Stres tidak hanya dirasakan orang yang mengalaminya, tetapi juga bisa dilihat secara fisik. Meski begitu, banyak orang yang masih belum memahami gejala stres fisik sehingga kehadirannya sering kali diabaikan.
Lantas, apa saja yang menjadi tanda stres secara fisik?
Gejala stres fisik yang perlu diwaspadai
Stres dapat menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh. Perubahan tersebut bergantung pada tingkat keparahan stres yang dialami.
Stres dapat dibagi menjadi lima tingkatan, mulai dari yang ringan hingga parah. Berikut contoh stres secara fisik berdasarkan tingkat keparahannya.
1. Tingkat pertama, stres masih normal
Pada tahap ini, stres masih dianggap normal dan tidak perlu dikhawatirkan karena masih dapat diatasi dengan baik. Contohnya yakni rasa gugup saat akan tampil di depan umum.
Meski mengalami stres, Anda akan tetap percaya diri untuk menyelesaikan masalah yang muncul. Emosi pun masih dapat dikelola dengan baik.
Saat masih berada pada tingkat pertama, stres tidak memengaruhi rutinitas harian. Anda masih bisa makan dengan lahap, tidur nyenyak, dan tetap semangat bekerja.
2. Tingkat kedua, stres mulai mengganggu
Stres pada tahap ini sudah mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, misalnya Anda jadi kehilangan orang yang disayangi atau bertengkar dengan pasangan hingga putus.
Ketika situasi tersebut terjadi, akan muncul berbagai pikiran negatif. Anda mungkin akan merasa marah, kecewa, sedih, atau putus asa.
Biasanya, orang yang berada pada kondisi ini akan mulai merasa tidak sanggup menahan stres dan tekanan yang ada. Karena itulah, mulai muncul berbagai perubahan fisik.
Beberapa gejala stres fisik yang muncul meliputi badan lesu, tidak bertenaga, jantung berdebar, dan otot menegang sehingga menyebabkan nyeri.
3. Tingkat ketiga, perubahan fungsi tubuh
Jika stres pada tahap sebelumnya tidak bisa diatasi, emosi negatif akan terus bermunculan dan semakin parah. Gejala fisik yang paling khas dari stres tingkat ketiga adalah perubahan fungsi tubuh.
Stres tingkat ketiga biasanya juga menjadi penyebab insomnia. Selain itu, Anda berpotensi mengalami gangguan pencernaan sehingga buang air besar menjadi tidak teratur.
Stres juga dapat memperburuk penyakit yang Anda miliki. Ketika stres, gejala penyakit yang Anda miliki bisa semakin memburuk.
4. Tingkat keempat, stres makin tak teratasi
Stres pada tingkat ini umumnya sudah sangat sulit diatasi dan menandakan kondisi yang kritis. Pasalnya, emosi negatif sering kali muncul tanpa disadari sehingga membuat Anda sulit fokus.
Selain itu, stres juga dapat mengganggu proses kimia di otak. Akibatnya bukan hanya stres fisik, tapi Anda juga berpotensi mengalami gangguan fungsi kognitif.
Bila tak segera ditangani, gejala stres bisa berubah menjadi masalah kesehatan mental seperti depresi, serangan panik, gangguan kecemasan, atau gangguan bipolar.
Dalam beberapa kasus, kondisi ini bahkan dapat membuat seseorang melakukan percobaan bunuh diri supaya terbebas dari rasa stres.
5. Tingkat kelima, sulit melakukan aktivitas
Pada tahapan ini, Anda akan menarik diri dari kehidupan sosial, tidak dapat melakukan aktivitas harian dengan baik, dan merasa kesakitan sepanjang hari.
Semakin cepat stres ditangani, semakin cepat pula pemulihannya. Namun, jika stres sudah sangat parah, Anda mungkin membutuhkan pengobatan yang cukup lama.
Hal ini bisa membuat pengidapnya kian tertekan dan bahkan putus asa. Kondisi tersebut terjadi karena mereka beranggapan bahwa tak ada harapan untuk pulih.
Cara menghindari stres fisik
Stres yang dibiarkan begitu saja bisa berkembang menjadi depresi dan memicu berbagai gejala psikosomatik. Psikosomatik adalah gejala fisik yang terjadi akibat adanya gangguan kejiwaan.
Contohnya, saat Anda stres, akan muncul gejala seperti sakit kepala, nyeri perut, nyeri punggung, dan masalah lainnya yang bisa mengganggu aktivitas.
Untungnya, kondisi tersebut bisa Anda hindari dengan manajemen stres. Berikut cara mengelola stres yang mudah dan dapat dilakukan setiap hari.
1. Cari tahu penyebabnya
Langkah awal untuk mengatasi stres fisik adalah mencari tahu penyebabnya. Carilah penyebab stres dan perubahan yang Anda rasakan, misal mengapa Anda tidak fokus atau sulit tidur belakangan ini.
Kemudian, perlahan-lahan Anda mesti melatih kemampuan dalam mengendalikan emosi. Jangan lupa juga untuk terus berusaha berpikiran positif dan memotivasi diri sendiri.
2. Mencari motivasi dari lingkungan
Anda tentu tahu jika stres dapat menular, bukan? Maka dari itu, supaya terbebas dari stres, Anda harus dikelilingi oleh orang-orang yang berpikiran positif.
Terciptanya pikiran positif mampu mengubah cara berpikir Anda. Hasilnya, Anda menganggap masalah yang datang merupakan sebuah tantangan, bukan beban.
3. Lakukan terapi relaksasi
Stres biasanya muncul ketika Anda sedang berusaha mencari jalan keluar dari berbagai masalah. Rasa cemas dan ragu kemudian akan membuat Anda kian tertekan.
Saat ini terjadi, cobalah untuk tetap tenang. Atur pernapasan, tarik napas dalam sambil menutup mata, lalu buang secara perlahan sambil memikirkan hal-hal baik.
Latihan ini membuat Anda lebih rileks dan fokus, juga membantu menentukan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah. Luangkan juga sedikit waktu untuk refreshing, seperti liburan atau melakukan hobi.
4. Coba olahraga
Selain menyehatkan tubuh, ternyata olahraga juga bikin bahagia. Apalagi jika ditemani oleh orang terdekat, suasana saat olahraga jadi makin seru.
Pasalnya, saat Anda olahraga, tubuh akan meningkatkan produksi hormon endorfin. Hormon ini berperan untuk mengurangi rasa sakit, menciptakan perasaan tenang, dan bahagia.
Jika Anda mengalami gejala stres dan sulit untuk mengatasinya, segera lakukan pemeriksaan pada ahlinya, seperti psikolog atau dokter spesialis kejiwaan.
Stres fisik tingkat kedua dan ketiga biasanya bisa ditangani dengan bantuan psikolog. Namun, untuk stres tingkat keempat dan kelima, perawatan khusus dari dokter spesialis kejiwaan umumnya diperlukan.