backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Bagaimana Merokok Bisa Memengaruhi Penyakit Stroke?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 22/11/2021

    Bagaimana Merokok Bisa Memengaruhi Penyakit Stroke?

    Anda mungkin sudah tahu jika kebiasaan merokok dapat merusak tubuh. Kebiasaan ini bukan hanya memengaruhi jantung, tetapi juga organ tubuh lain, termasuk otak. Bahkan, merokok erat kaitannya dengan salah satu penyakit saraf yang umum, yaitu stroke. Lantas, apa hubungan antara merokok dan stroke?

    Apa itu stroke?

    Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika suplai darah ke bagian otak tertentu menjadi terganggu atau berkurang.

    Ini biasanya terjadi karena ada gumpalan darah atau plak yang menyumbat pembuluh darah ke otak atau adanya pembuluh darah di otak yang pecah.

    Akibatnya, otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup sehingga sel-sel otak mulai mati dalam hitungan menit.

    Adapun kondisi ini bisa menimbulkan berbagai gejala stroke, seperti:

    • kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, dan kaki,
    • masalah bicara
    • kesulitan memahami perkataan orang lain,
    • pusing,
    • hilang keseimbangan,
    • sakit kepala,
    • masalah penglihatan, hingga
    • sulit berjalan.

    Apa hubungan antara merokok dan stroke?

    beda neuropati dan stroke

    Merokok memiliki hubungan yang sangat erat dengan risiko stroke.

    Kebiasaan ini disebut dapat meningkatkan risiko stroke hingga dua kali lipat dengan menaikkan tekanan darah dan mengurangi oksigen di darah.

    Selain itu, merokok juga dapat membuat darah lebih kental sehingga meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang bisa menjadi penyebab stroke.

    Stroke Association menyebut, semakin banyak Anda merokok, risiko terkena stroke semakin tinggi.

    Jika Anda merokok 20 batang sehari, Anda enam kali lebih mungkin terkena stroke daripada bukan perokok. Lalu, bagaimana jika sudah terkena stroke dan masih merokok?

    Bila Anda sudah pernah terkena stroke, termasuk stroke ringan, Anda lebih mungkin mengalami jenis stroke lainnya bila masih merokok.

    Bahkan, melanjutkan merokok setelah terkena stroke membuat seseorang dua kali lebih mungkin untuk mati akibat stroke itu sendiri atau karena serangan jantung.

    Risiko yang sama pun bisa terjadi bila Anda mengalami silent stroke yang terjadi ketika Anda mengalami stroke tanpa Anda sadari.

    Oleh karena itu, berhenti merokok merupakan salah satu cara untuk memutus hubungan antara stroke dan kebiasaan ini.

    Bagaimana merokok dapat menyebabkan stroke?

    Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia berbahaya. Ini termasuk karbon monoksida, formaldehyde, arsenik, dan sianida.

    Ketika diisap, zat-zat kimia dari asap ini masuk ke paru-paru dan kemudian ditransfer ke dalam aliran darah.

    Darah yang mengandung zat kimia tersebut kemudian mengalir ke seluruh tubuh, mengubah dan merusak sel-selnya, serta memengaruhi cara kerja tubuh Anda.

    Perubahan inilah yang kemudian dapat meningkatkan risiko stroke. Adapun perubahan pada tubuh akibat asap rokok bisa terjadi dalam berbagai cara.

    Berikut adalah kondisi yang dapat terjadi pada tubuh Anda jika merokok.

    • Menurunkan kadar kolesterol baik dan menaikkan kolesterol jahat yang bisa memicu plak di pembuluh darah.
    • Karbon monoksida dari asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen dalam darah.
    • Nikotin dalam rokok menyebabkan detak jantung meningkat.
    • Memicu fibrilasi atrium jantung.
    • Membuat trombosit, yaitu salah satu jenis sel darah lebih mungkin untuk bersatu, sehingga meningkatkan risiko terjadinya gumpalan darah.

    Adapun semua perubahan tersebut bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis, yaitu suatu kondisi ketika pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras.

    Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah yang menuju otak, aliran darah ke organ vital tersebut menjadi terhambat dan stroke bisa terjadi.

    Inilah hubungan antara stroke dan merokok yang bisa membahayakan nyawa Anda.

    Adakah hubungan antara stroke dan perokok pasif?

    hubungan merokok dan stroke

    Meski tak merokok, perokok pasif juga berisiko tinggi terkena stroke dibandingkan mereka yang tidak.

    CDC menyebut, mengisap asap rokok dari perokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 25-30% dan stroke hingga 20-30%.

    Kasus kematian akibat merokok pasif pun cukup tinggi per tahunnya.

    Adapun anak-anak disebut lebih rentan menjadi perokok pasif karena paparan asap rokok dari anggota keluarga di sekitarnya.

    Bahkan, anak-anak lebih berisiko mengalami masalah pernapasan dan kematian akibat paparan asap rokok.

    Pasalnya, sistem pernapasan anak belum sempurna dan kekebalan tubuhnya cenderung lemah.

    Apa manfaat dari berhenti merokok terhadap risiko stroke?

    Hubungan merokok dan stroke bukan sekadar meningkatkan risiko, tetapi juga menurunkan risikonya bila Anda berhenti melakukan kebiasaan tersebut.

    Faktanya, berhenti merokok setelah pertama kali mengalami stroke menurunkan risiko terkena stroke kembali pada waktu berikutnya.

    Bahkan, ini juga menurunkan risiko kematian akibat stroke atau serangan jantung.

    Pasalnya, ketika Anda berhenti merokok, Anda tidak lagi menghirup bahan kimia berbahaya dari asap rokok.

    Artinya, bahan kimia ini pun tidak lagi memasuki aliran darah, tak merusak pembuluh darah, serta tidak meningkatkan risiko terbentuk gumpalan darah.

    Jika ini terus Anda lakukan, dalam sebulan, tekanan darah Anda akan kembali ke kisaran normal.

    Risiko serangan jantung dan stroke pun akan menurun. Dalam setahun, risiko ini bisa menurun hingga setengahnya.

    Tak hanya sampai di situ, sebuah studi menemukan fakta bahwa, mantan perokok bisa memiliki risiko stroke yang sama dengan orang yang tidak pernah merokok setelah 5-10 tahun menghentikan kebiasaannya tersebut.

    Oleh karena itu, tidak ada salahnya bagi Anda untuk berhenti merokok mulai dari sekarang untuk mengurangi risiko stroke tersebut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 22/11/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan