Sementara itu, intoleransi makanan umumnya menimbulkan gangguan pencernaan.
Berikut perbedaan gejala alergi dan intoleransi makanan.
1. Intoleransi makanan
Orang yang memiliki intoleransi makanan biasanya mengalami gangguan pencernaan sekitar 30 – 60 menit usai mengonsumsi makanan atau minuman pemicunya.
Namun, pada beberapa orang, gejala mungkin muncul setelah 48 jam.
Pemicu intoleransi makanan sangat beragam, mulai dari susu dan produknya, cokelat, penyedap rasa, putih telur, minuman beralkohol, hingga stroberi.
Gejala intoleransi makanan yang kerap muncul antara lain:
- berkeringat,
- sakit perut,
- perut kram,
- perut kembung,
- pusing atau sakit kepala,
- mual dan muntah,
- diare,
- badan gemetar,
- dada dan perut terasa tertekan, serta
- gejala seperti asma.
2. Alergi makanan

Salah satu perbedaan antara alergi dan intoleransi makanan terletak pada pemicu gejalanya.
Sekitar 90% kasus alergi makanan dipicu oleh kacang, telur, susu, gandum, ikan, wijen, dan kerang. Alergi kacang merupakan kasus alergi paling umum.
Reaksi alergi dapat muncul segera setelah Anda mengonsumsi makanan pemicu alergi atau beberapa jam kemudian.
Gejala alergi meliputi:
- mulut terasa gatal, terbakar, atau membengkak,
- hidung meler atau mampet,
- muka atau mata membengkak,
- muncul ruam kemerahan pada kulit,
- kulit gatal-gatal (biduran),
- sesak napas,
- napas terdengar nyaring (mengi),
- mual dan muntah,
- sakit perut, serta
- diare.
Diagnosis dan tips mengatasinya

Cara terbaik untuk mengatasi alergi makanan dan intoleransi makanan yakni dengan menghindari makanan pemicunya.
Namun, sebelum Anda betul-betul menghapus suatu makanan dari menu harian, ada baiknya Anda berkonsultasi kepada dokter dan ahli gizi dahulu.
Dokter mungkin akan merekomendasikan tes alergi untuk membantu Anda mengenali apa saja makanan yang perlu Anda hindari.
Dari sini, dokter juga bisa meresepkan obat alergi makanan, seperti antihistamin tablet, tetes mata, atau semprotan hidung untuk meredakan gejala Anda.
Mengingat belum ada tes untuk mendiagnosis intoleransi makanan, dokter bisa meminta Anda membuat catatan konsumsi makanan sehari-hari beserta gejala yang dialami.
Cara tersebut dapat membantu dokter mendiagnosis kondisi Anda.
Kadang, penderita alergi atau intoleransi makanan bisa mengonsumsi makanan pemicu kembali (dalam jumlah kecil) setelah menghindarinya selama beberapa waktu.
Akan tetapi, pastikan Anda berkonsultasi kepada dokter sebelum melakukan ini.
Alergi makanan dan intoleransi makanan sama-sama dapat dipicu oleh apa yang Anda konsumsi sehari-hari.
Keduanya memiliki beberapa gejala yang mirip, tapi reaksi alergi umumnya lebih parah dari intoleransi makanan.
Jika Anda selalu mengalami gejala yang sama setelah mengonsumsi suatu makanan, jangan abaikan hal ini.
Reaksi alergi bisa membahayakan nyawa bagi beberapa orang. Oleh sebab itu, sebisa mungkin hindarilah makanan yang menjadi pemicunya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar