Gangguan jiwa umum terjadi pada orang yang keluarga sedarahnya juga memiliki gangguan jiwa. Gen tertentu dapat meningkatkan risiko Anda terkena gangguan jiwa, dan situasi penuh stres atau kejadian traumatis dalam hidup Anda dapat memicu gen tersebut aktif di kemudian hari. Itulah sebabnya ketika berkonsultasi dengan dokter, biasanya dokter akan bertanya apakah ada keluarga sedarah Anda yang juga memiliki riwayat gangguan jiwa serupa dengan Anda.
Itulah juga kenapa jika seseorang yang punya skizofrenia menikah dengan sesama penderita skizofrenia, maka peluang anaknya tumbuh besar memiliki skizofrenia juga akan semakin besar. Walaupun belum tentu seorang pasien skizofrenia lahir dari ayah ibu yang salah satunya skizofrenia.
Namun begitu, studi tentang faktor genetik terhadap risiko seseorang terhadap gangguan jiwa masih perlu didalami lebih lanjut.
Gangguan jiwa tidak menular, tapi bisa didapat
Seperti yang telah dijelaskan di atas, gen tertentu yang Anda wariskan dari salah satu atau kedua orangtua Anda dapat meningkatkan risiko Anda terkena gangguan jiwa. Situasi penuh stres atau kejadian traumatis dalam hidup Anda di masa lalu dapat memicu gen tersebut aktif di kemudian hari.
Misalnya saja, pola asuh orangtua yang terlalu keras, menerima kekerasan atau pelecehan fisik dan/atau seksual semasa kecil, stres berat jangka panjang, hingga asupan alkohol atau obat-obatan yang Anda dapat selama dalam rahim dari ibu yang minum alkohol terkadang dikaitkan dengan kemunculan gangguan jiwa. Kerusakan otak yang dapat memicu gangguan jiwa juga bisa disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol atau narkoba, cedera berat pada kepala, atau kecacatan saat lahir.
Gangguan jiwa ‘menular’ secara emosional
Anggapan bahwa gangguan jiwa menular di sini dapat diartikan sebagai penularan lewat emosional. Penelitian yang dilakukan oleh Golberstein dan kawan-kawan pada 10.000 mahasiswa tahun pertama yang tinggal asrama kampus dengan teman sekamar, menunjukkan bahwa gangguan kecemasan dapat “menular”, meskipun penampakan gejalanya tidak seberapa. Begitu pun halnya dengan depresi namun ternyata hal ini hanya berlaku pria. Penelitian ini juga menemukan bahwa ternyata depresi lebih menular ketika orang yang mengalami depresi enggan menceritakan masalahnya ke orang lain.
Sederhananya, ketika Anda melihat, menyaksikan, atau hidup bersama orang dengan gangguan jiwa Anda bisa secara tidak sadar “tertular” penyakit mental yang dialami orang tersebut. Bukan benar-benar tertular layaknya ketularan flu, tapi rentan ikut mengalami gangguan jiwa akibat tekanan sosial dan situasi berat yang harus dihadapi dan/atau diemban bersama.
Namun, selama daya tahan Anda terhadap stres dan bagaimana cara Anda menangani stres terbilang cukup baik, misalnya Anda terus dapat berpikir positif dan tidak berlarut-larut dalam menyikapinya serta hubungan sosial Anda terhadap orang lain baik, maka Anda mungkin lebih kebal dari “ketularan” penyakit jiwa.
Hapus stigma negatif yang menghantui orang dengan gangguan jiwa
Masyarakat Indonesia masih menganggap gangguan jiwa hanyalah penyakit yang diderita oleh orang di Rumah Sakit Jiwa. Stigma masyarakat membuat orang yang mengalami gejala gangguan jiwa enggan berobat karena tidak ingin dikatakan “gila”.
Padahal gangguan jiwa adalah kondisi serius yang membuat seseorang tidak bisa sepenuhnya mengendalikan perasaan, pikiran, dan perbuatannya. Gangguan jiwa bisa menyerang siapa saja, tidak terkecuali diri kita dan orang-orang terdekat. Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tidak “bertingkah aneh” atau “gila” dan hanya “mendramatisir kondisinya” saja. ODGJ tidak bisa “membaik” sendiri, mereka membutuhkan dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan, pemerintah, dan komunitas sosialnya.
Gangguan jiwa bisa diatasi dan dipulihkan sepenuhnya. Dengan penanganan yang tepat misalnya psikoterapi, konseling, dan obat yang diresepkan dokter, gangguan jiwa bisa disembuhkan. Memang ada beberapa jenis gangguan jiwa yang tidak bisa sembuh total, misalnya skizofrenia. Akan tetapi, Anda masih bisa mengendalikan gejala dan mengurangi intensitasnya. Maka, bukan mustahil bagi ODGJ berat untuk menjalani kehidupan normal seperti bekerja, berkeluarga, dan berkarya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar