Kondisi sistem perkemihan setiap orang sangat beragam. Maka dari itu, wajar bila Anda memproduksi urine (air kencing) dengan warna, bau, maupun jumlah yang berbeda dari orang lain. Faktor lain seperti kesehatan, asupan cairan, serta makanan dan konsumsi obat juga turut memengaruhi urine yang dikeluarkan.
Meski begitu, urine yang normal tetap mempunyai ciri tersendiri. Apa saja contohnya?
Warna urine yang normal
Warna air kencing bervariasi dari jernih hingga kuning tua. Perbedaan warna ini disebabkan oleh pigmen (pewarna) urine yang disebut urokrom dan urobilin. Selain itu, warna urine juga dipengaruhi asupan cairan dan apa yang Anda konsumsi.
Air kencing yang sehat berwarna jernih hingga kuning muda. Semakin banyak air yang Anda minum, semakin jernih pula warna urine yang terbentuk. Sebaliknya, kurang minum air putih akan membuat urine berwarna kuning pekat hingga oranye.
Di luar rentang warna tersebut, urine juga dapat berubah warna menjadi merah, hijau, biru, hingga cokelat gelap. Berikut berbagai warna urine dan penyebabnya yang bisa juga berhubungan dengan penyakit kandung kemih.
1. Kuning pekat
Penyebab paling umum dari warna urine kuning pekat adalah dehidrasi. Ketika tubuh kekurangan cairan, konsentrasi urobilin dalam urine akan meningkat. Tidak ada cukup air untuk melarutkan urobilin sehingga urine yang dihasilkan berwarna lebih gelap.
Selain kekurangan cairan, warna kuning pekat juga bisa disebabkan oleh:
- Konsumsi antibiotik, obat antiradang, dan obat infeksi saluran kencing.
- Penyakit menular seksual, terutama klamidia.
- Peradangan pada kandung kemih (cystitis), saluran kemih, atau ginjal.
- Konsumsi vitamin B, vitamin C, dan beta-karoten.
- Gangguan fungsi hati.
2. Merah muda atau merah
Urine biasanya menjadi merah karena bercampur darah, tapi penyebabnya belum tentu serius. Darah dapat berasal dari infeksi saluran kemih, batu ginjal, atau batu kandung kemih. Terkadang, darah juga bisa berasal dari pembesaran prostat atau tumor.
Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urine yang normal menjadi merah. Jika Anda rutin meminum antibiotik untuk tuberkulosis atau obat untuk saluran kemih, kemungkinan urine Anda akan berubah warna menjadi oranye hingga merah tua.
2. Oranye
Warna oranye pada urine kerap berasal dari konsumsi obat antiradang phenazopyridine dan sulfasalazine, obat pencahar, serta obat kemoterapi. Pada beberapa kasus, warna oranye dapat disebabkan oleh gangguan fungsi hati atau dehidrasi yang cukup parah.
3. Cokelat gelap
Urine berwarna cokelat gelap umumnya merupakan tanda dehidrasi parah. Kandungan air dalam urine amat sedikit sehingga konsentrasi pewarna urine menjadi sangat tinggi. Akibatnya, urine yang tadinya normal berubah warna menjadi sangat pekat.
Akan tetapi, ada pula kondisi lain yang mungkin menjadi penyebabnya, seperti:
- Penyakit ginjal, penyakit hati, atau infeksi saluran kemih.
- Cedera otot akibat olahraga yang sangat berat.
- Konsumsi obat antimalaria chloroquine dan primaquine, antibiotik, pencahar, atau pelemas otot.
4. Biru atau hijau
Warna biru atau hijau pada urine bisa berasal dari zat pewarna makanan atau pewarna dalam tes fungsi ginjal dan kandung kemih. Obat-obatan amitriptyline, indomethacin, dan propofol juga dapat mengubah warna urine menjadi biru kehijauan.
5. Keruh atau berawan
Jika urine berwarna keruh tanpa disertai gejala lain, ini mungkin menandakan dehidrasi. Namun, urine keruh disertai nyeri atau panas saat buang air kecil dapat menjadi gejala penyakit kelamin, infeksi saluran kemih, atau batu ginjal.
Jumlah urine dan frekuensi buang air kecil yang normal
Seseorang yang sehat bisa buang air kecil sebanyak 6-8 kali dalam sehari. Frekuensi buang air kecil sebanyak 4-10 kali dalam 24 jam masih terbilang normal asalkan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
Sementara itu, banyaknya urine yang dikeluarkan dalam sehari berkisar antara 400 sampai 2.000 mL, dengan asupan cairan normal sekitar 2 liter per hari. Ini merupakan rentang rata-rata dan setiap orang mungkin memiliki volume urine keluar yang berbeda.
Seberapa sering Anda buang air kecil tergantung pada banyak faktor, di antaranya:
- Usia.
- Asupan air dalam sehari.
- Minuman yang dikonsumsi, misalnya air, teh, dan sebagainya.
- Kondisi medis seperti diabetes, infeksi saluran kemih, atau kandung kemih overaktif (overactive bladder).
- Konsumsi obat-obatan tertentu.
- Ukuran kandung kemih.
Keadaan khusus seperti kehamilan atau melahirkan juga bisa mempengaruhi seberapa sering Anda buang air kecil. Selama kehamilan, janin dapat menekan kandung kemih sehingga Anda jadi lebih sering buang air kecil.
Usai melahirkan, frekuensi buang air kecil biasanya meningkat selama delapan minggu. Ini terjadi karena asupan cairan tambahan dari infus dan obat-obatan yang mungkin diterima selama persalinan.
Bau urine yang normal
Wajar jika semua urine menimbulkan bau yang kurang sedap, sebab dalam air seni terkandung berbagai zat buangan hasil metabolisme tubuh. Salah satu zat yang paling berpengaruh dalam membuat urine berbau adalah amonia.
Pola makan dan asupan cairan juga turut memengaruhi bau urin. Jika bau urine berubah sementara, ini dapat disebabkan oleh sesuatu yang Anda makan sebelumnya. Jengkol atau petai misalnya, bisa menimbulkan bau yang sangat menyengat saat Anda kencing.
Namun, seharusnya dalam keadaan yang normal, kencing tak akan mengeluarkan bau yang kuat atau memiliki aroma tertentu. Berikut bau yang tidak biasa dari urine serta kondisi yang mungkin menyebabkannya:
1. Menyengat seperti amonia
Jika tiba-tiba kencing Anda berbau yang menyengat dan berwarna kuning pekat, itu tandanya Anda mengalami dehidrasi. Amonia yang tinggi dalam urine tidak dapat larut karena tidak ada cukup air. Akibatnya, urine menimbulkan bau yang kuat.
Selain dehidrasi, bau menyengat pada air kencing juga dapat disebabkan oleh:
- Infeksi pada saluran kemih
- Gangguan pemecahan zat-zat gizi di dalam tubuh
- Perubahan hormon akibat kehamilan atau menopause
- Konsumsi makanan asam, protein, dan suplemen vitamin B6
2. Amis
Urine berbau amis tidaklah normal dan dapat menandakan masalah kesehatan, terlebih jika terus terjadi dalam waktu yang lama. Berbagai penyebab air kencing berbau amis adalah sebagai berikut.
- Infeksi saluran kemih.
- Infeksi bakteri pada vagina (bacterial vaginosis).
- Sindrom bau ikan, yakni bau amis pada keringat, napas, dan urine karena tubuh gagal memecah zat trimetilamin.
- Masalah ginjal.
- Peradangan kelenjar prostat.
- Gagal hati.
Sebetulnya, kondisi air kencing yang berbau amis tidak selalu menunjukkan masalah kesehatan serius jika tidak disertai dengan gejala lainnya. Pasalnya, hal ini bisa jadi karena Anda sedang dehidrasi atau dipengaruhi oleh pola makan Anda akhir-akhir ini.
Namun, jika bau urine tidak juga kembali normal, segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan penyebabnya. Waspadai gejala nyeri hebat saat buang air kecil, mual, muntah, demam, dan sakit punggung. Ini mungkin menandakan infeksi ginjal yang perlu segera diobati.
3. Manis
Beberapa gangguan kesehatan, obat-obatan, dan suplemen dapat mengubah bau urine menjadi manis. Berikut beberapa penyebab yang paling umum.
- Kelebihan gula darah dalam urine akibat diabetes yang tidak terkontrol.
- Ketoasidosis diabetik, yakni kondisi saat tubuh membakar lemak sebagai energi karena hormon insulin tidak bisa memproses gula yang masuk.
- Maple syrup urine disease, yakni kelainan genetik yang membuat tubuh tidak dapat mencerna protein tertentu.
- Konsumsi suplemen vitamin B6 dan obat-obatan tertentu.
- Foetor hepaticus, yakni komplikasi hipertensi pembuluh hati yang menyebabkan perubahan pada bau napas dan urin.
Perubahan kecil pada urine yang normal bisa saja menandakan gangguan fungsi atau penyakit pada sistem perkemihan. Ini sebabnya Anda perlu membiasakan diri melihat kondisi urine ketika buang air kecil, terutama bila Anda juga mengalami gejala tertentu.
[embed-health-tool-bmi]