.

    Bila ingin menggunakan obat kimia, selalu konsultasikan dahulu kepada dokter untuk memastikan keamanannya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 04/03/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan