Hilang fokus barang satu dua detik saja saat mengiris bawang, berisiko membuat jari Anda ikut teriris. Jatuh tersandung kerikil saat menyeberang jalan, lutut Anda pun bisa berdarah. Nah, untuk mengatasi luka terbuka akibat kecelakaan kecil seperti ini, biasanya obat merah menjadi penyelamat.
Meski begitu, kenapa obat merah terasa menyengat dan perih saat dioleskan? Ketahui apakah penggunaan obat merah aman untuk perawatan luka dalam ulasan berikut ini.
Kenapa obat merah rasanya perih saat dioleskan?
Istilah obat merah umum digunakan oleh orang Indonesia saat menyebut cairan antiseptik untuk membersihkan luka.
Tak selalu seperti namanya, obat merah bisa berwarna bening, kuning, atau cokelat.
Obat merah atau cairan antiseptik ini berfungsi untuk melemahkan atau menghentikan pertumbuhan bakteri maupun kuman lainnya.
Dengan begitu, Anda bisa mencegah terjadinya infeksi pada luka dengan bantuan obat merah. Dalam sebuah produk cairan antiseptik biasanya terkandung alkohol dan hidrogen peroksida.
Nah, kedua zat kimia inilah yang dapat memicu sensasi perih ketika mengoleskan obat merah pada luka.
Alkohol bisa mengaktifkan reseptor vanilloid (VR1) yang menghantarkan sinyal ke otak untuk menciptakan sensasi terbakar ketika jaringan kulit bereaksi dengan zat kimia tertentu.
Sementara itu, hidrogen peroksida bisa mengaktifkan kempok reseptor pengantar rasa sakit lain yang dikenal sebagai reseptor transient potential ankyrin 1 (TRPA1).
Selain menimbulkan rasa nyeri, studi rilisan JAAD menyebutkan kedua zat kimia ini berisiko mengiritasi jaringan kulit yang rusak karena luka.
Reaksinya juga menghambat produksi sel darah merah baru sehingga memperlambat penyembuhan luka.
Risiko iritasi dari penggunaan antiseptik umumnya terjadi ketika luka langsung ditutup menggunakan plester tanpa membiarkan cairan antiseptik ini kering terlebih dulu.
Karena dampak yang berbahaya ini, penggunaan obat merah yang mengandung alkohol dan hidrogen peroksida tidak diutamakan dalam perawatan luka, terutama jika di luar pengawasan dokter.
Tidak semua luka bisa diobati dengan obat merah
Saat mengobati luka terbuka yang ringan, seperti luka gores, sayatan, atau lecet, sebenarnya tidak perlu menggunakan obat merah dengan hidrogen peroksida atau alkohol.
Para ahli medis menyarankan untuk mengutamakan pemakaian salep antibiotik, misalnya bacitracin atau neosporin, untuk perawatan luka secara sederhana di rumah.
Selain efektif mencegah infeksi, salep antibiotik dapat mendukung proses penyembuhan luka.
Penggunaan obat merah hanya diperlukan ketika memang salep antibiotik tidak tersedia, tetapi bukan untuk pemakaian berulang kali.
Bahkan, cara membersihkan luka yang paling aman sebenarnya cukup dengan air mengalir dan sabun.
Dibandingkan mengoleskan antiseptik, segera ikuti langkah pertolongan pertama berikut ini saat mengalami luka lecet atau gores.
- Hentikan perdarahan dengan menekan luka.
- Cuci luka terbuka menggunakan air mengalir sampai bersih. Pastikan tidak ada kotoran yang menempel di luka.
- Gunakan sabun untuk membersihkan kulit di sekitar luka. Usahakan agar sabun tidak mengenai luka.
- Keringkan luka dengan kain lembut. Hindari memakai kain berserat atau berbulu sehingga tidak ada helai bahan yang tersangkut di luka.
- Oleskan salep antibiotik, tunggu sejenak hingga kering.
- Jika muncul bengkak, letakkan kompres dingin pada luka.
- Apabila luka cukup lebar dan dalam, lindungi dengan plester atau perban steril dari kain kasa.
Menggunakan obat merah untuk luka dengan aman
Dalam situasi genting ketika tak tersedia salep antibiotik untuk merawat luka, barulah obat merah boleh dipakai secukupnya saja.
Berikut cara aman pakai obat merah untuk mengobati luka.
- Ingatlah untuk selalu mencuci lukanya dulu dengan air mengalir sampai bersih dan keringkan dengan baik sebelum diteteskan obat merah.
- Setelahnya, tunggu obat merah mengering dulu di kulit.
- Terakhir, tutup luka dengan plester atau perban.
Jangan sembarangan menggunakan antiseptik untuk merawat luka berat dengan perdarahan yang besar.
Sebagai contohnya, luka sobekan karena kecelakaan, luka tusukan pisau, sayatan mesin tajam lainnya, gigitan hewan, atau luka bakar.
Meski efektif membasmi kuman penyebab infeksi, penggunaan obat merah dalam perawatan luka memiliki risiko tersendiri.
Agar lebih aman, utamakan untuk membersihkan luka dengan air mengalir dan gunakan salep antibiotik untuk perawatan luka.
[embed-health-tool-bmi]