Obat-obatan golongan ini dipakai untuk menangani gejala gangguan irama jantung (aritmia), seperti takikardia (detak jantung cepat), brakikardia (detak jantung lambat), dan fibrilasi atrial (detak jantung tidak normal).
Obat antiaritmia yang tergolong berisiko tinggi memicu gejala lupus adalah prokainamid. Namun, obat ini jarang ditemukan di Indonesia. Obat antiaritmia yang lebih umum, seperti Quinidine tergolong berisiko sedang, sementara propafenon, disopyramide, dan amiodaron memiliki risiko yang sangat rendah.
2. Antihipertensi
Sejumlah obat yang umum diresepkan untuk mengendalikan hipertensi seperti enalapril, lisinopril, klonidin, atenolol, labetalol, pindolol, minoxidil, prazosin, metildopa, captopril, asebutolol termasuk rendah risikonya. Minoxidil juga umum digunakan sebagai obat penumbuh rambut,
Namun begitu, hidralizin digolongkan sebagai obat antihipertensi yang berisiko tinggi untuk menjadi penyebab lupus. Di Indonesia, hidralazin tersedia dalam bentuk kombinasi dengan merek Ser-Ap-Es bentuk tablet dengan kandungan reserpin, hidralazin, dan hidroklortiazid.
3. Antipsikotik
Beberapa obat-obatan antipsikotik resep untuk menangani gejala psikosis dan gangguan kejiwaan tertentu, seperti klorpromazin, klozapin, ferfenazin, fenelzin, chlorprothixene, dan lithium karbonat dapat memicu gejala lupus. Namun, golongan antipsikotik tergolong berisiko rendah.
4. Antibiotik dan antimikroba
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar