Keputihan normal biasanya berwarna bening atau putih tanpa bau menyengat. Namun jika cairan keputihan mendadak tampak berbeda, berubah warna, atau berbau aneh, ini bisa jadi pertanda penyakit. Apalagi jika disertai rasa gatal atau nyeri pada vagina. Lalu bagaimana cara mengatasi keputihan yang tidak normal? Memilih obat untuk keputihan yang tidak normal harus berdasarkan penyebabnya.
Pilihan obat keputihan berdasarkan penyebabnya
Jika Anda mencurigai keputihan yang keluar tampak tidak normal, sebaiknya periksakan dulu ke dokter. Sembarangan mendiagnosis sendiri dan menggunakan obat tanpa anjuran dokter justru bisa memperburuk kondisi Anda. Kenapa?
Konsultasi ke dokter dapat membantu mempercepat penyembuhan penyakitnya. Dokter dapat merekomendasikan obat keputihan berdasarkan penyebabnya. Keputihan yang tidak normal biasanya disebabkan oleh infeksi atau penyakit tertentu.
Meski begitu, ciri-ciri keputihan tidak normal umumnya mirip meski penyebabnya mungkin berbeda. Maka, pilihan obatnya juga bisa berbeda untuk masing-masing kasus. Obat yang diberikan akan membantu meringankan gejala spesifik yang muncul dari penyakit penyebabnya, juga otomatis mengatasi keputihan.
Berikut berbagai pilihan obat keputihan berdasarkan penyebabnya:
1. Keputihan akibat infeksi bakteri vagina (bacterial vaginosis)
Keputihan akibat infeksi bakteri (bacterial vaginosis) mempunyai ciri jumlah lendir yang lebih banyak dari biasanya, lebih encer, dan berwarna keabuan disertai bau amis. Bacterial vaginosis juga menyebabkan wanita mengalami nyeri saat berhubungan seks atau buang air kecil.
Kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan bakteri Gardnerella vaginitis di luar batas wajar. Maka karena penyebabnya adalah bakteri, obat yang tepat untuk jenis keputihan ini adalah antibiotik seperti:
Metronidazole (Flagyl)
Metronidazole paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri jahat dalam vagina ketimbang jenis antibiotik lain. Antibiotik ini tersedia dalam bentuk pil atau gel yang dioleskan pada kulit vagina.
Sayangnya, efek samping yang ditimbulkan lebih banyak dibanding obat lain. Mulai dari pusing, sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, kehilangan, nafsu makan, hingga diare.
Hindari minum alkohol ketika menggunakan obat ini.
Tinidazole (Tindamax)
Obat antibiotik ini sama seperti metronidazole yang juga menghambat pertumbuhan bakteri penyebab keputihan. Namun, efek samping yang ditimbulkan tinidazole lebih sedikit.
Obat ini tersedia dalam bentuk krim yang dioleskan tipis-tipis pada vagina. Hindari minum alkohol selama meminum tinidazole.
Clindamycin (Cleocin, Clindesse, dll)
Clindamycin tersedia dalam bentuk krim yang dioleskan pada vagina. Clindamycin bekerja menghentikan pertumbuhan bakteri dan mencegah agar infeksinya tidak menyebar ke bagian tubuh lain.
Disarankan menggunakan metode kontrasepsi lain jika hendak berhubungan seks, karena obat ini dapat merusak bahan kondom bahkan setelah tiga hari berhenti memakainya.
2. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi vagina yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
Ciri keputihan akibat penyakit ini adalah lendir yang berubah warna menjadi kuning kehijauan dan berbau. Gejala lain yang biasanya muncul adalah rasa gatal dan nyeri pada vagina saat buang air kecil atau berhubungan seks.
Obat untuk keputihan akibat trikomoniasis adalah antibiotik metronidazole (flagyl) atau tinidazole berbentuk pil dalam dosis tunggal.
3. Gonore
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan bakteri Neisseria gonorrhoeae. Infeksi ini menyebabkan vagina menjadi bengkak kemerahan sehingga memunculkan sensasi panas, gatal, dan nyeri saat buang air kecil.
Keputihan yang muncul akibat gonore adalah campuran dari nanah yang keluar bersama urine.
Obat untuk keputihan gonore taraf ringan adalah penisilin. Namun untuk kasus yang lebih parah, penisilin mungkin tidak lagi efektif karena bakteri sudah lebih kebal. Maka, alternatif obatnya adalah:
Azithromycin
Azithromycin merupakan obat lanjutan yang digunakan jika penisilin tidak mampu menyembuhkan gonore. Efek samping antibiotik ini pada sistem pencernaan juga lebih sedikit ketimbang penisilin.
Doxycycline
Doxycycline digunakan sebagai alternatif jika azithromycin tidak mampu membunuh bakteri. Namun, obat ini tidak dianjurkan untuk wanita yang berencana atau sedang hamil karena berisiko menyebabkan bayi lahir cacat.
Doxycycline diberikan satu dosis satu kali seminggu. Namun selama pemakaian, kulit bisa jadi lebih sensitif sehingga Anda harus menghindari sinar matahari langsung.
Lindungi diri dengan mengoleskan tabir surya dan pakai pakaian panjang yang menutupi kulit.
Ceftriaxone
Ceftriaxone bekerja menghentikan pertumbuhan bakteri, sekaligus mengurangi gejala gonore yang salah satunya keputihan. Ceftriaxone biasanya diberikan satu atau dua kali sehari lewat suntikan ke otot atau vena.
Efek samping yang kerap muncul dari antibiotik ini yaitu pembengkakan, kemerahan, dan rasa sakit di area suntikan. Jika salah satu dari efek ini tak juga menghilang atau memburuk, segera konsultasikan ke dokter.
Erythromycin
Gonore dapat ditularkan dari ibu ke anaknya jika sang ibu terkena penyakit ini selama kehamilan. Erythromycin hanya digunakan pada bayi yang lahir mendapatkan infeksi gonore dari ibunya. Obat ini diberikan dengan cara disuntik.
4. Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala khusus.
Namun, jumlah keputihan yang berlebihan dari biasanya merupakan pertanda awal. Keputihan berlebih akibat klamidia juga biasa dibarengi dengan rasa nyeri dan panas saat buang air atau berhubungan seks, juga sakit perut disertai demam.
Obat untuk mengatasi keputihan akibat klamidia meliputi kombinasi antibiotik azithromycin dan doxycycline. Kombinasi ini efektif menyembuhkan klamidia hingga 90 persen. Antibiotik levofloxacin atau ofloxacin dapat digunakan jika bakteri sudah kebal terhadap antibiotik lain.
5. Infeksi jamur vagina
Jamur Candida yang hidup di sekitar vagina bisa terus berkembang biak dan menyebabkan infeksi jamur vagina.
Keputihan yang muncul akibat kondisi ini biasanya lebih kental, tebal, dan berwarna putih, tapi tidak berbau. Selain itu, gejala lainnya termasuk rasa sakit dan panas pada vagina saat buang air kecil atau berhubungan seks.
Kondisi ini dapat diobati dengan obat antijamur dalam bentuk krim, salep, atau tablet. Contohnya miconazole, terconazole, clotrimazole, atau butoconazole. Obat-obatan ini hanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek selama tiga sampai tujuh hari.
Ada juga fluconazole yang digunakan selama tiga hari untuk menangani gejala infeksi berat.
6. Penyakit radang panggul
Penyakit radang panggul kebanyakan disebabkan oleh infeksi bakteri lanjutan dari klamidia atau gonore.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, berikut beberapa antibiotik yang biasa digunakan untuk mengatasi radang panggul:
Ofloxacin
Ofloxacin adalah antibiotik berbentuk tablet yang bisa diminum dengan atau tanpa makan terlebih dahulu.
Minumlah ofloxacin pada waktu yang sama setiap hari dengan jarak dosis per 12 jam. Namun, lamanya pengobatan tergantung pada jenis infeksi yang Anda alami.
Pastikan untuk minum obat sesuai dengan cara pakai dan anjuran yang diresepkan. Habiskan antibiotik mengikuti jangka waktu konsumsinya. Tujuannya untuk mencegah bakteri kembali menginfeksi atau resisten terhadap pengobatan.
Selain untuk radang panggul, obat ini juga dipakai untuk mengobati pneumonia dan infeksi kandung kemih.
Moxifloxacin
Mirip dengan ofloxacin, moxifloxacin membantu menghentikan pertumbuhan bakteri termasuk penyakit radang panggul.
Ketika minum obat ini, ada berbagai efek samping yang akan muncul yaitu mual, diare, pusing, sakit kepala, lemah, atau sulit tidur. Jika salah satu dari efek ini tak juga hilang atau memburuk, beri tahu dokter atau apoteker Anda segera.
7. Radang leher rahim (serviks)
Obat yang digunakan untuk radang leher rahim tergantung dari jenis infeksi penyebabnya. Jika peradangan disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore, dokter akan memberikan suntik antibiotik ceftriaxone dan satu dosis azithromycin minum.
Apabila penyebab awalnya adalah klamidia, obat radang panggul adalah antibiotik minum seperti azithromycin (Zithromax), doxycycline, ofloxacin (Floxin), atau levofloxacin (Levaquin). Sementara jika disebabkan oleh trikomoniasis obatnya adalah metronidazole.
Jika radang panggul disebabkan oleh pemasangan IUD, dokter akan menyesuaikan antibiotik yang ditargetkan untuk jenis bakteri tertentu.
Peradangan biasanya akan sembuh dalam hitungan hari hingga minggu.
8. Vaginitis
Sama seperti radang leher rahim, pilihan obat untuk vaginitis juga disesuaikan dengan penyebabnya. Untuk vaginitis yang disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan tablet minum metronidazole (Flagyl) atau gel untuk dioles langsung ke kulit vagina.
Sementara untuk infeksi jamur, dokter akan memberikan krim atau supositoria yang dijual bebas seperti miconazole (Monistat 1), clotrimazole (Gyne-Lotrimin), butoconazole (Femstat 3) atau tioconazole (Vagistat-1). Infeksi jamur juga dapat diobati dengan resep obat antijamur minum seperti fluconazole (Diflucan).
Untuk trikomoniasis, dokter akan meresepkan tablet metronidazole (Flagyl) atau tinidazole (Tindamax). Sementara untuk sindrom atrofi vagina akibat menopause dokter akan memberikan terapi estrogen. Estrogen yang diberikan bisa dalam bentuk krim vagina, tablet atau cincin.
Namun jika penyebabnya bukan bakteri atau jamur, dokter akan menentukan terlebih dahulu sumber iritannya. Jika sudah ditemukan, dokter akan meminta Anda untuk menghindari berbagai bahan atau zat tersebut.
9. Kanker serviks
Kanker serviks termasuk salah satu penyakit yang menyebabkan keputihan. Untuk menghilangkan keputihan, dokter tidak akan memberikan obat yang khusus untuk gejala tersebut saja. Namun, perawatan menyeluruh akan dilakukan agar kanker bisa sembuh total.
Kemoterapi, radiasi, dan operasi menjadi prosedur pengobatan kanker serviks yang banyak digunakan. Di antara ketiganya, kemoterapi adalah prosedur yang banyak menggunakan obat dalam prosesnya. Obat umumnya diberikan melalui infus agar langsung masuk ke pembuluh darah.
Untuk mengobati kanker serviks, obat-obatan yang paling sering digunakan yaitu:
- Cisplatin
- Carboplatin
- Paclitaxel (Taxol®)
- Topotecan
- Gemcitabine (Gemzar®)
Beberapa obat lain juga dapat digunakan, seperti docetaxel (Taxotere®), ifosfamide (Ifex®), 5-fluorouracil (5-FU), irinotecan (Camptosar®), dan mitomycin.
Sama seperti obat pada umumnya, berbagai obat pembunuh sel kanker ini juga dapat menimbulkan efek samping. Risiko efek samping kemoterapi akan tergantung pada jenis dan dosis obat serta lamanya perawatan. Berbagai efek samping yang paling sering muncul yaitu:
- Mual dan muntah
- Selera makan hilang
- Rambut rontok
- Luka pada mulut
- Kelelahan parah
Pasangan Anda mungkin juga perlu obat yang sama, meski tidak keputihan
Bukan hanya wanitanya yang perlu mendapatkan obat keputihan. Pasangannya pun juga.
Jika keputihannya disebabkan oleh penyakit kelamin yang menular lewat hubungan seks, maka pasangannya juga harus melakukan pemeriksaan dan mengikuti pengobatan yang sama untuk menghindari penularan.
[embed-health-tool-ovulation]