Cacar air adalah penyakit yang bisa menular dengan mudah dan cepat. Cacar air pada umumnya lebih banyak menyerang anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga bisa terkena cacar air. Untuk mencegah penyakit ini, Anda perlu mengetahui cara penularan virus penyebab cacar air. Pencegahan cacar air juga perlu dilakukan bagi Anda yang terinfeksi agar tidak menularkan cacar air pada orang lain.
Berbagai cara penularan penyakit cacar air
Penyebab cacar air adalah infeksi virus varicella-zoster yang termasuk ke dalam kelompok virus herpes. Penularan cacar air berlangsung ketika varicella-zoster berpindah dari tubuh orang yang terinfeksi ke orang lain yang belum terinfeksi.
Masa penularan virus ini bahkan bisa mulai berlangsung sebelum lenting cacar muncul. Anda mugkin selama ini mengira bahwa menyentuh lenting cacar air adalah satu-satunya cara penularan. Namun, penularan cacar air tidak hanya melalui kontak fisik langsung dengan penderita.
Mengetahui setiap cara penularan serta media penyebaran virus cacar air membuat dapat Anda lebih waspada sehingga mencegah bahaya penyakit ini. Simak lebih jelasnya bagaimana cara cacar air bisa ditularkan dari satu orang ke orang lainnya.
1. Penularan melalui droplet lendir
Meskipun gejala cacar air yaitu ruam kulit belum muncul, seorang yang terinfeksi tetap dapat menularkan cacar air. Seseorang yang terinfeksi cacar air bisa menularkan penyakit ini 1-2 hari sebelum munculnya ruam kulit berbentuk bintik-bintik merah.
Pada masa ini, seorang yang terinfeksi biasanya akan mengalami gejala awal seperti demam, sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot atau sendi.
Kondisi ini termasuk ke dalam masa penularan awal cacar air yang ditandai dengan infeksi virus di saluran pernapasan. Cara penularan cacar air di masa awal infeksi umumnya berlangsung ketika Anda terpapar droplet lendir.
Mukosa atau lendir yang dihasilkan di saluran pernapasan dapat menjadi media transmisi penyakit cacar air karena mengandung virus varicella zoster. Lendir akan dikeluarkan dalam bentuk droplet ketika orang yang terinfeksi batuk, bersih, atau bahkan saat bernapas.
2. Kontak langsung dengan lenting cacar
Melakukan kontak yang secara rutin dan dekat dengan orang yang terinfeksi cacar air berisiko menjadi cara penularan penyakit ini.
Dalam buku Deadly Disease and Epidemics: Chickenpox, seorang anak yang tinggal di rumah bersama dengan orang yang terinfeksi memiliki risiko sebesar 70-90 persen untuk ikut terinfeksi. Hal ini disebabkan oleh seringnya melakukan kontak singkat, termasuk dengan menyentuh lenting cacar air yang pecah.
Fase gejala ketika ruam di kulit berubah menjadi vesikel atau lenting merupakan masa penularan yang paling berbahaya. Hal ini disebabkan karena lenting sangat rentan untuk pecah akibat sering digaruk atau tergesek dengan permukaan benda.
Saat lenting cacar air pecah ia akan mengeluarkan cairan yang berisi sel-sel darah putih yang mati dan juga virus varicella-zoster. Penularan cacar air terjadi ketika menyentuh dengan sengaja ataupun tidak bagian lenting yang pecah ini.
Menurut CDC, masa penularan cacar air melalui lenting bisa terus berlangsung hingga lenting mengering dan mengelupas. Penularan pun masih mungkin terjadi jika tidak ditemukannya kemunculan ruam cacar air baru dalam waktu 24 jam.
Semakin sering melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi maka Anda berpotensi terpapar jumlah virus yang lebih banyak. Semakin banyak virus yang menginfeksi, maka gejala cacar air yang muncul akan bertambah parah.
3. Penularan dari orang yang terkena cacar api (herpes zoster)
Salah satu cara penularan yang kerap kurang diwaspadai adalah transmisi virus dari orang yang mengalami cacar api (herpes zoster). Penyakit ini sering dianggap disebabkan oleh infeksi virus yang berbeda.
Padahal herpes zoster merupakan penyakit dengan gejala mirip cacar air yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster. Artinya, penyakit herpes zoster berasal dari orang yang dulu pernah terinfeksi cacar air.
Meskipun disebabkan oleh virus yang sama, penyebaran penyakit ini tidak secepat dan semudah cacar air. Cara penularan cacar air dari orang yang terinfeksi cacar api tidak berlangsung melalui droplet di udara, tapi Anda bisa tertular melalui kontak langsung.
Cacar api biasanya muncul setelah berpuluh-puluh tahun Anda terkena cacar api, reaktivasi virus varicella zoster paling sering terjadi pada manula dengan usia di atas 60 tahun. Oleh karena itu, sebaiknya Anda menghindari kontak langsung dengan orang tua yang menunjukkan ciri-ciri cacar api.
4. Cara penularan cacar air dari benda yang terkontaminasi
Virus cacar air juga bisa menempel pada benda-benda yang kerap digunakan atau tersentuh oleh orang yang terinfeksi.
Meski tidak terlalu umum seperti cara penularan lainnya, peluang transimi virus cacar air melalui bentuk penularan ini mungkin terjadi. Benda-benda yang biasanya rentan terkontaminasi adalah pakaian, alat makan, dan mainan.
Oleh sebab itu, sebaiknya Anda menghindari penggunaan barang dengan penderita secara bersamaan. Benda yang berpotensi terpapar virus tersebut juga perlu dibersihkan secara rutin dengan detergen disinfektan yang efektif membasmi kuman patogen.
Bisakan terinfeksi cacar air lagi untuk kedua kalinya?
Secara umum orang yang telah sembuh dari cacar air akan memiliki kekebalan tubuh terhadap infeksi virus varicella-zoster sepanjang hidupnya. Dengan kata lain, kemungkinan besar Anda tidak akan sakit cacar air untuk kedua kalinya sekalipun tertular virusnya kembali.
Akan tetapi, penularan cacar air yang kedua kalinya bisa memicu re-infeksi. Meskipun kasus ini amat sangat jarang ditemukan, terutama pada orang yang telah melakukan vaksinasi.
Salah satu kasusnya dianalisis dalam studi di tahun 2015 berjudul Reinfection of Varicella Zoster. Kasus ini memperlihatkan terjadinya re-infeksi cacar air pada orang dewasa (19 tahun) yang terkena cacar di umur 5 tahun dan melakukan vaksinasi saat berumur 15 tahun.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan re-infeksi berlangsung. Dugaan mengarah pada terjadinya mutasi genetik virus, tapi tetap memerlukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif untuk membuktikannya.
Dari kasus-kasus reinfeksi lainnya, terdapat beberapa kondisi yang memungkinkan seseorang bisa terserang cacar air kembali meskipun telah terinfeksi sebelumnya:
- Terinfeksi cacar air saat masih sangat kecil, terutama saat berusia kurang dari 6 bulan.
- Saat pertama kali terkena cacar, hanya memunculkan gejala yang bersifat ringan atau bahkan tidak terdeteksi karena infeksi yang berlangsung singkat di awal (subklinis).
- Memiliki gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
Kemungkinan gejala kembali muncul sebenarnya memang bisa terjadi, tapi bukan karena virus cacar air menular untuk kedua kalinya.
Gejala khas cacar air seperti ruam kemerahan yang berubah menjadi lenting bisa muncul lagi akibat re-aktivasi virus varicella-zoster di dalam tubuh.
Setelah Anda sembuh, virus cacar air sebenarnya tidak sepenuhnya hilang. Virus tersebut masih menetap di dalam tubuh, tapi dalam keadaan “tidur’ atau tidak aktif menginfeksi (dorman). Virus cacar air yang aktif kembali ini akan menimbulkan herpes zoster atau cacar api.
Penyebab reaktivasi virus dalam kasus cacar api sebenarnya belum diketahui secara pasti, tapi diketahui terdapat kaitannya dengan kondisi sistem imun tubuh yang lemah akibat penyakit atau pengobatan tertentu.
Perbedaan Cacar Air dan Cacar Api Berdasarkan Penularan dan Ciri-Cirinya