Tujuan dari pemberian vaksin booster yakni untuk meningkatkan kembali antibodi tubuh yang mulai menurun dalam melawan COVID-19.
Namun, masih banyak kalangan yang merasa khawatir mengenai efek samping vaksin booster. Seperti apa skema pemberian vaksin booster COVID-19 dan apa saja efek samping yang perlu Anda waspadai?
Skema vaksin booster COVID-19 di Indonesia
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dosis lanjutan (booster) sudah dimulai sejak Januari 2022. Anda bisa memperolehnya setelah terdaftar melalui aplikasi PeduliLindungi.
Vaksinasi booster COVID-19 hanya diberikan bila Anda berusia 18 tahun ke atas dan telah mendapatkan vaksinasi primer dosis lengkap minimal enam bulan sebelumnya.
Pemberian vaksin booster juga diutamakan untuk lansia dan orang-orang yang memiliki masalah kekebalan tubuh (immunocompromised).
Vaksinasi booster COVID-19 dilakukan dalam dua mekanisme, yakni homolog dan heterolog.
Homolog merupakan pemberian dosis booster dengan menggunakan jenis vaksin yang sama dengan vaksin primer dosis lengkap sebelumnya.
Sementara itu, heterolog merupakan pemberian dosis booster menggunakan jenis vaksin yang berbeda dengan vaksin primer dosis lengkap.
Adapun, regimen vaksin COVID-19 dosis lanjutan (booster) sesuai surat edaran Kemenkes RI yakni sebagai berikut.
Vaksin Primer | Vaksin Booster |
Sinovac | AstraZeneca (½ dosis) Pfizer (½ dosis) Moderna (dosis penuh) |
Pfizer | AstraZeneca (dosis penuh) Pfizer (dosis penuh) Moderna (½ dosis) |
AstraZeneca | AstraZeneca (dosis penuh) Pfizer (½ dosis) Moderna (½ dosis) |
Jansen | Moderna (½ dosis) |
Sinopharm | Sinopharm (dosis penuh) |
Moderna | Moderna (½ dosis) |
Efek samping umum vaksin booster COVID-19
Banyak kalangan yang memiliki kekhawatiran akan timbulnya efek samping vaksin atau juga dikenal dengan istilah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Efek samping ini tergolong normal dan menjadi tanda bahwa tubuh sedang membangun perlindungan. Gejala biasanya akan hilang dalam beberapa hari.
Beberapa efek samping vaksin booster yang umum terjadi antara lain:
- nyeri pada area suntikan,
- pusing,
- sakit kepala,
- kelelahan,
- nyeri otot,
- nyeri sendi, dan
- demam (suhu tubuh di atas 38℃).
Secara umum, reaksi KIPI yang dilaporkan setelah mendapatkan suntikan vaksin booster lebih rendah daripada reaksi setelah suntikan vaksin primer dosis lengkap.
Hal ini dibuktikan melalui sebuah studi terbaru dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Mereka mencatat bahwa penerima dosis booster lebih jarang mengalami reaksi sistemik (demam, nyeri otot, dan kelelahan) bila dibandingkan saat mendapatkan vaksin dosis kedua.
Studi ini juga menyebutkan hanya ada 39.286 laporan kasus efek samping vaksin booster dari 721.562 orang yang terdaftar sebagai penerima dosis booster.
Selain itu, efek samping pada orang 18 tahun ke atas juga cenderung aman, dengan sebanyak 36.282 (92,4%) kasus tidak serius dan 3.004 (7,6%) lainnya serius.
Dengan demikian, pemberian vaksin booster COVID-19 dinilai aman. Efek samping vaksin booster ini juga masih bisa ditoleransi oleh sebagian besar orang.
Adakah efek samping serius dari vaksin booster?
Meski lebih jarang terjadi, Anda juga perlu mewaspadai efek samping serius setelah vaksin booster COVID-19 seperti berikut ini.
1. Reaksi alergi
Vaksin booster COVID-19 bisa memicu reaksi alergi serius atau anafilaksis. Gejala umum dari kondisi ini meliputi ruam kulit, bengkak, mual, muntah, sesak napas, pusing, dan pingsan.
Efek samping ini lebih banyak ditemukan pada vaksin booster COVID-19 bertipe messenger RNA (mRNA), seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Sebuah studi dalam Frontiers In Allergy (2021) menemukan kandungan polyethylene glycol (PEG) dalam kedua vaksin inilah yang menyebabkan anafilaksis.
Polyethylene glycol (PEG) sendiri merupakan bahan umum yang terdapat dalam obat-obatan.
2. Pembekuan darah
Sejumlah kecil orang juga bisa merasakan efek samping pembekuan darah disertai trombosit rendah (trombositopenia) setelah pemberian vaksin booster COVID-19.
Kondisi ini lebih banyak dilaporkan setelah vaksinasi dengan Oxford-AstraZeneca dan Johnson & Johnson/Janssen, dua vaksin dengan tipe viral vector.
Penyebab pembekuan darah setelah vaksinasi ini masih belum jelas, baik kandungannya maupun mekanismenya terhadap sistem kekebalan tubuh.
3. Peradangan otot jantung
Kasus peradangan otot jantung atau miokarditis juga telah dilaporkan terjadi pada orang yang mendapatkan vaksin booster Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Miokarditis umumnya ditandai dengan gejala berupa sakit dada, sesak napas, jantung berdetak cepat, dan jantung berdebar dalam beberapa hari setelah vaksinasi.
Kebanyakan miokarditis akibat vaksin tergolong ringan sehingga Anda bisa cepat merasa lebih baik dengan istirahat dan perawatan sederhana.
Apa yang harus dilakukan saat mengalami efek samping vaksin booster?
Sebaiknya Anda segera beristirahat setelah mendapatkan vaksin booster. Minum obat pereda nyeri, seperti parasetamol, bisa membantu meredakan rasa sakit setelah vaksinasi.
Jika rasa tidak nyaman muncul pada area bekas suntikan, cobalah untuk menggerakan lengan Anda. Gunakan juga kompres dingin untuk mengurangi pembengkakan.
Selain itu, minumlah banyak air putih dan hindari pakaian tebal untuk membantu mengatasi demam.
Meski efek samping vaksin COVID-19 tergolong ringan, Anda sebaiknya segera menghubungi dokter bila merasakan gejala-gejala serius seperti berikut ini.
- Kemerahan dan nyeri pada area suntikan yang bertambah parah setelah 24 jam.
- Sakit kepala parah yang tidak berkurang setelah minum obat pereda nyeri, serta terasa lebih parah saat berbaring atau membungkuk.
- Timbul kondisi lain, seperti penglihatan kabur, masalah berbicara, kejang, kaki bengkak, sesak napas, nyeri dada, dan nyeri perut berkepanjangan.
Efek samping vaksin booster pada umumnya bersifat ringan. Namun, ada pula efek samping serius yang jarang terjadi dan tetap perlu Anda waspadai.
Vaksinasi COVID-19 membantu meningkatkan imunitas tubuh, tetapi tidak sepenuhnya melindungi Anda dari risiko penularan virus corona.
Maka dari itu, penting untuk selalu menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan rajin mencuci tangan dengan sabun.