Meninggal dunia karena sakit gigi sering dianggap sebelah mata oleh banyak orang. Memang, sakit gigi biasanya terasa ringan dan dianggap sepele. Lalu, bagaimana sakit gigi bisa menyebabkan kematian? Simak penjelasannya di bawah ini.
Bagaimana sakit gigi bisa menyebabkan kematian?
Sakit gigi biasanya diartikan sebagai rasa nyeri yang terjadi di dalam atau di sekitar gigi hingga rahang. Kebanyakan kondisi ini disebabkan oleh gigi berlubang (karies).
Gigi berlubang ditandai dengan perubahan warna gigi, umumnya berupa noda hitam, abu-abu, atau coklat berupa garis atau titik yang lama-kelamaan melebar.
Jika tidak diobati dalam waktu lama, lapisan pulpa pada bagian dalam gigi akan terinfeksi lalu membentuk abses gigi atau benjolan berisi nanah di sekitar tulang gigi.
Kemudian, infeksi gigi juga dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh, termasuk leher, jantung, atau otak yang berisiko membuat penderitanya meninggal dunia.
Menurut American Academy of Periodontology, sakit gigi dan gusi juga berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan kesehatan seperti berikut.
1. Kesulitan mengontrol gula darah pada diabetesi
Pengidap diabetes lebih berisiko mengalami penyakit gusi (periodontitis) karena penyakit ini menurunkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
Begitu pun sebaliknya, infeksi pada gigi dan gusi juga bisa menyebabkan kadar gula darah meningkat sehingga diabetes jadi lebih sulit dikendalikan.
2. Infeksi jantung
Infeksi pada rongga mulut juga bisa menyebar melalui pembuluh darah dan menyerang organ-organ vital, termasuk jantung.
Hal ini akan meningkatkan risiko endokarditis, yakni infeksi yang menyerang endokardium atau lapisan dalam ruang jantung dan katup jantung.
3. Pneumonia
Bakteri yang menyebabkan infeksi gigi dan gusi juga bisa menyebar ke paru-paru dan memicu gangguan pernapasan, seperti pneumonia.
Sebuah studi dari Korea Selatan menunjukkan risiko pneumonia cenderung meningkat pada orang dengan masalah kesehatan dan kebersihan mulut yang buruk.
4. Kanker
Kanker menjadi salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Insiden kanker bisa meningkat salah satunya diakibatkan oleh penyakit gigi dan gusi.
Beberapa studi menemukan pria dengan penyakit gusi lebih berisiko 49% terkena kanker ginjal, 54% terkena kanker pankreas, dan 30% terkena kanker darah.
5. Penyakit Alzheimer
Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri yang terkait masalah gigi dan gusi. Bakteri mulut yang mencapai otak ini juga diduga meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.
Penelitian terhadap hewan yang diterbitkan dalam jurnal Sciences Advances menemukan bakteri ini pada 51 dari 53 otak subjek dengan riwayat penyakit Alzheimer yang telah diautopsi.
Ikhtisar
Kapan harus periksa ke dokter bila terkena sakit gigi?
Meski kasusnya jarang terjadi, meninggal dunia karena sakit gigi tetap harus Anda waspadai.
Menurut studi dari Australian Journal of General Practice (2020), sakit gigi yang menyebabkan kematian sering digambarkan rasa sakit yang terjadi dalam hitungan minggu atau bulan.
Sakit gigi yang tidak diobati ini pada akhirnya memicu abses gigi. Infeksi juga berisiko menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Kondisi ini bisa memicu kemunculan sejumlah gejala serius antara lain:
- demam,
- sakit kepala,
- mual dan muntah,
- nyeri berkepanjangan,
- pembengkakan kelenjar getah bening,
- ketidakmampuan membuka mulut,
- kesulitan berbicara, mengunyah, dan menelan,
- sesak napas, dan
- detak jantung yang cepat.
Segera konsultasi dan periksakan diri dengan dokter gigi bila Anda merasakan gejala-gejala di atas.
Perawatan dini dengan metode yang tepat akan mengurangi risiko komplikasi infeksi gigi dan gusi serta mempercepat proses pemulihan Anda.
Pengobatan sakit gigi
Dokter akan menentukan cara mengobati sakit gigi berdasarkan penyebab dan keparahannya.
Jika sakit gigi disebabkan oleh gigi berlubang, dokter akan menambalnya. Perawatan gigi berlubang ini dibutuhkan bila lubang sudah besar, bukan hanya berupa garis saja.
Lubang pada gigi Anda akan dibor dan dibersihkan, lalu dokter akan mengisinya dengan material yang aman, seperti porselen atau resin komposit.
Bila abses gigi telah terbentuk, dokter terlebih dahulu akan menyayat benjolan pada gusi untuk mengeluarkan dan mengeringkan nanah dari dalamnya.
Perawatan saluran akar (root canal treatment) juga dokter lakukan pada gigi yang bermasalah untuk mengeluarkan pulpa gigi yang sudah terinfeksi.
Dokter juga mungkin melakukan prosedur cabut gigi bila kerusakan gigi tidak dapat diperbaiki.
Untuk melengkapi pengobatan abses gigi, dokter akan meresepkan antibiotik untuk mencegah infeksi menyebar ke bagian tubuh lain. Pastikan Anda minum antibiotik sesuai anjuran dokter untuk menghindari risiko resistensi antibiotik.
Selain itu, obat pereda nyeri, seperti aspirin, parasetamol, dan ibuprofen juga Anda peroleh untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri setelah perawatan.