backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Amankah Konsumsi Kurma untuk Pasien Diabetes?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 22/04/2021

    Amankah Konsumsi Kurma untuk Pasien Diabetes?

    Pasien diabetes biasanya menghindari konsumsi makanan manis untuk menjaga kadar gula darahnya. Sebagai buah dengan rasa yang manis, kurma sering kali dikelompokkan dalam daftar makanan pantangan untuk diabetes. Namun, apakah benar konsumsi kurma bisa dengan mudah menaikkan gula darah secara drastis?

    Efek mengonsumsi kurma untuk pasien diabetes

    Akibat diabetes hiperglikemia

    Mengatur asupan nutrisi merupakan langkah penting dalam menjalani gaya hidup sehat bagi pasien diabetes.

    Pasalnya, setiap makanan yang dikonsumsi bisa memengaruhi kadar gula darah, apalagi makanan manis.

    Sekalipun dikenal sebagai buah yang berkhasiat, kurma memiliki rasa yang sangat manis sehingga dikhawatirkan dapat meningkatkan gula darah pasien diabetes.

    Rasa manis pada kurma berasal dari kandungan gula alaminya yaitu fruktosa. Nah, kurma yang biasanya dikonsumsi adalah buah kurma yang telah dikeringkan.

    Proses pengeringan buah bisa membuat rasa buah semakin manis karena meningkatkan kandungan kalori dan karbohidrat dalam bentuk gula pada kurma.

    Satu buah kurma kering (24 gram) mengandung setidaknya 67 kalori dan 18 gram karbohidrat. Kandungan karbohidrat ini yang nantinya akan memengaruhi kenaikan kadar gula darah.

    Jika pasien diabetes mengonsumsi kurma dalam jumlah besar, kadar gula darah tentunya bisa melonjak naik.

    Akan tetapi, kurma termasuk buah yang memiliki nilai indeks glikemik (GI) yang rendah. Indeks glikemik menunjukkan kemampuan suatu makanan untuk meningkatkan gula darah.

    Makanan dengan GI yang tinggi bisa lebih cepat menaikkan gula darah. Sebaliknya, nilai GI yang rendah menunjukkan makanan tersebut lebih lambat memengaruhi gula darah.

    Studi dari Nutrition Journal menyebutkan nilai indeks glikemik kurma berkisar di antara 44-45. Nilai GI yang berada di bawah angka 55 ini termasuk rendah.

    Artinya, mengonsumsi kurma dalam batas yang wajar dan disesuaikan dengan kebutuhan karbohidrat harian pasien diabetes tetap diperbolehkan.

    Manfaat kurma untuk diabetes

    manfaat kurma untuk diabetes

    Konsumsi kurma dalam porsi yang tepat ternyata juga bisa mendatangkan manfaat untuk pasien diabetes.

    Kandungan serat pada kurma dapat memperlambat proses pemecahan karbohidrat menjadi glukosa sehingga tidak cepat meningkatkan kadar gula darah setelah makan.

    Selain itu, kurma adalah salah satu buah yang kaya akan kandungan mikronutrien seperti mineral, vitamin, dan antioksidan.

    Kurma dapat memberikan tambahan magnesium dan natrium ke dalam tubuh. Mineral-mineral ini berperan dalam regulasi gula darah sekaligus tekanan darah.

    Untuk itu, manfaat kurma ini bisa mengurangi risiko komplikasi diabetes yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi.

    Mengatur konsumsi kurma bila punya diabetes

    Diet Pasien Diabetes untuk Menjaga Pola Makan dan Berat Badan Seimbang

    Kandungan gula yang tinggi pada kurma memang perlu Anda waspadai. Namun, yang terpenting sebenarnya adalah mengatur konsumsi kurma untuk pasien diabetes.

    Menurut American Diabetes Association, memiliki diabetes bukan berarti Anda tidak boleh mengonsumsi makanan manis sama sekali.

    Pasien diabetes tetap boleh menyantap kudapan dan buah-buahan manis.

    Namun, dengan catatan, porsi makan makanan manis untuk pasien diabetes tetap disesuaikan dan diseimbangkan dengan konsumsi makanan bernutrisi untuk diabetes lainnya.

    Jika menyantap kurma dalam jumlah besar hingga melebihi kebutuhan karbohidrat harian tentunya akan berbahaya untuk kondisi diabetes Anda.

    Apalagi jika asupan kurma lebih banyak dari porsi makanan sumber protein, lemak, dan vitamin lainnya, hal ini tentu berisiko bagi kesehatan Anda.

    Oleh karena itu, seperti makanan manis lainnya, kurma sebaiknya dikonsumsi dalam porsi terkecil dari keseluruhan kebutuhan nutrisi harian Anda.

    Alternatifnya, Anda bisa menjadikan kurma sebagai camilan untuk diabetes agar porsinya tidak berlebihan.

    8 Buah Terbaik yang Aman untuk Gula Darah Pengidap Diabetes

    Berapa banyak konsumsi kurma yang ideal?

    Sebenarnya tidak ada ukuran yang pasti berapa jumlah kurma yang aman dikonsumsi para diabetesi.

    Pasalnya, hal ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan kalori harian setiap pasien yang bergantung dari intesitas aktivitas harian, berat badan, dan tingginya kadar gula darah.

    Beberapa pasien, terutama yang memiliki diabetes tipe 1, biasanya pun harus menerapkan aturan makan berdasarkan perhitungan karbohidrat harian agar gula darahnya lebih terkontrol.

    Nah, konsumsi camilan dan buah-buahan seperti kurma ini perlu diikutsertakan dalam perhitungan karbohidrat harian.

    Oleh karena itu, pasien diabetes memang sebaiknya berkonsultasi dengan dokter penyakit dalam atau spesialis gizi guna menentukan porsi ideal untuk camilan dalam rencana pola makan (diet) sehatnya.

    Secara umum, konsumsi camilan manis sebaiknya memang tidak melebihi anjuran konsumsi gula tambahan, yakni 10% dari total energi atau setara dengan 50 gram (4 sendok makan) per hari.

    Jadi, jika satu buah kurma kering mengandung 18 gram gula, artinya Anda perlu membatasi konsumsi kurma maksimal 2-3 buah per hari.

    Dengan catatan, Anda tidak mengonsumsi camilan manis lainnya.

    Penting untuk diingat bahwa dalam menjalani gaya hidup sehat yang menjadi kunci pengobatan diabetes, Anda memang tidak bisa sembarangan mengonsumsi makanan.

    Hal ini tidak lain bertujuan menjaga kadar gula darah tetap terkendali.

    Konsumsi kurma dalam jumlah terbatas tetap diperbolehkan. Akan tetapi, agar tetap sehat, pasien diabetes juga perlu menyertakan menu makanan bernutrisi lainnya dan aktif berolahraga.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 22/04/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan