Selain memperkaya kandungan nutrisi bahan pangan, fortifikasi juga bermanfaat untuk mengembalikan zat gizi yang hilang dalam proses pengolahan. Dengan begitu, bahan pangan dalam kemasan tetap mengandung zat gizi yang sama dengan bahan bakunya.
Fortifikasi bahan pangan sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun 1930-an. Tujuannya untuk mencegah kekurangan vitamin dan mineral dengan menambahkannya ke dalam bahan pangan yang biasa dikonsumsi masyarakat, seperti susu dan beras.
Zat gizi yang ditambahkan ke dalam makanan fortifikasi umumnya merupakan zat gizi mikro, yakni zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil. Meski dibutuhkan dalam jumlah kecil, zat gizi mikro berperan penting dalam menjalankan fungsi normal tubuh.
Di Indonesia, fortifikasi telah dilakukan dengan menambahkan zat besi pada tepung terigu, vitamin A pada minyak goreng, dan yodium pada garam. Hal ini bertujuan untuk mengatasi stunting, kurang gizi, dan gangguan akibat kekurangan yodium pada anak.
World Health Organization menyatakan bahwa fortifikasi adalah cara yang efektif untuk memberikan zat gizi kepada masyarakat tanpa mengubah pola makan secara drastis. Bahkan, program ini juga dapat mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar