backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Apakah Penderita Lupus Bisa Hamil? Ini Pertimbangannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 7 hari lalu

Apakah Penderita Lupus Bisa Hamil? Ini Pertimbangannya

Hampir 90% orang dengan penyakit lupus (odapus) adalah wanita. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kekhawatiran, misalnya apakah wanita penderita lupus bisa hamil?

Jika bisa, apa saja komplikasi yang perlu diwaspadai? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Apakah penderita lupus bisa hamil?

Penyakit lupus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan gangguan pada kinerja sistem kekebalan tubuh. 

Pada tubuh yang sehat, sistem imun akan menyerang zat asing berupa virus, bakteri, parasit, maupun benda lain yang masuk ke dalam tubuh dan membahayakan kesehatan.

Namun, pada orang dengan penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh malah menyerang jaringan dan organ yang sehat, seperti otot, kulit, sel darah, otak, jantung, paru-paru, dan ginjal.

Kondisi ini termasuk ke dalam gangguan autoimun yang membuat penderitanya mudah terkena peradangan dan infeksi.

Meski begitu, jangan khawatir bila Anda mengidap lupus. Peluang Anda untuk hamil tetap sama seperti wanita normal pada umumnya.

Memang Anda perlu merencanakan kehamilan dengan teramat baik. Berkonsultasilah dengan dokter untuk mengetahui apa saja risikonya bila Anda mengidap penyakit lupus saat hamil.

Ciri-ciri penyakit lupus pada ibu hamil

penyakit lupus menular

Penyakit lupus juga dikenal sebagai “penyakit seribu wajah”, sebab gejala lupus menyerupai banyak kondisi atau penyakit lain.

Dikutip dari laman Mayo Clinic, ciri-ciri lupus pada wanita antara lain:

  • kelelahan, 
  • demam,
  • sakit kepala,
  • sesak napas,
  • nyeri dada,
  • nyeri, kaku, atau bengkak pada persendian,
  • ruam berbentuk kupu-kupu pada wajah atau bagian tubuh lain,
  • luka pada kulit yang dapat memburuk akibat paparan sinar matahari, dan
  • kebingungan hingga kehilangan ingatan.

Banyak wanita yang menderita lupus tidak menyadari perbedaan pada gejala penyakitnya sebelum maupun selama masa kehamilan.

Namun, sebuah studi dalam Annals of the Academy of Medicine, Singapore (2020) menyebut bahwa risiko flare-up atau perburukan gejala lupus lebih sering terjadi saat hamil.

Flare-up dapat muncul dalam bentuk gejala umum, seperti nyeri sendi, ruam, dan kelelahan yang makin parah.

Selain itu, beberapa penderita lupus yang sedang mengandung juga dapat merasakan gejala baru, seperti pandangan kabur, pusing, dan sakit kepala yang parah.

Risiko komplikasi pada ibu hamil dengan lupus

Kurang dari 50% wanita dengan lupus mengalami komplikasi kehamilan. Meski penderita lupus bisa hamil, kehamilan tersebut dianggap berisiko dan perlu dipantau dengan lebih ketat.

Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang mengidap lupus adalah sebagai berikut.

  • Keguguran: kematian janin secara tiba-tiba sebelum usia kehamilan 20 minggu. Sekitar 10% ibu hamil dengan lupus mengalami keguguran pada trimester pertama.
  • Sindrom antifosfolipid: gangguan penggumpalan darah yang dapat mengganggu fungsi plasenta sehingga perkembangan janin menjadi terhambat.  
  • Hipertensi gestasional: tekanan darah tinggi selama masa kehamilan yang bisa terjadi pada trimester kedua dan ketiga.
  • Preeklampsia: kondisi yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein di dalam urine. Komplikasi ini biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu.
  • Bayi lahir prematur: kelahiran prematur sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dapat terjadi pada 25% wanita dengan lupus.
  • Berat bayi lahir rendah (BBLR): berat badan bayi yang baru lahir berada di bawah kisaran normal, yakni kurang dari 2.500 gram.
  • Lupus flare: perburukan gejala lupus, umumnya ditandai dengan pembengkakan pada salah satu bagian tubuh dan kulit yang memerah.
  • Neonatal lupus: gejala lupus pada bayi yang baru lahir, seperti kulit kemerahan, gangguan hati, dan kekurangan darah. Gejala ini sebagian besar dialami oleh bayi yang berusia 18–24 minggu.

Apakah anak juga bisa terkena lupus?

Risiko lupus pada anak memang makin besar bila ibu atau anggota keluarga lain yang pernah mengalami lupus atau penyakit autoimun lainnya. Namun, hal ini tidaklah mutlak. Masih banyak faktor yang menyebabkan penyakit lupus, seperti hormon dan lingkungan.

Tips menjalani kehamilan bagi penderita lupus

program hamil

Wanita dengan penyakit lupus perlu merencanakan kehamilan sebaik mungkin. Pasalnya, kehamilan yang tidak terencana dapat membahayakan ibu dan janin.

Dokter biasanya menyarankan pasien untuk menunggu selama minimal tiga sampai enam bulan fase remisi (terkontrolnya penyakit lupus) sebelum bisa hamil.

Selain hal tersebut, berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat membantu Anda menjalani kehamilan yang sehat sebagai pengidap lupus.

1. Periksa kehamilan secara rutin

Ibu hamil dengan lupus perlu pemantauan yang lebih intensif. Hal ini meliputi pemeriksaan rutin lupus dengan dokter reumatologi dan pemantauan kandungan dengan dokter OBGYN.

Anda juga perlu disiplin memantau tekanan darah. Pasalnya, risiko preeklampsia pada ibu yang mengidap penyakit lupus dapat meningkat hingga 3–5 kali lipat.

Selain mencegah, penting juga untuk mewaspadai gejala preeklampsia, seperti pembengkakan pada kaki, sakit kepala, mual dan muntah, serta kenaikan berat badan secara drastis.

2. Lakukan pengobatan sesuai anjuran dokter

Dokter mungkin menganjurkan Anda untuk berhenti minum obat lupus atau minum obat dengan dosis paling kecil selama trimester pertama untuk mencegah gangguan pada janin.

Ketika kondisi janin sudah lebih kuat pada trimester kedua, dokter akan meresepkan obat lupus yang lebih aman, seperti hydroxychloroquine.

Rutinlah minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter Anda. Berkonsultasilah pada dokter bila ada efek samping yang Anda rasakan selama menjalani pengobatan.

3. Terapkan pola hidup sehat

Gaya hidup sehat penting untuk penderita lupus yang sedang hamil. Perbanyak makanan sehat bergizi seimbang serta hindari kebiasaan buruk, seperti merokok dan minum alkohol.

Salah satu pemicu flare-up lupus adalah stres. Berolahraga secara rutin dan istirahat yang cukup sangat efektif untuk mengelola stres saat hamil.

Gejala lupus juga bisa memburuk akibat paparan sinar matahari. Untuk mencegahnya, oleskan tabir surya secara rutin dan kenakan pakaian tertutup setiap kali Anda beraktivitas di luar ruangan.

Penderita lupus tetap bisa menjalani kehamilan yang sehat asalkan telah merencanakan kehamilan dengan matang dan rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Kesimpulan

  • Wanita penderita lupus tetap bisa hamil, tetapi perlu memahami risiko komplikasinya.
  • Beberapa komplikasi kehamilan pada odapus yaitu keguguran, kelahiran prematur, sindrom antifosfolipid, hipertensi gestasional, preeklampsia, hingga neonatal lupus.
  • Dokter akan melakukan pemantauan ketat dan menyesuaikan dosis obat untuk ibu yang mengidap lupus selama masa kehamilan.
  • Hal ini juga harus dibarengi dengan gaya hidup sehat, seperti dengan pola makan sehat, olahraga secara rutin, dan istirahat yang cukup.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 7 hari lalu

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan