Ada berbagai jenis imunisasi yang harus anak dapatkan sejak usia baru lahir. Salah satu vaksinnya adalah influenza atau flu saat ia berusia 6 bulan. Manfaat imunisasi ini adalah mengurangi risiko dan keparahan anak ketika terserang flu. Berikut penjelasan seputar vaksin flu (influenza) pada anak dan orang dewasa.
Apa itu vaksin influenza (flu)?
Imunisasi influenza adalah salah satu cara untuk menekan risiko dan tingkat keparahan seseorang yang terkena flu.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan jadwal imunisasi influenza mulai sejak bayi berusia 6 bulan dan pengulangan setiap tahun.
Setiap musim flu berbeda-beda. Infeksi influenza pun dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda.
Bahkan, orang yang sehat dapat menjadi sangat sakit akibat flu dan menularkannya ke orang lain.
Meski terkesan sepele, flu bisa membuat kondisi seseorang sangat parah dan memburuk.
Ini terutama pada lansia berusia 65 tahun ke atas, perempuan hamil, anak-anak, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
Siapa yang perlu mendapat vaksin influenza?
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian vaksin influenza harus sesuai usia bayi dan anak. Berikut rinciannya.
- Bayi usia 6—35 bulan: 0,25 ml
- Anak usia di atas 3 tahun: 0,5 ml
Untuk anak usia 6 bulan sampai 8 tahun yang baru melakukan vaksin flu pertama kali, perlu melakukan dua kali imunisasi dengan jarak minimal 4 minggu.
Sementara bila anak di atas usia 8 tahun, hanya satu kali dan lakukan pengulangan setiap tahun. Tidak seperti imunisasi hepatitis B yang hanya mengulang sampai usia bayi kurang dari satu tahun.
Selain anak-anak, beberapa kelompok juga perlu menerima vaksin flu, yang meliputi berikut ini.
- Berusia 50 tahun ke atas.
- Pengidap penyakit paru kronis (termasuk asma), kardiovaskular (kecuali hipertensi), ginjal, hati, neurologis, hematologis, atau kelainan metabolisme (termasuk diabetes mellitus).
- Orang-orang dengan imunosupresi (termasuk imunosupresi yang disebabkan pengobatan atau HIV).
- Wanita yang sedang atau akan hamil selama musim influenza dan wanita hingga 2 minggu setelah persalinan.
- Berusia 6 bulan hingga 18 tahun dan menerima terapi aspirin jangka panjang dan yang dapat berisiko mengalami sindrom Reye setelah infeksi virus influenza.
- Tinggal di panti jompo atau fasilitas layanan medis kronis lain.
- Pengidap obesitas ekstrim (indeks massa tubuh 40 atau lebih).
- Petugas pelayanan medis.
Untuk memudahkan, beri tahu petugas kesehatan mengenai kondisi tubuh yang sedang dan pernah Anda alami agar lebih mudah dokter tangani.
Siapa saja yang tidak perlu mendapat vaksin influenza?
Daftar orang-orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin influenza menurut CDC, yaitu sebagai berikut.
1. Bayi usia kurang dari 6 bulan
CDC tidak menyarankan pemberian imunisasi influenza pada bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Sebelum memasuki usia 6 bulan, respons imun pada tubuh bayi masih belum memenuhi syarat untuk diberikan vaksin influenza.
Bila bayi kurang dari 6 bulan menerima vaksin influenza, justru bisa menimbulkan masalah kesehatan tertentu.
Untuk menghindari bayi dari penyebaran virus, orang-orang yang berada di dekat mereka perlu mendapatkan vaksin flu.
Setelah bayi berusia 6 bulan atau lebih, mereka baru boleh menerima vaksin.
Pada usia ini, sistem imun bayi sudah mampu melawan virus flu. Ini penting untuk mencegah bayi dari kejang atau diare, bahkan kematian akibat komplikasi flu di kemudian hari.
2. Orang yang sedang sakit
Ketika sakit sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah, misalnya saat demam tinggi.
Bila pada kondisi tersebut Anda atau anak menerima vaksin, sistem imun harus bekerja lebih berat; melawan virus di tubuh sekaligus virus dari vaksin.
Ini bisa menyebabkan gejala yang timbul setelah vaksinasi menjadi lebih parah. Jadi, pilihan amannya adalah mendapatkan vaksin setelah tubuh benar-benar pulih dari penyakit.
3. Kelompok orang ini harus konsultasi ke dokter sebelum vaksin flu
Di Indonesia, pemberian vaksin influenza belum wajib. Orang yang memiliki kondisi berikut harus melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter mengenai manfaat dan risiko yang akan didapatkan setelah menerima vaksin.
Beberapa kondisi yang butuh pertimbangan dari dokter sebelum melakukan vaksinasi flu, meliputi berikut ini.
- Orang yang memiliki alergi terhadap komponen vaksin
Awalnya, Centers for Disease and Prevention (CDC) tidak merekomendasikan pemberian vaksin flu pada orang yang memiliki alergi telur.
Vaksin flu menyebabkan reaksi alergi pada orang dengan alergi telur. Sebab pemberian vaksin melalui suntikan mengandung sedikit protein telur, yaitu ovalbumin.
Khawatirnya, hal ini akan menimbulkan gejala gatal dan bentol pada kulit. Namun, terjadi perubahan terhadap aturan tersebut.
Orang dengan alergi tetap bisa mendapatkan vaksin flu tapi ada syaratnya. Pemberian vaksin harus sesuai dengan kondisi, usia, dan tentunya berlisensi.
Perlu Anda ketahui
Anak alergi telur sebaiknya melakukan vaksinasi di rumah sakit, sebagai upaya perawatan tindak lanjut jika ada reaksi alergi parah yang terjadi. Sebagai contoh pembengkakan di tubuh, gangguan pernapasan, pusing, atau muntah berulang. Biasanya, dokter akan mengamati pasien selama 30 menit setelah menerima vaksin flu. - Orang dengan kondisi Guillain Barre Syndrome (GBS)
Sindrom Guilain-Barré adalah gangguan autoimun langka yang menyebabkan sistem kekebalan menyerang sel-sel saraf yang sehat.
Kondisi ini menyebabkan kelemahan, mati rasa, kesemutan, bahkan kelumpuhan.
Flu yang menjadi salah satu pemicu GBS membuat pemberian vaksin perlu pengawasan dokter.
Sebab, pada kebanyakan orang yang memiliki riwayat penyakit GBS, komplikasi berat berisiko tinggi terjadi setelah vaksinasi.
Apa efek samping vaksin influenza?
Pada umumnya, efek samping dari imunisasi yang timbul setelah penyuntikan vaksin influenza tidak terlalu berbahaya.
Hal ini bisa terjadi kepada anak-anak hingga orang dewasa. Agar tidak panik, berikut kemungkinan efek samping dari vaksin flu yang bisa terjadi.
Efek samping yang umum terjadi
Efek samping dari imunisasi biasanya tidak parah. Berikut beberapa dampak vaksin yang umum terjadi.
1. Kulit memerah pada area suntikan
Salah satu efek yang sering muncul setelah vaksinasi adalah kulit memerah pada bagian penyuntikan, biasanya pada lengan bagian atas.
Setelah mendapat suntikan, kulit Anda akan mengalami gejala berupa berikut ini.
- Kulit kemerahan.
- Rasa nyeri dan hangat.
- Pembengkakan pada area tersebut.
Tidak perlu khawatir, kondisi ini hanya berlangsung paling lama 2 hari setelah vaksin.
Namun, jika tidak nyaman dengan kondisi ini, orang dengan usia di atas 16 tahun bisa mengonsumsi obat penghilang rasa nyeri, seperti ibuprofen.
2. Sakit kepala dan nyeri otot
Selain reaksi pada area suntikan, beberapa orang merasakan pusing dan sakit kepala setelah vaksin influenza (flu).
Tidak hanya itu, otot-otot Anda juga terasa nyeri dan pegal. Kondisi ini masih terbilang normal dan biasanya akan berlangsung hingga 2 hari.
Supaya meringankan efek samping dari vaksin flu yang Anda alami, coba konsumsi obat pereda nyeri.
Namun, bagi ibu hamil yang mengalami gejala ini sebaiknya konsultasikan dengan dokter dulu sebelum minum obat.
3. Demam
Biasanya selama 2 hari setelah vaksin flu, suhu badan akan meningkat alias Anda akan mengalami demam.
Selama demam tidak melebihi 38 derajat Celsius, Anda tak perlu khawatir karena hal ini akan hilang dengan sendirinya.
Memang tidak perlu pengobatan khusus untuk mengatasi hal ini. Akan tetapi, jika ingin lekas sembuh karena mengganggu aktivitas harian, terdapat beberapa pilihan pengobatan untuk demam.
Beberapa pilihan pengobatan untuk atasi demam, yaitu sebagai berikut.
- Mengonsumsi obat penurun panas, seperti paracetamol sesuai takaran.
- Meminum obat-obatan, seperti ibuprofen untuk melawan peradangan.
Untuk anak dan orang dewasa, sebaiknya minum air putih yang banyak agar tubuh tidak dehidrasi bila mengalami demam setelah vaksin influenza.
4. Badan terasa lesu hingga pingsan
Menurut laporan dari VAERS, 62% remaja yang menerima vaksin influenza mengalami efek samping berupa badan lemas sampai pingsan.
Walaupun kondisi ini sangat normal bagi beberapa orang dan tidak berbahaya, pingsan bisa menyebabkan cedera apabila tidak langsung orang sekitar tangkap.
Cara mencegah terjadinya kondisi ini, bisa dengan memberikan camilan sebelum imunisasi dan duduk atau berbaring untuk beberapa saat setelah vaksin menerima influenza.
Efek samping sangat langka yang serius
Selain efek samping yang umum terjadi, masih ada beberapa efek samping vaksin influenza yang jarang terjadi tapi cukup serius.
Apabila mengalaminya segera konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan perawatan.
1. Demam tinggi
Walaupun demam merupakan dampak yang sangat normal setelah vaksinasi, Anda perlu khawatir bila suhu badan lebih dari 38 derajat Celsius.
Apabila mengalami hal ini, segera datangi klinik atau dokter terdekat untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.
2. Anafilaktik
Anafilaktik adalah reaksi alergi yang bisa menyebabkan pingsan hingga kematian. Gangguan ini sangat jarang terjadi setelah imunisasi, seperti berikut ini.
- Detak jantung yang cepat dan lemah.
- Mual dan muntah.
- Ruam pada kulit.
- Penurunan kesadaran.
Apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut, konsultasikan kepada dokter untuk penanganan lebih lanjut.
3. Reaksi alergi lainnya
Pada kasus tertentu, efek samping dari vaksin influenza dapat menimbulkan reaksi alergi yang cukup serius, seperti berikut ini.
- Gatal-gatal.
- Pembengkakan.
- Sulit bernapas.
- Detak jantung lebih cepat.
- Pusing.
- Badan terasa lesu.
Gejala ini masuk kelompok efek samping yang cukup berbahaya. Apabila Anda mengalami kondisi tersebut, segera datangi IGD untuk perawatan lebih lanjut.
Efek samping vaksin influenza memang tidak begitu berbahaya. Kebanyakan gejala yang timbul sifatnya umum dan hanya berlangsung sebentar.
Jadi, memberi anak vaksin sangat penting karena anak yang tidak menerima imunisasi atau anak terlambat imunisasi justru lebih rentan terkena penyakit.
[embed-health-tool-vaccination-tool]