backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Penyebab Sesak Napas Setelah Vaksin

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 25/05/2022

    Penyebab Sesak Napas Setelah Vaksin

    Berbagai opini masyarakat tentang efek samping vaksinasi banyak sekali yang beredar, salah satunya adalah munculnya gejala pernapasan seperti sesak napas. Namun, apakah benar sesak napas setelah vaksin merupakan efek samping dari vaksin itu sendiri, atau justru disebabkan oleh penyakit yang sedang diderita?

    Apakah sesak napas setelah divaksin termasuk efek samping vaksin?

    sesak napas

    Vaksin mempersiapkan sistem kekebalan tubuh Anda untuk melawan virus atau bakteri penyebab penyakit. Dengan cara kerja vaksin tersebut, kekebalan dapat dibentuk tanpa Anda harus jatuh sakit terlebih dahulu.

    Seperti obat-obatan pada umumnya, efek samping setelah vaksin juga ada. Vaksin dosis primer hingga vaksin booster memiliki efek samping, tetapi tidak semua orang akan mengalaminya.

    Efek samping yang dialami setelah vaksinasi merupakan tanda normal bahwa tubuh sedang membentuk perlindungan atau kekebalan.

    Berbagai efek samping tersebut bisa saja memengaruhi kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Akan tetapi, keluhan biasanya akan hilang dalam beberapa hari ke depan.

    Secara umum, berikut efek samping yang mungkin akan Anda rasakan.

  • Nyeri, bengkak, atau kemerahan pada area suntikan.
  • Tubuh terasa lelah.
  • Sakit kepala.
  • Panas dingin.
  • Nyeri otot dan sendi.
  • Mual.
  • Anda mungkin juga akan mengalami demam tinggi atau menggigil selama satu atau dua hari setelah vaksinasi. Cukup konsumsi obat penurun demam seperti parasetamol saja untuk mengurangi gejalanya.

    Efek samping di atas merupakan pertanda bahwa tubuh Anda sudah mulai membangun kekebalan atau perlindungan terhadap suatu penyakit.

    Sementara itu, efek samping yang lebih serius cukup jarang terjadi. Dari 1 juta dosis vaksin yang diberikan, kemungkinan hanya 1–2 orang yang mengalami reaksi parah seperti sesak napas.

    Efek samping yang serius dikenal juga sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI). Gejalanya dapat berupa:

    • sesak napas,
    • nyeri pada dada,
    • jantung berdebar-debar,
    • sakit perut,
    • bintik-bintik darah kecil di bawah kulit, dan
    • bengkak di kaki.

    Biasanya setelah divaksin, petugas akan meminta Anda untuk menunggu 15 menit terlebih dahulu. Ini penting untuk memastikan bahwa Anda tidak menunjukkan reaksi alergi vaksin yang serius.

    Penyebab sesak napas setelah divaksin

    positif covid-19 setelah vaksin

    Vaksin bekerja dengan memanfaatkan bagian terkecil tertentu dari bibit penyakit (virus atau bakteri) yang sudah dilemahkan.

    Setelah disuntikkan, bibit penyakit akan merangsang sistem kekebalan tubuh agar segera menghasilkan antibodi untuk melawan penyakit.

    Antibodi akan mengenali bibit penyakit yang telah lemah atau mati tersebut, lalu menghancurkan kuman yang masuk saat paparan berikutnya.

    Setiap jenis vaksin bekerja dengan cara yang berbeda untuk membentuk kekebalan tersebut. Biasanya, tubuh memerlukan waktu beberapa minggu setelah vaksinasi untuk memproduksi limfosit (sel darah putih yang melawan infeksi).

    Oleh sebab itu, ada kemungkinan Anda terinfeksi virus sebelum atau pun sesudah vaksinasi hingga kekebalan dibentuk.

    Terkadang setelah divaksin, proses pembentukan kekebalan pada tubuh Anda bisa menimbulkan beberapa gejala umum, seperti kelelahan, sakit kepala, nyeri pada area suntikan, dan lainnya.

    Sementara itu, efek samping yang serius dan reaksi alergi biasanya muncul usai divaksin dan hingga beberapa jam setelahnya. Alergi yang dialami bisa saja karena Anda tidak cocok dengan bahan-bahan yang terdapat dalam vaksin tersebut.

    Nah, salah satu efek samping yang cukup menimbulkan kekhawatiran adalah munculnya sesak napas. Memang benar, gangguan pernapasan ini bisa jadi karena efek samping dari vaksin.

    Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan sesak napas justru terjadi karena penyebab lain, seperti gangguan pernapasan yang sudah ada sebelumya.

    Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang mungkin berperan, seperti riwayat penyakit jantung, gaya hidup tidak sehat (merokok dan minum alkohol), stres, serta gangguan pencernaan.

    Oleh sebab itu, sebelum divaksin, ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui apakah Anda memiliki riwayat gangguan kesehatan tertentu.

    Kapan saya harus ke dokter?

    pantangan setelah vaksin booster

    Pada dasarnya, vaksin dinilai aman untuk digunakan. Namun, Anda bisa saja mengalami efek samping yang umum seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

    Sebagian efek samping tersebut biasanya akan membaik dalam beberapa hari. Akan tetapi, jika efek samping tidak berkurang dan malah memburuk, segera hubungi dokter.

    Anda juga disarankan untuk ke dokter saat sesak napas setelah vaksin muncul bersama gejala pernapasan lain, seperti batuk, sakit tenggorokan, atau detak jantung tidak normal.

    Setelah mendapatkan penanganan dari dokter, jangan lupa imbangi dengan pola hidup yang sehat. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan yaitu:

    • mengonsumsi makanan bergizi,
    • istirahat yang cukup,
    • kurangi berpikir negatif,
    • kelola stres, serta
    • hindari merokok serta mengonsumi minuman beralkohol.

    Anda juga bisa membekali diri dengan informasi seputar vaksin sehingga Anda terhindar dari hoaks seputar vaksin yang sudah terbukti salah.

    Kesimpulannya, Anda tidak perlu khawatir akan efek samping terjadi setelah vaksin.

    Memilih untuk tidak vaksin justru lebih berbahaya karena hal ini berpotensi meningkatkan penularan penyakit yang berbahaya.

    Perlu diingat, vaksin tidak hanya akan melindungi diri Anda sendiri, tapi juga orang-orang yang tidak dapat divaksin.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 25/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan