Sebelum beralih ke obat dokter, sudah jadi kebiasaan orang-orang Indonesia untuk lebih dulu mencoba “berobat’ pakai jamu-jamuan dari tanaman obat. Tanaman obat itu sendiri punya ribuan jenis spesies. Nah dari total 40 ribu macam tanaman obat yang ada di dunia, ternyata hampir 90%-nya berhabitat di Indonesia. Menguntungkan, bukan? Namun begitu, hanya sekitar 9.000 spesies saja yang diduga kuat memiliki khasiat obat, dan bisa Anda tanam sendiri di rumah. Apa saja yang paling populer?
Apa itu tanaman obat?
Di Indonesia, tanaman obat alias tanaman biofarmaka lebih biasa dikenal dengan sebutan TOGA (Tanaman Obat keluarGA).
Tanaman ini mengandung senyawa aktif atau bahan alami tertentu yang disinyalir baik untuk menunjang kesehatan tubuh.
Setiap jenis tanaman mungkin memiliki “komposisi’ senyawa yang berbeda satu sama lain, sehingga manfaatnya juga mungkin bervariasi antar satu tanaman obat dengan yang lain.
Umumnya setiap bagian dari tumbuhan obat bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan khasiatnya.
Mulai dari daun, batang, buah, kulit, biji, akar, hingga umbi atau rimpangnya yang kemudian dikonsumsi dalam berbagai bentuk seperti dimakan mentah-mentah, untuk bumbu dapur, obat oles, hingga diracik menjadi jamu minum.
Tanaman obat yang bisa Anda tanam sendiri di rumah
Indonesia kaya akan sumber tanaman obat yang bisa dibudidayakan sendiri di rumah, baik pada sebidang tanah di halaman rumah atau di pot-pot kecil, untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan obat-obatan.
Menurut Info Komoditi Tanaman Obat yang diterbitkan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) dari Kementerian Perdagangan, tanaman biofarmaka di Indonesia mencakup 15 jenis tanaman utama.
Tanaman-tanaman ini meliputi jahe, laos (lengkuas), kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci, dlingo atau dringo, kapulaga, mengkudu (pace), mahkota dewa, kejibeling, sambiloto, dan lidah buaya.
Namun, kami sudah pilihkan beberapa jenis TOGA yang bisa Anda budidayakan sendiri dengan mudah di rumah.
1. Jahe
Jahe adalah salah satu jenis tanaman obat yang populer digunakan sebagai bahan pembuat jamu dan obat tradisional.
Jahe mengandung senyawa aktif kuat bernama gingerol yang mampu mengatasi banyak masalah pencernaan seperti sakit perut dan mual-muntah, pusing karena vertigo, hingga mengurangi sakit akibat nyeri haid serta nyeri sendi seperti osteoarthritis dan rematik.
Gingerol juga dilaporkan dapat mencegah pertumbuhan sel kanker usus besar. Selain itu, jahe dapat membantu menurunkan berat badan.
Jika ingin menggunakan jahe sebagai obat herbal, pilihlah yang segar. Senyawa gingerol paling banyak dan paling kuat ditemukan dalam jahe segar ketimbang jahe bubuk.
Bubuk jahe di pasaran juga biasanya sudah diolah dengan banyak gula tambahan. Simpan jahe dalam wadah tertutup rapat, simpan di tempat kering dan jauhkan dari sinar matahari langsung.
Peringatan: jahe umumnya aman, tapi tetap tidak boleh dikonsumsi berlebihan. Jahe dapat menyebabkan sakit perut, kembung, mulas, hingga diare jika kebanyakan. Anda tak dianjurkan mengonsumsi lebih dari 4 gram jahe per hari.
2. Kunyit
Kunyit mengandung zat kurkumin yang memberikan warna oranye khasnya. Kurkumin jugalah yang memberikan khasiat obat dari kunyit untuk membantu menjaga kesehatan serta mencegah penyakit.
Berkat senyawa kurminnya, simpang oranye ini sudah sejak dulu digunakan dalam pengobatan tradisional Indonesia untuk meringankan gejala gangguan pencernaan, gejala penyakit kulit, mengatasi penyakit hati, mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, hingga mencegah kanker usus besar.
Berdasarkan penelitian, kurkumin juga berfungsi melindungi kesehatan fungsi saraf.
Peringatan: sama halnya dengan jahe, kunyit juga tidak boleh kebanyakan dikonsumsi. Beberapa penelitian mengatakan konsumsi kunyit berlebihan memicu kenaikan asam lambung berlebih.
Asupan kunyit yang terlalu banyak juga dapat menyebabkan masalah perdarahan. Anda mungkin jadi lebih gampang memar atau luka lama sembuhnya.
Maka dari itu, orang yang punya masalah lambung seperti maag dan yang sedang rutin menggunakan obat pengencer darah warfarin tidak boleh terlalu banyak mengonsumsi kunyit.
3. Kencur
Kencur yang punya nama latin Kaempferia galanga ternyata masih satu keluarga dengan jahe. Tidak heran apabila masih banyak yang salah membedakan antara kencur dengan jahe.
Kencur sudah dikenal lama sebagai obat batuk berdahak, obat diare, obat deman, dan obat sakit gigi. Kencur juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan nafsu makan dan mengobati cedera otot setelah olahraga.
Manfaat kencur tidak berhenti sampai di situ. Sebuah penelitian dari Bangladesh menunjukkan bahwa ekstrak kencur mengandung sifat antidepresan yang bermanfaat untuk mengurangi stres dan kecemasan.
4. Kumis kucing
Kumis kucing adalah tanaman obat yang cukup terkenal dalam meringankan beberapa masalah kesehatan, seperti luka di kulit dan gusi bengkak.
Selain itu, zat antiradang dalam kumis kucing dapat membantu mengendalikan gejala alergi, rematik dan asam urat, penyakit ginjal, hingga menghentikan kejang.
Sebuah penelitian pada tikus lab yang diterbitkan jurnal Ethnoparmhacology melaporkan bahwa daun kumis kucing juga bersifat diuretik yang memicu peningkatan produksi urine.
Secara tidak langsung, bolak-balik buang air kecil dapat membantu mengeluarkan bakteri yang ada di dalam kandung kemih. Hal ini pun membantu mengurangi kemungkinan risiko infeksi saluran kencing.
5. Daun sirih
Daun sirih sejak zaman leluhur digunakan sebagai tanaman obat untuk mengobati berbagai masalah kesehatan. Nenek moyang kita sejak dulu terbiasa mengunyah sirih untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut mereka.
Nyatanya, tradisi menyirih ini memang terbukti bermanfaat oleh sejumlah penelitian medis modern. Mengunyah sirih telah terbukti menghambat pertumbuhan bakteri dalam mulut, sehingga bermanfaat untuk mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi.
Selain itu, antioksidan tannin dalam sirih mempercepat respon tubuh untuk membekukan darah dan menyembuhkan luka. Itu kenapa sirih sering digunakan untuk menghentikan mimisan dan mengobati luka bakar.
Tanaman bukan pengganti obat dokter
Sebelum memutuskan untuk pakai TOGA untuk menyembuhkan penyakit, pahamilah dulu bahwa meski terbukti berkhasiat obat tanaman herbal tidak dapat dan tidak boleh menggantikan pengobatan medis dari dokter.
Tanaman obat hanya sebatas berfungsi meningkatkan kekebalan tubuh sebagai terapi penunjang (promotif) dan pencegahan (preventif), bukan untuk menyembuhkan penyakit.
Terlebih, jamu-jamuan dari tumbuhan herbal juga tidak memiliki standar dosis yang tetap. Resep, berapa banyak jumlah komposisi yang ditambahkan, serta frekuensi pemakaiannya akan selalu berbeda-beda tergantung siapa yang membuatnya.
Maka dari itu, efek obat yang timbul juga mungkin dirasakan berbeda. Belum tentu satu jamu TOGA memberikan khasiat yang sama persis pada setiap orang meski punya keluhan sama.
Jika ingin coba mengolah tanaman obat sebagai jamu, sebaiknya konsultasi dulu ke dokter mengenai pertimbangan baik buruknya sesuai kondisi Anda. Terutama bila Anda meminumnya bersamaan dengan obat-obatan lain agar terhindar dari efek interaksi obat yang tidak diinginkan.
Pastikan juga Anda tidak memiliki alergi terhadap tanaman-tanaman obat tersebut sebelum mengonsumsi untuk menghindari reaksi alergi.
[embed-health-tool-bmi]