Lupus bisa merupakan penyakit autoimun yang bisa menyerang sendi, ginjal, kulit, hingga otak. Jenis lupus yang paling umum dialami adalah SLE atau lupus eritematosus sistemik. Ketahui gejala, penyebab, serta pengobatannya dalam artikel ini.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Lupus bisa merupakan penyakit autoimun yang bisa menyerang sendi, ginjal, kulit, hingga otak. Jenis lupus yang paling umum dialami adalah SLE atau lupus eritematosus sistemik. Ketahui gejala, penyebab, serta pengobatannya dalam artikel ini.
Lupus eritematosus sistemik adalah salah satu jenis penyakit lupus yang menyebabkan peradangan di hampir seluruh organ tubuh, seperti sendi, kulit, paru-paru, jantung, pembuluh darah, hingga sistem saraf.
Jenis lupus ini juga seringkali disingkat dengan SLE atau kepanjangan dari systemic lupus erythematosus.
Penyakit lupus ini merupakan salah satu jenis lupus yang paling sering dialami dan dapat memunculkan gejala yang ringan hingga mengancam nyawa.
Meskipun begitu, kebanyakan orang dengan SLE dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kendala dengan menjalani pengobatan rutin.
SLE adalah salah satu jenis penyakit lupus yang paling umum. Penyakit ini bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, orang dewasa, maupun lansia,
Namun, mengutip Centers Disease Control and Prevention, kebanyakan kasus SLE terjadi pada wanita yang berusia antara 15 – 44 tahun.
Pada dasarnya gejala penyakit lupus dapat berbeda-beda pada setiap orang, tergantung usia, keparahan penyakit, riwayat medis, serta kondisi secara menyeluruh.
Gejala penyakit lupus dapat berubah-ubah setiap waktu. Namun, ada beberapa tanda dan gejala khas dari penyakit lupus yang perlu Anda waspadai.
Berikut beberapa tanda dan gejala umum SLE.
Gejala SLE yang disebutkan di atas mungkin terlihat mirip dengan berbagai gejala dari penyakit lain.
Oleh karena itu, bila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tersebut, konsultasikan dengan dokter.
Dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan serangkaian tes guna memastikan diagnosis yang akurat.
Jika Anda mengalami gejala seperti di atas yang berlangsung lama, dan tidak kunjung hilang atau bertambah buruk, segera periksakan diri ke dokter.
Sebenarnya sampai sampai sekarang penyebab SLE masih belum sepenuhnya dipahami.
Namun, para ahli menduga beberapa faktor berikut berperan dalam perkembangan lupus eritematosus sistemik.
Selain itu, mengutip Mayo Clinic, mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat tekanan darah, obat antikejang, dan antibiotik dapat memicu perkembangan penyakit lupus.
Berikut ini faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit SLE.
Memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas tidak langsung membuat Anda terkena penyakit lupus. Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti juga Anda tidak mungkin mengalami lupus.
Beberapa orang dengan lupus eritematosus sistemik memiliki penumpukan sel imun yang tidak normal (deposit imun) di dalam ginjalnya.
Deposit imun inilah yang bisa menyebabkan peradangan yang merusak sel-sel gijal. Kondisi ini dikenal juga dengan nefritis lupus.
Orang dengan nefritis lupus berisiko mengalami gagal ginjal yang memerlukan pengobatan cuci darah atau transplantasi ginjal.
Selain itu, SLE dapat menyebabkan komplikasi di berbagai bagian tubuh lainnya, seperti:
Diagnosis SLE seringkali menjadi tantangan karena gejala lupus bisa menyerupai banyak penyakit.
Selain itu, hingga saat ini belum ditemukan pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit lupus.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan laboratorium berupa tes darah, tes urine, atau tes antinuclear antibody (ANA).
Selain itu, dokter mungkin perlu melakukan X-ray untuk mendeteksi peradangan atau cairan di paru-paru yang terjadi apabila gejala telah memengaruhi paru-paru.
Biopsi kulit dapat mendukung diagnosis apabila penyakit autoimun ini memengaruhi jaringan kulit.
Pengobatan SLE yang tepat bisa meringankan gejala dan mencegah komplikasi. Dengan pengobatan, orang dengan penyakit lupus juga bisa menjalani hidup dengan normal.
Pengobatan bisa berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan serta bagian tubuh apa yang terdampak. Berikut pilihan pengobatan SLE yang diberikan dokter.
Obat NSAID seperti naproxen atau ibuprofen dapat membantu untuk mengurangi gejala penyakit lupus seperti nyeri sendi, pembengkakan atau demam.
Dokter akan memberitahukan aturan konsumsi dan dosis NSAID yang aman dan sesuai dengan kondisi Anda.
Obat kortikosteroid seperti prednison dalam dosis yang rendah bisa mengurangi ruam kemerahan di kulit atau peradangan pada sendi (artritis).
Untuk gejala penyakit SLE yang lebih serius, dokter bisa memberikan obat kortikosteroid seperti metilprednisolon (medrol) dalam dosis tinggi.
Obat-obatan imunosupresi yang menekan sistem kekebalan tubuh dapat membantu dalam kasus lupus yang serius.
Contoh obat-obatan tersebut yaitu azathioprine (Imuran, Azasan), mikofenolat (Cellcept), metotreksat (Trexall, Xatmep, dan lainnya), siklosporin (Sandimmune, Neoral, Gengraf), dan leflunomide (Arava).
Berikut beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mencegah SLE kambuh kembali.
Penyakit lupus eritematosus sistemik belum dapat sembuh sepenuhnya. Namun, deteksi dini dan pengobatan SLE yang tepat dapat mengatasi gejala dan kekambuhan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup odapus.
Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai gejala lupus, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan segera.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar