backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Makanan Fortifikasi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Mengenal Makanan Fortifikasi dan Manfaatnya Bagi Kesehatan

    Ketika membaca kemasan makanan, Anda mungkin pernah melihat tulisan ‘difortifikasi’ atau ‘diperkaya’ yang diikuti dengan zat gizi tertentu. Tulisan ini biasanya dijumpai pada produk susu, tepung, atau sereal. Namun, belakangan Anda pun bisa menemukan makanan fortifikasi berupa roti, bumbu-bumbu masak, bahkan makanan anak-anak.

    Apa sebenarnya yang dimaksud dengan makanan terfortifikasi? Lalu, apakah makanan yang telah melalui proses ini menjadi lebih menyehatkan dibandingkan makanan biasa? Simak jawabannya dalam informasi berikut ini.

    Mengenal makanan fortifikasi dan manfaatnya

    makanan bersih saat banjir

    Makanan fortifikasi atau yang diperkaya adalah asupan yang telah ditambahkan dengan berbagai macam zat gizi yang secara alamiah tidak terkandung dalam makanan tersebut. Contohnya, susu difortifikasi dengan vitamin D, sereal difortifikasi dengan vitamin B, dan lain-lain.

    Selain memperkaya kandungan nutrisi bahan pangan, fortifikasi juga bermanfaat untuk mengembalikan zat gizi yang hilang dalam proses pengolahan. Dengan begitu, bahan pangan dalam kemasan tetap mengandung zat gizi yang sama dengan bahan bakunya.

    Fortifikasi bahan pangan sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun 1930-an. Tujuannya untuk mencegah kekurangan vitamin dan mineral dengan menambahkannya ke dalam bahan pangan yang biasa dikonsumsi masyarakat, seperti susu dan beras.

    Zat gizi yang ditambahkan ke dalam makanan fortifikasi umumnya merupakan zat gizi mikro, yakni zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil. Meski dibutuhkan dalam jumlah kecil, zat gizi mikro berperan penting dalam menjalankan fungsi normal tubuh.

    Di Indonesia, fortifikasi telah dilakukan dengan menambahkan zat besi pada tepung terigu, vitamin A pada minyak goreng, dan yodium pada garam. Hal ini bertujuan untuk mengatasi stunting, kurang gizi, dan gangguan akibat kekurangan yodium pada anak.

    World Health Organization menyatakan bahwa fortifikasi adalah cara yang efektif untuk memberikan zat gizi kepada masyarakat tanpa mengubah pola makan secara drastis. Bahkan, program ini juga dapat mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.

    Apakah asupan berfortifikasi lebih menyehatkan?

    makanan kemasan

    Bahan pangan fortifikasi sangat berguna dalam mencegah gangguan kesehatan yang terkait dengan kekurangan zat gizi mikro. Makanan ini juga amat penting bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, lansia, dan orang dengan pola makan khusus. 

    Walau demikian, makanan yang difortifikasi juga memiliki kekurangan. Bahan pangan ini biasanya sudah melewati banyak pengolahan dan telah dikemas. Proses tersebut akan menambah kandungan lemak, natrium, serta gula di dalamnya.

    Anak-anak juga berisiko mengalami kelebihan asupan vitamin dan mineral jika terlalu sering mengonsumsi makanan yang diperkaya. Kelebihan asupan vitamin dan mineral dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.

    Orang dewasa pun bisa mengalami kelebihan asupan zat mikro, terutama bila mereka juga rutin meminum suplemen. Kelebihan vitamin A misalnya, bisa merapuhkan tulang pinggang pada lansia dan mengganggu perkembangan janin pada ibu hamil.

    Meski begitu, manfaat dari makanan yang difortifikasi tetaplah lebih besar dibandingkan risikonya. Pasalnya, penambahan zat gizi tidak dilakukan tanpa pertimbangan. Jenis zat gizi untuk fortifikasi juga telah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tiap negara.

    Kuncinya yakni mengonsumsi makanan yang bervariasi. Ini berarti selain mengonsumsi makanan fortifikasi, Anda juga mendapatkan asupan makanan padat gizi dari sumber alami. Pola makan yang bervariasi akan memberikan tubuh Anda asupan zat gizi yang beragam, tapi tetap seimbang.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan