Mononukleosis (mononucleosis) adalah infeksi virus Epstein-Barr (EBV). Virus ini termasuk ke dalam kelompok virus herpes. Infeksinya bisa menyebabkan demam, sakit tenggorokan, dan radang kelenjar getah bening di leher. Oleh karena itu, mononukleosis sering disebut sebagai penyakit demam kelenjar. Virus penyebab mononukleosis dapat menular dengan mudah melalui air liur. Cara penularannya termasuk melalui ciuman, droplet yang dikeluarkan saat penderita bersin atau batuk, dan berbagi peralatan makan dan minum dengan orang yang terinfeksi. Komplikasi yang paling serius dari mononukleosis adalah pembengkakan limpa. Namun, biasanya kondisi tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya. Mononukleosis adalah penyakit yang lebih sering menyerang remaja pada usia 15 hingga 17 tahun. Begitupun dengan dewasa muda, tapi infeksi EBV sebenarnya dapat dialami oleh orang di setiap usia. Anda dapat mencegah demam kelenjar dengan mengurangi faktor risiko yang ada. Silakan diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut. Gejala penyakit ini seringkali mirip dengan penyakit flu. Akibatnya, tanda dan gejala demam kelenjar sulit untuk dikenali pada awalnya. Meski begitu, beberapa tanda dan gejala umum dari penyakit mononukleosis adalah: Sebagian besar orang yang mengalami mononukleosis mengalami gejala yang ringan. Akan tetapi, mungkin saja ada beberapa tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda mempunyai kekhawatiran terhadap gejala tertentu, silakan temui dokter Anda. Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala yang tercantum di atas, cobalah berkonsultasi dengan dokter. Terutama jika gejala tidak juga mereda dalam waktu lebih dari 4 minggu dan telah menghambat Anda beraktivitas dengan normal. Selalu konsultasikan dengan dokter Anda untuk mengetahui solusi terbaik untuk kondisi Anda saat ini. Penyebab mononukleosis adalah virus Epstein-Barr (EBV). Menurut CDC, EBV adalah anggota dari keluarga virus herpes dan merupakan salah satu virus yang paling umum menginfeksi manusia di seluruh dunia. Penyakit lain yang disebabkan virus herpes adalah herpes kulit yang menyerang mulut, genital atau herpes zoster (cacar api). Virus EBV dapat menular melalui kontak langsung dengan air liur dari mulut orang yang terinfeksi dan tidak dapat ditularkan melalui kontak darah. Anda dapat terpapar virus penyebab demam kelenjar melalui batuk atau bersin, berciuman, atau berbagi makanan atau minuman dengan orang yang menderita demam kelenjar. Biasanya diperlukan 4 hingga 8 minggu bagi gejala untuk muncul setelah Anda terinfeksi. Pada remaja dan dewasa, infeksi ini menyebabkan gejala yang dapat diamati pada 35 hingga 50 persen kasus. Pada anak-anak, infeksi virus Eipstein-Barr biasanya tidak menimbulkan gejala sehingga seringkali tidak dapat dikenali. Saat ini, belum ada informasi yang cukup jelas untuk menentukan faktor apa saja yang dapat meningkatkan risiko terjangkit mononukleosis. Apabila Anda tidak memiliki faktor risiko, bukan berarti Anda tidak bisa terkena mononukelosis. Kondisi ini menunjukkan Anda berpeluang lebih besar untuk terinfeksi demam kelenjar. Kelompok yang rentan terpapar virus penyebab mononukleosis adalah: Dokter akan memeriksa riwayat medis Anda dan memperhatikan kondisi bagian tubuh seperti pada leher, tenggorokan, dan perut. Dalam pemeriksaan fisik, dokter dapat mencurigai mononukleosis berdasarkan tanda-tanda dan gejala Anda, misalnya berapa lama tanda tersebut telah berlangsung. Dokter juga akan mencari tanda-tanda seperti pembengkakan kelenjar getah bening, amandel, hati atau limpa, dan mempertimbangkan bagaimana tanda-tanda ini berkaitan dengan gejala yang dialami. Dokter mungkin akan melakukan tes darah dan tenggorokan untuk memastikan pemeriksaan serta peluang adanya penyakit lain. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan dokter untuk mendiagnosis mononukleosis adalah: Jika diperlukan konfirmasi tambahan, tes monospot dapat dilakukan untuk memeriksa antibodi dalam darah untuk Epstein-Barr virus. Tes skrining ini mengeluarkan hasil dalam satu hari, tetapi mungkin tidak mendeteksi infeksi dalam minggu pertama penyakit ini. Tes antibodi yang berbeda memerlukan waktu hasil yang lebih lama, tetapi dapat mendeteksi penyakit ini bahkan dalam minggu pertama gejala. Dokter dapat menggunakan tes darah lainnya untuk mencari peningkatan jumlah sel darah putih (limfosit) atau limfosit yang terlihat abnormal. Tes darah ini tidak akan mengonfirmasi penyakit demam kelenjar, tetapi dapat mengusulkan penyakit tersebut sebagai satu kemungkinan. Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda. Tujuan pengobatan mononukleosis adalah untuk meringankan gejala penyakit. Dokter dapat meresepkan obat steroid (prednison) apabila gejala semakin parah. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meringankan gejala mononukleosis adalah: Anda juga harus menghindari olahraga bila mengalami pembengkakan limpa guna mencegah risiko limpa pecah. Perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi demam kelenjar adalah: Orang sehat yang pernah memiliki riwayat penyakit ini dapat membawa dan menularkan infeksi secara berkala. Meski begitu jangan khawatir, mononukleosis adalah penyakit yang dapat dicegah. Seseorang yang pernah terinfeksi EBV akan membentuk antibodi untuk melawan infeksi ini. Orang biasanya terkena penyakit ini hanya satu kali dalam hidup. Namun demikian, secara umum mononukleosis jarang terjadi di Indonesia. Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.Definisi
Apa itu mononukleosis?
Seberapa umumkah penyakit demam kelenjar?
Tanda-tanda & gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala mononukleosis?
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Penyebab
Apa penyebab mononukleosis?
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk mononukleosis?
Diagnosis
Apa saja tes yang dilakukan untuk demam kelenjar?
Pengobatan
Apa saja pilihan pengobatan saya untuk mononukleosis?
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan untuk mengatasi mononukleosis?
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.