Banyak orang beralih ke vape atau rokok elektrik karena menganggapnya lebih aman daripada rokok biasa. Meski begitu, bahaya rokok elektrik belum tentu lebih ringan. Anda justru berisiko mengalami berbagai masalah gigi dan mulut akibat vape.
Anda yakin mau keluar?
Banyak orang beralih ke vape atau rokok elektrik karena menganggapnya lebih aman daripada rokok biasa. Meski begitu, bahaya rokok elektrik belum tentu lebih ringan. Anda justru berisiko mengalami berbagai masalah gigi dan mulut akibat vape.
Vape adalah rokok elektrik yang mengeluarkan uap air, bukan asap seperti rokok kretek. Uap ini berasal dari liquid atau cairan yang dipanaskan pada perangkat rokok elektrik.
Pada dasarnya, vape tidak lebih sehat daripada rokok kretek. Ini karena dalam liquid vape juga terkandung nikotin dan senyawa kimia lain.
Nikotin merupakan salah satu zat yang sering ditemui pada rokok dan dapat memicu efek kencanduan terhadap senyawa lainnya.
Di samping itu, rasa pada cairan vape juga mengandung karsinogen dan bahan kimia beracun, seperti formaldehida dan asetaldehida.
Terdapat tiga kandungan utama dalam cairan vape atau rokok elektrik, yakni propilen glikol atau gliserin, nikotin, dan penambah rasa.
Dalam sejumlah penelitian, liquid vape juga mengandung senyawa karsinogen (pemicu kanker) lain yang disebut tobacco-specific nitrosamine (TSNA) meski dalam jumlah yang sedikit.
TSNA umum ditemukan pada tembakau atau rokok kretek. Perlu diketahui bahwa makin tinggi kadar nikotin, makin tinggi pula kadar TSNA pada rokok.
Selain TSNA, juga ditemukan kandungan senyawa logam berat, seperti kromium, nikel, dan timah dalam liquid vape atau rokok elektrik.
Tanpa disadari, penggunaan vape atau rokok elektrik secara terus-menerus bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang yang memengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Berikut ini beberapa masalah kesehatan gigi dan mulut akibat vape yang perlu Anda perhatikan.
Paparan uap air dari propilen glikol atau gliserin dalam vape secara terus-menerus pada rongga mulut bisa menyebabkan mulut kering.
Berkurangnya kelembapan dalam mulut ini juga sekaligus meningkatkan risiko gangguan mulut lain, seperti gigi berlubang, bau mulut, dan sariawan.
Untuk mengatasinya, Anda bisa berkumur atau minum air putih setelah menggunakan vape.
Masalah gigi akibat vape lainnya yakni perubahan warna gigi. Kandungan nikotin pada vape bisa menempel pada lapisan email gigi dan membuat gigi kuning.
Sebuah studi dalam jurnal BMC Public Health yang melibatkan 6.000 orang dewasa di Inggris menemukan ada sekitar 28% perokok yang mengalami perubahan warna gigi.
Kondisi gigi kuning ini bahkan berlangsung 15% lebih cepat dan lebih pekat daripada orang yang tidak merokok sama sekali.
Rongga mulut lebih cepat sembuh daripada bagian tubuh lainnya. Namun, trauma berulang kali bisa menimbulkan masalah pada rongga mulut, salah satunya penyakit gusi (periodontitis).
Sebuah penelitian dalam jurnal iScience menunjukkan bahwa 43% orang yang sering memakai vape atau rokok elektrik mengalami penyakit gusi dan infeksi mulut.
Hal ini dapat terjadi karena paparan nikotin dan uap dari vape bisa membuat jumlah bakteri di dalam mulut menjadi berlebih dan tidak terkontrol.
Penggunaan vape atau rokok elektrik jangka panjang juga punya risiko cukup serius. Masalah kesehatan mulut akibat vape ini bisa memicu terjadinya stres oksidatif.
Kondisi ini pada umumnya terjadi akibat paparan karsinogen atau zat pemicu kanker, seperti formaldehida dan asetaldehida terus-menerus.
Akibatnya, terjadi peradangan dan kerusakan DNA dalam tubuh yang meningkatkan risiko terkena kanker mulut pada sebagian orang.
Selain berdampak pada mulut dan gigi, ada berbagai bahaya vape yang perlu Anda waspadai yakni terpengaruhnya perkembangan otak.
Orang yang kecanduan nikotin dari rokok elektrik lebih rentan mengalami gangguan kognitif dan perilaku, salah satunya pada ingatan dan perhatian mereka terhadap suatu hal.
Nikotin pada vape atau rokok elektrik juga bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan jantung, sama halnya seperti yang diakibatkan rokok kretek.
Jadi, bila Anda memakai vape terus-menerus, tentu risiko masalah kesehatan seperti asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan serangan jantung makin meningkat.
Berhenti merokok dalam bentuk apa pun jadi cara paling aman untuk mencegah berbagai gangguan kesehatan tersebut.
Apabila Anda kesulitan dalam berhenti merokok, konsultasikan dengan dokter untuk memperoleh metode dan terapi medis yang tepat.
Gunakan kalkulator ini untuk memeriksa Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengecek apakah berat badan Anda ideal atau tidak. Anda juga dapat menggunakannya untuk memeriksa indeks massa tubuh anak.
Laki-laki
Wanita
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Vaping Devices (Electronic Cigarettes) DrugFacts. National Institute on Drug Abuse. (2020). Retrieved 10 May 2022, from https://nida.nih.gov/publications/drugfacts/vaping-devices-electronic-cigarettes
Vaping and oral health. South Australia Health. (2022). Retrieved 10 May 2022, from https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/public+content/sa+health+internet/conditions/dental+care/vaping+and+oral+health
Need another reason not to vape? Your oral health is at risk. American Heart Association. (2020). Retrieved 10 May 2022, from https://www.heart.org/en/news/2020/08/26/need-another-reason-not-to-vape-your-oral-health-is-at-risk
Pushalkar, S., Paul, B., Li, Q., Yang, J., Vasconcelos, R., & Makwana, S. et al. (2020). Electronic Cigarette Aerosol Modulates the Oral Microbiome and Increases Risk of Infection. Iscience, 23(3), 100884. https://doi.org/10.1016/j.isci.2020.100884
Irusa, K. F., Vence, B., & Donovan, T. (2020). Potential oral health effects of e-cigarettes and vaping: A review and case reports. Journal of esthetic and restorative dentistry : official publication of the American Academy of Esthetic Dentistry … [et al.], 32(3), 260–264. https://doi.org/10.1111/jerd.12583
Sundar, I., Javed, F., Romanos, G., & Rahman, I. (2016). E-cigarettes and flavorings induce inflammatory and pro-senescence responses in oral epithelial cells and periodontal fibroblasts. Oncotarget, 7(47), 77196-77204. https://doi.org/10.18632/oncotarget.12857
Malhotra, R., Kapoor, A., Grover, V., & Kaushal, S. (2010). Nicotine and periodontal tissues. Journal Of Indian Society Of Periodontology, 14(1), 72. https://doi.org/10.4103/0972-124x.65442
Alkhatib, M., Holt, R., & Bedi, R. (2005). Smoking and tooth discolouration: findings from a national cross-sectional study. BMC Public Health, 5(1). https://doi.org/10.1186/1471-2458-5-27
Komentar
Sampaikan komentar Anda
Ayo jadi yang pertama komentar!
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar