Ketika Anda berolahraga atau terkena terik matahari, wajar jika produksi keringat Anda bertambah. Namun, ada beberapa orang yang menghasilkan keringat secara berlebihan karena penyebab yang lain.
Produksi keringat berlebih yang tidak wajar dikenal sebagai hiperhidrosis. Berbeda dari keringat saat olahraga, hiperhidrosis membuat Anda berkeringat begitu banyak hingga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari.
Bagaimana hiperhidrosis bisa terjadi?
Berkeringat merupakan reaksi normal tubuh terhadap peningkatan suhu. Keringat sendiri berasal dari kelenjar di dalam lapisan kulit Anda.
Pada kondisi normal, kelenjar akan menghasilkan keringat ketika Anda terkena panas, beraktivitas fisik, stres, makan makanan pedas, atau mengalami penyakit tertentu.
Sistem saraf Anda merespons faktor-faktor tersebut dengan merangsang kerja kelenjar keringat. Setelah suhu lingkungan kembali normal, aktivitas fisik berkurang, atau Anda lebih tenang, produksi keringat akan kembali seperti semula.
Namun, ada faktor tertentu yang menjadi penyebab Anda memproduksi keringat secara berlebihan. Jenis hiperhidrosis yang paling umum dikenal sebagai hiperhidrosis fokal primer (hiperhidrosis esensial).
Pada kondisi hiperhidrosis, saraf yang bertanggung jawab mengirimkan sinyal menuju kelenjar keringat menjadi terlalu aktif.
Bahkan, saat Anda tidak sedang berolahraga atau kepanasan, kelenjar keringat terus saja menghasilkan keringat tanpa henti.
Produksi keringat juga bisa bertambah banyak saat Anda stres atau merasa cemas. Saking banyaknya, keringat bahkan bisa membasahi seluruh pakaian dan menetes dari ujung jari-jari Anda.
Penyebab produksi keringat yang berlebihan
Berdasarkan penyebabnya, hiperhidrosis terbagi menjadi hiperhidrosis primer dan sekunder.
Seseorang dikatakan mengalami hiperhidrosis primer apabila produksi keringat berlebih disebabkan oleh kondisi genetik atau faktor yang tidak diketahui.
Sementara itu, hiperhidrosis sekunder berkaitan dengan masalah kesehatan yang lain. Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Genetik
Penyebab produksi keringat yang berlebihan sering kali tidak diketahui pasti. Menurut laman The University of California San Francisco Health, sebanyak 1% populasi dunia mengalami hiperhidrosis primer tanpa mengetahui penyebabnya.
Meski begitu, banyak ahli menduga bahwa hiperhidrosis primer berkaitan dengan faktor genetik karena kondisi ini terkadang menurun dalam keluarga.
Gejala hiperhodrosis primer dapat muncul sejak kanak-kanak ataupun ketika seseorang telah dewasa.
2. Kelebihan berat badan dan obesitas
Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas merupakan kondisi yang paling sering menjadi penyebab produksi keringat berlebihan.
Pada tubuh yang obesitas, jaringan lemak yang tebal menyimpan panas lebih banyak, terutama pada daerah yang memiliki lipatan kulit.
Orang-orang dengan berat badan yang berlebih juga perlu membakar lebih banyak energi untuk melakukan kegiatan sehari-hari.
Semakin banyak energi yang terbakar, semakin meningkat pula suhu tubuh dari panas yang dihasilkan.
3. Menopause
Hiperhidrosis sekunder kerap terjadi pada perempuan yang mengalami menopause. Perubahan hormon-hormon selama menopause berdampak pada hormon tiroksin yang mengatur suhu tubuh.
Bertambahnya level hormon tiroksin membuat metabolisme dan produksi panas tubuh ikut meningkat.
Alhasil, inilah yang menjadi penyebab hot flashes dan produksi keringat yang berlebihan pada perempuan menopause.
4. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme merupakan kondisi ketika kelenjar tiroid terlalu banyak memproduksi hormon tiroksin.
Kondisi ini meningkatkan metabolisme tubuh sehingga berat badan terus turun meskipun Anda makan seperti biasa.
Produksi tiroksin yang bertambah juga meningkatkan pembentukan panas dalam tubuh. Akibatnya, Anda terus merasa kepanasan dan lebih sering berkeringat karena suhu di dalam tubuh meningkat dari sebelumnya.
5. Infeksi atau efek vaksinasi
Penyakit infeksi sering kali menjadi penyebab demam disertai keringat yang berlebihan.
Demam sendiri sebetulnya bukanlah penyakit, melainkan mekanisme tubuh untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi.
Selain itu, Anda bisa mengalami demam dan keringat dingin setelah vaksinasi. Ini menandakan bahwa sistem imun Anda sedang bekerja untuk membuat antibodi.
Dengan begitu, tubuh mampu melawan ketika penyakit yang sesungguhnya datang.
6. Diabetes
Penyakit diabetes termasuk dalam kelompok gangguan sistem endokrin.
Karena sistem endokrin mencakup berbagai kelenjar dan hormon, diabetes juga berpengaruh terhadap sistem-sistem di dalam tubuh yang diatur oleh hormon Anda.
Salah satu sistem yang diatur oleh hormon adalah pengaturan suhu. Jika sistem ini terganggu, produksi keringat juga terkena dampaknya.
Gangguan pada regulasi suhu tubuh dapat menjadi penyebab keringat berlebihan atau justru susah berkeringat pada pengidap diabetes.
7. Kanker
Dalam beberapa kasus, produksi keringat berlebih bisa menandakan kanker tertentu.
Kanker tersebut antara lain limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukemia, kanker hati, kanker tulang, serta kanker stadium lanjut.
Tidak hanya itu, perubahan hormon terkait kanker juga bisa menyebabkan hot flush dan keringat berlebih.
Produksi hormon dalam tubuh dapat berubah akibat kanker ataupun pengobatannya, seperti operasi, kemoterapi, dan radioterapi.
8. Gula darah rendah
Terkadang, gula darah rendah (hipoglikemia) juga bisa menjadi penyebab keringat yang berlebihan.
Jika Anda menggunakan insulin atau mengonsumsi obat diabetes seperti gliclazide, Anda mungkin juga akan berkeringat pada malam hari.
Gula darah yang sangat rendah dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan jiwa.
Oleh sebab itu, pengidap diabetes sangat dianjurkan untuk memahami langkah pertolongan pertama untuk hipoglikemia.
9. Kondisi lainnya
Selain gangguan kesehatan yang telah disebutkan sebelumnya, produksi keringat yang berlebihan juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti:
- disautonomia (kondisi medis akibat masalah pada sistem saraf otonom),
- stres psikologis yang sangat parah,
- konsumsi antidepresan bupropion,
- tumor jinak pada kelenjar adrenal, serta
- penyalahgunaan alkohol atau obat-obatan.
Ada beragam penyebab produksi keringat yang berlebihan, mulai dari faktor genetik, penyakit tertentu, hingga faktor lainnya yang tidak diketahui.
Jika Anda mengalami kondisi ini, cobalah konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.