Obat penghilang rasa sakit dapat mengatasi nyeri akibat penyakit tertentu, cedera, hingga operasi. Namun, obat ini juga memiliki sederet efek samping. Itu sebabnya Anda perlu memahami dosis yang tepat saat mengonsumsinya, terutama saat minum obat pereda nyeri yang dijual bebas.
Untuk mengetahui informasi obat ini lebih lanjut, berikut penjelasan lengkapnya.
Apa itu obat penghilang rasa sakit?
Obat penghilang rasa sakit, disebut juga analgesik, adalah obat yang dapat meredakan berbagai jenis rasa sakit, mulai dari sakit kepala ringan hingga radang sendi.
Analgesik tidak sama dengan obat anestesi lokal yang yang digunakan selama operasi. Ini karena analgesik tidaklah mematikan saraf atau mengubah kemampuan Anda untuk merasakan sensasi, melainkan hanya menghilangkan rasa sakit.
Obat penghilang rasa sakit biasanya digunakan jika Anda mengalami kondisi berikut ini.
Dosis aman berbagai obat pereda nyeri
Dosis setiap obat penghilang nyeri tidaklah sama. Itu sebabnya Anda harus memerhatikan instruksi dokter dan anjuran penggunaan obat agar tidak terjadi efek yang tidak diinginkan.
Institute For Quality And Efficiency In Health Care (IQWiG) pun memperingatkan bahwa meski bisa mengatasi nyeri dengan ampuh, pemakaian obat pereda nyeri yang tidak tepat bisa menyebabkan efe samping dan komplikasi.
Berikut kegunaan dan dosis beberapa obat penghilang rasa sakit yang paling umum.
1. Parasetamol
Parasetamol atau acetaminophen digunakan untuk meredakan demam, sakit kepala, nyeri haid, migrain, serta rasa nyeri pada tubuh akibat pilek. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 500 atau 665 miligram (mg).
Dosis sekali minum bagi orang dewasa berkisar antara 500–1.000 mg atau sebanyak 1–2 tablet. Jangan meminum lebih dari 4.000 mg parasetamol dalam jangka waktu 24 jam.
Jika Anda perlu mengonsumsi parasetamol secara rutin atau rasa nyeri belum mereda, tunggulah selama 4–6 jam dari waktu minum obat sebelumnya.
2. Ibuprofen
Ibuprofen adalah obat pereda nyeri yang termasuk dalam golongan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Fungsinya untuk mengatasi nyeri yang disebabkan oleh peradangan, seperti pada pengidap radang sendi atau orang yang mengalami cedera.
Obat pereda nyeri ini memiliki dosis sekali minum sebesar 200–400 mg atau setara dengan 1–2 tablet. Konsumsi dalam sehari tidak boleh melebihi 1.200 mg.
Jika Anda meminum ibuprofen sebanyak tiga kali sehari, berikan jeda selama enam jam sebelum dosis selanjutnya.
3. Naproxen
Seperti ibuprofen, naproxen juga termasuk dalam golongan NSAID, tetapi termasuk golongan obat keras. Obat ini digunakan untuk mengatasi berbagai jenis nyeri, termasuk nyeri otot, sakit gigi, dan migrain.
Dosis naproxen pada masing-masing kondisi tidak sama, berikut ketentuannya.
- Nyeri jangka pendek seperti keseleo atau nyeri otot diberikan dosis sebanyak 250 mg sekali minum. Minum obat ini 3–4 kali sehari jika dibutuhkan.
- Nyeri jangka panjang seperti rematik diberikan dosis sebanyak 500 mg dalam sehari. Anda bisa meminumnya dalam satu dosis sekaligus atau membaginya menjadi dua dosis.
- Bagi pengidap asam urat, dosis pertama sebesar 750 mg. Kemudian, pemberian obat dilanjutkan kembali dengan dosis 250 mg setiap delapan jam hingga nyeri mereda.
- Bagi wanita yang mengalami nyeri haid, dosis sekali minum sebesar 250 mg. Minum obat ini tiga kali sehari hingga nyeri mereda.
4. Asam mefenamat
Asam mefenamat merupakan obat keras yang digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri, terutama nyeri saat haid dan sakit gigi. Obat ini juga dapat mengatasi perdarahan berlebih selama menstruasi.
Dosis sekali minum bagi orang dewasa yaitu 500 mg, dengan batas aman tak lebih dari 1.500 mg sehari. Perlu diingat, obat ini tidak boleh dikonsumsi lebih dari tujuh hari berturut-turut.
5. Kodein
Kodein digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat cedera atau operasi. Obat ini biasanya dikombinasikan dengan parasetamol atau ibuprofen agar lebih ampuh.
Kodein termasuk dalam golongan obat opioid, atau disebut juga narkotik. Dosis sekali minum bagi orang dewasa berkisar antara 15–60 mg. Batas aman konsumsi kodein dalam sehari tidak boleh melebihi 360 mg.
Obat penghilang rasa sakit golongan narkotik harus dikonsumsi berdasarkan anjuran dosis dari dokter. Pasalnya, obat-obatan ini bisa menimbulkan efek kecanduan opioid bila dikonsumsi secara keliru.
Bagaimana cara kerja obat pereda nyeri?
Terdapat dua kelompok utama analgesik, yaitu analgesik anti inflamasi dan opioid. Obat anti-inflamasi bekerja dengan mengurangi peradangan dan pembengkakan di tempat rasa sakit.
Contoh obat anti-inflamasi antara lain parasetamol/asetaminofen, asam asetilsalisilat (aspirin), dan obat NSAID seperti ibuprofen dan naproxen.
Sementara itu, analgesik opioid bekerja dengan mengubah persepsi rasa sakit di otak. Contoh obat-obatan yang tergolong analgesik opioid adalah:
Seperti obat-obatan pada umumnya, ada berbagai efek samping obat pereda nyeri yang perlu Anda waspadai.
Guna mengoptimalkan manfaat obat pereda nyeri dan mencegah efek sampingnya, minumlah obat Anda sesuai instruksi dokter dan apoteker atau anjuran penggunaan pada kemasan obat.
[embed-health-tool-bmi]