backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi
Konten

Water Birth, Metode Melahirkan Normal di dalam Air

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 20/02/2023

Water Birth, Metode Melahirkan Normal di dalam Air

Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda untuk melakukan water birth alias melahirkan di dalam air?

Meski terlihat nyaman, proses persalinan ini tidak boleh sembarangan dilakukan semua wanita. Yuk, simak rangkaian prosedur dan efek sampingnya berikut ini!

Apa itu water birth?

Water birth adalah proses melahirkan yang dilakukan di dalam air. Hal ini bisa menjadi alternatif persalinan selain dari melahirkan normal (pervaginam), operasi caesar, gentle birth, dan hypnobirthing.

Selama prosedur ini, Anda akan berada di dalam sebuah bak atau kolam kecil berisi air hangat.

Penggunaan air selama persalinan bertujuan untuk mempermudah proses melahirkan serta meredakan rasa sakit dan tidak nyaman yang mungkin Anda alami.

Sedikit berbeda dengan persalinan di rumah sakit, water birth biasanya dilakukan secara alami. Artinya, Anda tidak akan diberikan obat-obatan, bius (anestesi), maupun operasi caesar.

Meski begitu, bukan berarti melahirkan di dalam air bebas dari rasa sakit. Faktanya, rasa sakit saat melahirkan di dalam air akan tetap ada.

Metode persalinan dalam air lebih banyak dilakukan saat ibu melahirkan di rumah. Sebaliknya, metode ini jarang atau bahkan tidak dilakukan bila ibu hamil melahirkan di rumah sakit.

Manfaat melahirkan di dalam air

melahirkan normal di air

Water birth bisa membantu mempersingkat durasi waktu persalinan. Biasanya, penggunaan obat bius atau anestesi epidural pada tulang belakang juga tidak terlalu dibutuhkan.

Bukan itu saja, berikut beberapa manfaat lain dari melahirkan di dalam air.

  • Air membantu menurunkan tekanan darah sehingga membantu mengurangi kecemasan ibu saat melahirkan.
  • Kenyamanan saat melahirkan dalam air membantu menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan produksi endorfin untuk mengurangi rasa sakit.
  • Mengurangi risiko robeknya vagina ibu, sebab air bermanfaat untuk membuat lapisan perineum pada vagina menjadi lebih elastis.
  • Menciptakan lingkungan yang mirip dengan cairan ketuban sehingga bayi merasa lebih nyaman saat lahir.
  • Menggunakan metode water birth selama tahapan pertama persalinan normal juga dapat membantu mengurangi rasa sakit yang Anda alami.

    Fase pertama tersebut biasanya mulai berlangsung ketika terjadi pembukaan lahiran (serviks), dan sesekali muncul kontraksi persalinan meski tidak terlalu sering.

    Selain itu, Anda juga bisa lebih mudah bergerak dan berpindah posisi ketika melakukan persalinan di dalam air dibandingkan di tempat tidur.

    Anda juga dapat melakukan berbagai upaya induksi alami, misalnya dengan makan makanan tertentu dari jauh-jauh hari supaya lebih cepat melahirkan.

    Hanya saja, ibu tetap perlu berkonsultasi dengan dokter kandungan sebelum melakukan metode ini.

    Peringatan dan perhatian sebelum melakukan water birth

    Tidak semua ibu hamil boleh melahirkan di dalam air. Pasalnya, metode ini bisa menimbulkan dampak yang fatal bagi Anda dan bayi bila tidak dilakukan dengan benar.

    Anda harus dalam kondisi sehat dan prima bila ingin melahirkan di dalam air. Berikut beberapa kondisi yang membuat ibu tidak disarankan melakukan persalinan ini.

    • Berumur di bawah 17 tahun atau lebih dari 35 tahun.
    • Sedang mengalami kehamilan kembar dua, tiga, atau bahkan lebih.
    • Mengandung bayi yang ukurannya terlalu besar.
    • Mengidap komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia, diabetes gestasional, dan hipertensi gestasional.
    • Melahirkan sebelum waktunya atau bayi lahir prematur.
    • Bayi dalam posisi sungsang sehingga perlu dilakukan operasi caesar.
    • Memiliki riwayat operasi caesar atau kesulitan saat melahirkan sebelumnya.
    • Memiliki riwayat penyakit infeksi selama kehamilan.
    • Sedang demam lebih dari 39 derajat Celsius.
    • Mengalami perdarahan vagina yang berlebihan.
    • Kesulitan melacak detak jantung bayi.
    • Pernah mengalami distosia atau persalinan macet pada persalinan sebelumnya.

    Pada dasarnya, melahirkan di dalam air hanya direkomendasikan jika usia kehamilan ibu di antara 37–41 minggu dan posisi kepala bayi berada di bawah.

    American College of Obstetricians and Gynecologists juga menyebutkan bahwa metode ini belum terbukti secara ilmiah memberikan manfaat untuk ibu dan bayi.

    Melahirkan di tempat tidur rumah sakit akan lebih memudahkan Anda, terlebih bila Anda mengalami masalah atau komplikasi persalinan.

    Selama water birth, pemberian pertolongan oleh tenaga medis akan memakan waktu yang lebih lama. Hal ini tentu berbahaya bagi ibu dan bayi.

    Persiapan water birth

    induksi melahirkan induksi persalinan

    Sebelum menjalani water birth, berikut beberapa hal yang harus Anda lakukan demi kelancaran prosedur ini.

    1. Konsultasi dengan dokter terlebih dahulu

    Pastikan tubuh Anda dan janin benar-benar sehat sebelum menjalani water birth. Jika memungkinkan, carilah dokter atau bidan yang bisa membantu Anda.

    Tidak semua dokter atau bidan bersedia untuk mendampingi pasien bersalin di dalam air karena mereka mungkin tidak memiliki pengalaman sebelumnya.

    2. Tentukan tempat untuk melahirkan

    Apabila ingin bersalin di rumah sakit, Anda harus mencari rumah sakit yang dapat menyediakan fasilitas terkait, misalnya kolam khusus untuk melahirkan.

    Sementara bila ingin melahirkan di rumah, tentu Anda perlu meminta pendampingan dari dokter kandungan, bidan, atau tim medis yang andal, serta menyiapkan beberapa hal sebagai berikut.

    • Bak atau kolam air. Pilihlah bak air yang cukup besar untuk Anda duduk dengan nyaman dan cukup dalam hingga batas ketiak Anda. Anda dapat menggunakan kolam renang plastik anak-anak yang berukuran besar.
    • Sumber air. Pastikan sumber air yang digunakan benar-benar bersih dan memiliki suhu 35–38 derajat Celsius. Tambahkan secangkir garam ke dalamnya untuk mencegah kulit keriput karena berlama-lama di dalam air.
    • Ruangan. Pilih ruangan yang cukup besar dengan suhu ruang yang sejuk, tidak terlalu panas maupun terlalu dingin sehingga proses melahirkan terasa lebih nyaman.

    Selama persiapan persalinan di dalam air ini, penting juga untuk melakukan simulasi seolah-olah Anda akan segera melahirkan.

    Ini supaya Anda mampu menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan diri sebelum proses persalinan dimulai.

    Prosedur water birth

    Lakukan persiapan seperti di atas menjelang hari perkiraan lahir (HPL). Jika tanda-tanda persalinan sudah muncul, sebaiknya segera hubungi dokter atau bidan Anda.

    Ketika hendak melahirkan dalam air, tunggu sampai Anda merasakan kontraksi kuat. Beberapa ahli merekomendasikan agar ibu menunggu sampai leher rahim melebar setidaknya 5 cm.

    Temukanlah posisi yang nyaman, baik berjongkok, bersandar, atau berlutut dalam air. Pasangan Anda juga bisa masuk ke kolam untuk menenangkan dan memberikan dukungan.

    Selalu ikuti instruksi dokter dan bidan. Ketika ada dorongan yang tepat, mereka akan meminta Anda menerapkan cara mengejan saat melahirkan hingga bayi bisa keluar dari mulut rahim.

    Setelah keluar, bayi akan dibawa oleh dokter atau bidan ke permukaan air secara perlahan. Ini dilakukan supaya tali pusat bayi tidak terlepas atau rusak.

    Ketika hidung bayi bersentuhan dengan udara, inilah pertama kalinya bayi bernapas.

    Setelah bayi lahir, tugas Anda belum selesai. Ibu harus mengeluarkan plasenta atau ari-ari yang bisa dilakukan di dalam maupun di luar air.

    Beberapa ibu memilih tetap berada dalam air untuk mengeluarkan plasenta. Namun, bila prosesnya sudah terlalu lama, sebaiknya beranjaklah dari bak dan keluarkan plasenta di luar air.

    Risiko melahirkan di dalam air

    water birth adalah

    Water birth tentu bukan tanpa risiko. Bayi yang mengalami stres selama proses melahirkan di dalam air mungkin saja kesulitan bernapas dengan lancar.

    Kondisi ini bisa menyebabkan aspirasi mekonium, yakni komplikasi pernapasan ketika bayi menghirup tinja pertamanya yang bercampur dengan cairan ketuban selama persalinan.

    Selain itu, beberapa risiko lainnya yang mengancam bayi saat persalinan antara lain:

    • tali pusat bayi rusak saat diangkat ke permukaan air,
    • bayi mengalami kejang dan susah bernapas, serta
    • suhu tubuh bayi terlalu tinggi atau terlalu rendah.

    Meski jarang, bayi yang lahir dalam air juga berisiko terkena infeksi, seperti penyakit Legionnaires. Kondisi ini terjadi bila bayi menghirup tetesan air yang terkontaminasi bakteri Legionella.

    Penyakit Legionnaries bisa berkembang menjadi parah atau bahkan fatal. Bayi mengalami demam, batuk, dan bahkan radang paru-paru.

    Itulah sebabnya ibu dianjurkan untuk menahan tubuh dan kepala bayi tetap di dalam air untuk mencegah masalah pernapasan pada bayi setelah melahirkan.

    Hal ini bertujuan supaya refleks pernapasan bayi tidak dimulai terlalu cepat bila ia langsung dikeluarkan dari dalam air.

    Pasalnya, bayi tidak akan bernapas hingga ia terkena udara. Tubuh bayi sebenarnya masih mendapatkan oksigen dari tali pusat yang melekat pada plasenta ibu.

    Kesimpulan

    • Water birth atau melahirkan di dalam air kerap dipilih karena dipercaya membantu proses persalinan tanda menimbulkan banyak rasa sakit.
    • Namun, prosedur ini umumnya hanya boleh dilakukan oleh ibu hamil yang sehat dan pria serta tidak mengalami komplikasi sebelumnya.
    • Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar prosedur ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 20/02/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan