backup og meta

Kurangi Konsumsi Makanan Ringan Kemasan! Ini 5 Bahayanya

Kurangi Konsumsi Makanan Ringan Kemasan! Ini 5 Bahayanya

Siapa yang tidak pernah makan makanan ringan? Tak dapat disangkal bahwa makanan dalam kemasan ini sudah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang. Meski begitu, Anda perlu mengetahui bahaya dari makanan ringan. Simak artikel ini untuk mengetahui selengkapnya.

Beragam bahaya makanan ringan dalam kemasan

Makanan ringan termasuk golongan yang juga disebut ultra-processed food atau highly processed food.

Dikutip dari Harvard School of Public Health, golongan makanan ini telah melewati serangkaian proses dengan penambahan garam, gula, dan lemak, serta zat aditif atau bahan tambahan pangan.

Tahapan produksi ini membuat kandungan nutrisi dalam makanan berkurang. Produsen biasanya akan menambahkan serat, vitamin, dan mineral sintetis dalam proses yang disebut fortifikasi.

Namun, jenis makanan ini tetap saja tidak mampu menggantikan kebaikan zat gizi alami dari makanan segar atau olahan minimal.

Selain itu, Anda perlu mewaspadai adanya bahaya makanan ringan dalam kemasan seperti berikut ini.

1. Obesitas

penyebab obesitas

Makanan ringan umumnya memiliki cita rasa yang lezat. Jenis makanan ini juga dirancang secara khusus dalam kemasan kecil agar konsumen tertarik membeli lebih banyak.

Kebiasaan ini pulalah yang membuat Anda akan makan secara berlebihan. Akibatnya, bahaya konsumsi makanan ringan berlebihan salah satunya menyebabkan obesitas

Kandungan dalam makanan kemasan dapat membuat Anda makan lebih banyak dari yang tubuh butuhkan.

Setidaknya, konsumsi makanan ini menyumbang sekitar 57,9% asupan kalori harian, di mana 89,7% di antaranya berasal dari gula tambahan.

2. Diabetes

Berbagai bahan tambahan pangan sering ditambahkan ke dalam makanan kemasan, seperti pengawet, pewarna, pemberi tekstur, penguat rasa, hingga pemanis buatan.

Konsumsi salah satu jenis pemanis buatan, yakni sirup jagung tinggi fruktosa (high-fructose corn syrup/HFCS ), berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit diabetes.

Para peneliti dari University of Southern California melakukan tinjauan pada 43 negara untuk mengetahui hubungan konsumsi sirup jagung tinggi fruktosa dan kasus diabetes tipe 2.

Hasilnya, negara dengan ketersediaan sirup jagung tinggi fruktosa yang lebih banyak memiliki persentase kasus diabetes 20% yang lebih tinggi dibandingkan negara dengan ketersediaan rendah.

3. Penyakit kardiovaskular

Bahaya makanan ringan juga berasal dari kandungan gula, garam, dan lemak yang tinggi. Kelebihan asupan garam dapat meningkatkan risiko Anda mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi).

Selain itu, konsumsi gula dan lemak berlebih dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh. Hal inilah yang akan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Dalam studi dari British Medical Journal (2019), para peneliti melakukan pengujian pada 105.159 orang dewasa Prancis berusia rata-rata 43 tahun untuk mengetahui efek konsumsi makanan olahan.

Penelitian ini menunjukkan peningkatan 10% konsumsi makanan olahan dikaitkan dengan peningkatan sekitar 12 % penyakit kardiovaskular secara keseluruhan.

Sebaliknya, konsumsi makanan segar atau olahan minimal berisiko lebih rendah pada kondisi tersebut.

4. Kematian

letak nyeri gangguan jantung

Konsumsi makanan olahan dalam kemasan pada akhirnya dapat meningkatkan risiko kematian.

Para peneliti dari University of Navarra melakukan pengujian skala besar yang melibatkan 19.899 orang dewasa dengan usia rata-rata 38 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi makanan olahan yang lebih tinggi dari 4 porsi per hari dikaitkan dengan 65% peningkatan risiko semua penyebab kematian.

Bahkan, risiko kematian relatif mengalami peningkatan sebesar 18% untuk penambahan setiap porsinya.

5. Paparan zat kimia berbahaya

Bahaya makanan ringan ternyata juga berasal dari kemasannya. Bahan kimia pada kemasan makanan juga dapat membahayakan kesehatan dalam jangka panjang.

Sebuah studi dalam Journal of Epidemiology and Community Health (2013) menemukan bahwa bahan kimia berbahaya pada kemasan bisa larut pada makanan dan masuk ke dalam tubuh.

Bahan kimia tersebut, seperti formaldehida dalam botol plastik yang bisa menyebabkan kanker, bisphenol A (BPA) yang terkandung dalam kaleng makanan atau minuman, tributyltin, triclosan, dan phthalates.

Umumnya kandungan bahan kimia tersebut jumlahnya akan sangat sedikit dan masih dalam batas aman. 

Namun, paparan jangka panjang bisa menyebabkan penumpukan dalam tubuh yang membahayakan kesehatan, terutama saat menyebabkan gangguan hormon.

Beragam bahaya tersebut bisa Anda cegah dengan menerapkan pola konsumsi makanan ringan yang sehat. Hal ini termasuk dengan membaca label informasi nilai gizi dan hindari makan berlebihan. 

Selain itu, Anda dapat mengganti makanan ringan dalam kemasan dengan camilan sehat, seperti buah-buahan, yoghurt, atau oatmeal.

Dengan begitu, Anda tetap bisa mendapatkan asupan gizi seimbang yang bermanfaat bagi tubuh.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Processed Foods and Health. The Nutrition Source – Harvard School of Public Health. (2022). Retrieved 24 July 2023, from https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/processed-foods/

New evidence links ultra-processed foods with a range of health risks. BMJ. (2019). Retrieved 24 July 2023, from https://www.bmj.com/company/newsroom/new-evidence-links-ultra-processed-foods-with-a-range-of-health-risks/

Food packaging chemicals may be harmful to human health over long term. ScienceDaily. (2014). Retrieved 24 July 2023, from https://www.sciencedaily.com/releases/2014/02/140219205215.htm

Srour, B., Fezeu, L., Kesse-Guyot, E., Allès, B., Méjean, C., & Andrianasolo, R. et al. (2019). Ultra-processed food intake and risk of cardiovascular disease: prospective cohort study (NutriNet-Santé). BMJ, l1451. https://doi.org/10.1136/bmj.l1451

Rico-Campà, A., Martínez-González, M., Alvarez-Alvarez, I., Mendonça, R., de la Fuente-Arrillaga, C., Gómez-Donoso, C., & Bes-Rastrollo, M. (2019). Association between consumption of ultra-processed foods and all cause mortality: SUN prospective cohort study. BMJ, l1949. https://doi.org/10.1136/bmj.l1949

Martínez Steele, E., Baraldi, L., Louzada, M., Moubarac, J., Mozaffarian, D., & Monteiro, C. (2016). Ultra-processed foods and added sugars in the US diet: evidence from a nationally representative cross-sectional study. BMJ Open, 6(3), e009892. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2015-009892

Goran, M. I., Ulijaszek, S. J., & Ventura, E. E. (2013). High fructose corn syrup and diabetes prevalence: a global perspective. Global public health, 8(1), 55–64. https://doi.org/10.1080/17441692.2012.736257

Muncke, J., Myers, J., Scheringer, M., & Porta, M. (2014). Food packaging and migration of food contact materials: will epidemiologists rise to the neotoxic challenge?. Journal Of Epidemiology And Community Health, 68(7), 592-594. https://doi.org/10.1136/jech-2013-202593

Versi Terbaru

25/07/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

4 Tips Makan Camilan Kemasan agar Terhindar dari Bahayanya

10 Makanan Tidak Sehat yang Harus Dihindari, Apa Saja?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 25/07/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan